-24-

1K 128 38
                                    

Sesungguhnya Allah Bersama Orang-Orang yang Sabar

¤¤•¤¤


Masih pagi tapi ruang rawat Ayana sudah hampir penuh sesak, padal ruangan itu VIP kelas satu yang tentunya yang luas. Itu semua karena pegawai RS yang berbondong-bondong datang ingin menengok Ayana dan melihat bayinya yang katanya tampan seperti ayahnya. Ya, silih berganti orang keluar masuk. Alfin sebenarnya cukup kesal. Ayana butuh istirahat tapi banyak sekali yang datang.

Berita kelahiran Bilal sudah tersebar dengan cepat dan menjadi trending di rumah sakit, menjadi bahan perbincangan di beberapa grup pegawai RS. Bahkan ponsel Alfin dan Ayana tidak berhenti berbunyi karena banyak sekali pesan masuk. Entah mengucapkan selamat atau pembicaraan di grup. Jadi terpaksa di silent mode.

"Ay, habis ini pulang aja ya? Kamu disini gak bisa istirahat. Banyak yang nengokin," kata Alfin saat ruangannya mulai sepi.

"Kenapa? Ay suka kok. Banyak yang nengokin dan doain Ay sama Bilal."

"Tapi kamu jadi gak bisa istirahat, sayang," kata Alfin sambil mengusap kepala Ayana yang berbalut hijab instan berwarna merah muda.

"Ay gak papa kok," elaknya.

Baru saja Alfin akan mengeluarkan argumennya, tapi ruangan kembali terbuka. Jimmy dan Mina dengan senyum cerahnya masuk ke ruangan Ayana.

"Assalamualaikum Ayana, Alfin."

"Waalaikumsalam..."

Ayana tersenyum begitu lebar menyambut mereka semua. Sesikit berbeda dengan Alfin yang memaksakan senyumnya.

Mau diusir juga gak sopan, tapi istrinya yang tersayang juga butuh istirahat kan?

"Kita gak ganggu kan ya?" tanya Jimmy.

"Enggak lah," jawab Ayana.

Ayana menyambut pelukan Mina dengan senang hati.

"Selamat ya kak," kata Mina.

"Makasih ya."

"Idih, ayah Alfin."

"Apa Jim?" tanya Alfin sambil menatap Jimmy.

Jimmy terkekeh lalu memeluk bahu sahabatnya itu.

"Congrats. Semoga jadi ayah yang baik, anaknya jadi anak yang sholeh."

"Aamiin. Makasih, ya doanya."

"Cepet nyusul," bisik Alfin.

Jimmy tersenyum. "Doain ya? Semoga cepet dipercaya sama Allah."

"Gua bantu doa. Lo sama Mina yang usaha."

"Apaan sih? Ya iya lah, Marjuki. Masa lo sama Mina. Naudzbubillah..."

Dua pria itu terkekeh.
Tatapan Jimny beralih pada istrinya, Mina yang sedang mengagumi Bilal yang pulas dalam box bayi.

"Kak, aku boleh gendong gak?" tanya Mina.

"Boleh banget dong."

Because of God [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang