Ayah dan Bunda
¤¤•¤¤
Mata Alfin mengerjap saat indra pendengarnya diterobos oleh suara yang mengusik tidur nyenyaknya. Alfin melihat jam dinding lalu mengerang kesal saat tau jika jam masih menunjukkan pukul dua pagi.
Alfin meraba ponsel yang diletakkan tidak jauh darinya. Dengan mata setengah terbuka dia menatap layarnya.
"Ibu?"
Alfin menghembsukan nafas lalu menggeser tombol hijau di layar.
"Assalamualaikum, bu."
"Waalaikumsalam, Alfin. Ini ibu. Ya Allah, kamu di telfon dari tadi gak diangkat!"
"Ada apa, bu?"
Suara Alfin serak. Percis seperti orang bangun tidur, ya memang dia baru bangun. Bahkan nyawanya saja belum terkumpul.
"Kamu pulang sekarang! Ayana mau melahirkan."
Dahi Alfin mengkerut. Masih mencerna yang baru saja ibunya katakan.
"Ayana melahirkan--MasyaAllah!"
Alfin langsung bangkit. Nyawanya langsung kembali sepenuhnya.
"Sekarang, bu?"
"Iya, Alfin. Ini udah di RS. Kamu pulang sekarang."
"Iya, bu. Al pulang sekarang. Al siap-siap dulu."
"Iya, hati-hati. Kamu jangan ngebut. Ayana gak papa. Kamu jangan khawati, oke? Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Alfin bergegas. Setelah mencuci muka dan mengemasi barangnya, Alfin segera pergi dari hotel tempatnya menginap.
Perasaan Alfin campur aduk. Senang, khawatir, takut, banyak perasaan menjadi satu.
"Ya Allah, Ayana..."
Satu sisi hatinta begitu bahagia saat tau anak yang selama ini dinantinya akan tiba. Tapi, sisi lainnya begitu khawatir mengungat dia tidak disamping Ayana. Kesal dan kecewa pada dirinya sendiri jika nanti anaknya lahir tanpa dia temani.
Lalu siapa yang mengadzani dan mungkomati anaknya untuk pertama kali? Siapa yang akan menggendongnya untuk pertama kali?
"Tunggu, ayah, nak. Jangan lahir dulu..."
Alfin menancap gasnya makin dalam. Jalanan yang cukup sepi membuat Alfin leluasa memacu mobilnya.
Perjalanan akan menempuh waktu sekitar dua setengah hingga tiga jam jika lewat tol mengingat jarak yang cukup jauh.
"Ayana, bertahan sayang. Aku pulang..."
Air mata Alfin tidak bisa ditahan. Entah sejak kapan. Tapi Alfin membiarkan air matanya itu turun lalu beberapa kali menghapusnya.
"Ayana... Hiks..."
Sungguh, Alfin tidak tenang. Harusnya dia tidak mementingkan pekerjaan seperti yang dikatakan Aji. Harusnya dia di sisi Ayana.
Alfin meminggirkan mobilnya saat tangannya makin gemetar dan dia mulai berkeringat dingin. Pria itu menghembuskan nafas. Menegak sebotol air hingga tandas lalu memejamkan matanya.
Tidak, Alfin tidak boleh ngawur saat berkendara. Biar bagaimanapun dia masih ingin melihat bayinya. Memberikan nama yanh indah untuknya.
"Astahfirullahal'adzim..."
Alfin menyenderkan kepalanya sambil memejamkan mata. Kalau diteruskan Alfin tidak bisa fokus pasti dan itu berbahaya.
Alfin meraih ponselnya. Dia kembali menghubungia ibunya untuk memastikan keadaan Ayana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of God [END]
Fanfiction[15+] Spesial Islamic Story. Sinetron Indonesia yang dikemas dalam bentuk fanfiction story😌 BTS Jungkook as Alfin Jungkook Mahendra TWICE Nayeon as Ayana Nayeon Andara Semua baik-baik saja hingga badai itu datang dan memporak-porandakan segalanya...