-36-

2.8K 203 149
                                    

Jurang Kesakitan

¤¤•¤¤

Hati itu makin terluka begitu tau kenyataan yang sebenarnya. Kenyataan jika hal yang baru dia alami adalah nyata. Ketidak adilan yang dia terima itu terlalu menyakitkan. Bagaimana bisa pria yang berjanji untuk menjaganya dan membahagiakannya malah memberikan sebuah luka dalam padanya?

Bahkan saat Ayana melangkah pergi pria itu sama sekali tidak mengejarnya atau menghentikannya. Entah sekedar menjelaskan yang apa yang terjadi atau hanya meminta maaf. Tidak sama sekali. Alfin malah pergi ke RS setelah Jane mendapat kabar jika Pak Agus kritis.

Ayana juga mengabaikan panggilan dari Yuri, Viki, Mina, Jiji, Danial, dan Appanya. Sepertinya kabar pernikahan kedua Alfin sudah menyebar sekarang. Tapi masa bodoh. Ayana tak peduli. Mereka yabg menelfon pasti khawatir atau mereka hanya akan menanyakan kabar Ayana. Jelas saja Ayana tidak baik-baik saja.

Ayana menitihkan air mata melihat wajah Bilal yang nampak tenang dalam tidurnya. Ayana memeluk Bilal kemudian mencium kepalanya. Hanya itu yang bisa dia lakukan sejak tadi. Setidaknya itu bisa sedikit meringankan bebannya.

Ayana mendengar suara mobil memasuki pekarangan rumah. Ayana abai. Entah itu Alfin atau siapa, Ayana tidak peduli. Beberapa saat kemudian pintunya diketuk.

Tok tok tok.

"Ayana... Ini Ibu. Tolong keluar sebentar."

Ayana tak bergeming. Enggan beranjak dari tempatnya.

Tok tok tok.

"Ayana. Ini aku, Kak Ayu. Tolong buka. Kita bicara bentar, ya?"

Tok tok tok.

"Ayana... Ini aku Kak Aji. Kita pengen bicara."

"Ayana..."

Ayana menghembuskan nafas kemudian beranjak. Wanita itu menghapus air matanya sebelum membuka pintu.

"Ada apa?" tanya Ayana melihat dua wanita dan seorang pria berdiri di depan kamarnya.

Ayu langsung memeluknya dan menangis. Ayana hanya diam karena tidak tau harus bersikap bagaimana.

"Kita bicara, ya?" kata Ayu setelah melepaskan pelukannya.

Ayana mengangguk. Ayu menuntun Ayana untuk turun. Setelah sampai di ruang tengah, ketiga wanita itu duduk berdampingan. Sementara Aji duduk di single sofa.

"Ay."

"Kak."

Ayana menatap kakak iparnya dengan tatapan sendu. Matanya berkaca-kaca dan air matanya menetes perlahan.

"Aku mau pisah sama Mas Alfin," katanya dengan tegas walaupun sedikit bergetar.

"Ayana mau cerai. Tolong dukung Ayana."

Ayu menggeleng. "Ay..."

"Ay mau Mas Alfin milih antara Ay atau Jane. Tapi lihat dia pergi gitu aja Ay tau dia milih siapa. Ay awalnya ragu buat pisah, tapi Mas Alfin sendiri yang bikin Ay yakin kalau dia bukan pria yang baik buat Ay."

"Ay, Ibu mohon pikirkan baik-baik. Ibu akan usahakan buat Alfin dan Jane pisah. Pernikahan mereka gak sah. Ibu gak merestui mereka, Ayana," ucap Hana sambil menggenggam tangan Ayana dan menangis, memohon agar menantunya itu mengurungkan niatnya.

"Ay, kamu tau kalau Allah benci perpisahan dalam rumah tangga?" tanya Aji.

"Ay tau. Tapi Ay benci dikhianati."
Ayana menghapus air matanya, mencoba terlihat kuat tapi malah sebaliknya.

Because of God [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang