-29-

837 121 36
                                    

Night in Seoul

¤¤•¤¤

Dua minggu kemudian...

Seperti yang direncanakan, Ayana dan Alfin bersama Viki dan pasangan Jimmy Mina berangkat ke Korea Selatan bersama.

Setelah perjalanan yang cukup melelahkan, kini mereka telah sampai di bandara internaisional Incheon, Korea Selatan.

"Bunda! Bunda, Viki ke luar negeri!"

Viki dan Jimmy bergidik melihat tingkah ajaib sahabat mereka.

Malu-maluin, batin Jimmy.

Ya Allah, semoga Viki diberi hidayah. Sekali ini aja, buat dia diem, batin Alfin.

Sementara Ayana dan Mina terkekeh melihat Viki yang tengah melakukan vidio call dengan bundanya.

"MasyaAllah, anak bunda... Titip salam buat calon menantu ya. Bunda doakan yang terbaik pokoknya. Bunda selalu setuju asal niatnya baik. Nanti kalau seumpama ayahnya Yuri pengen kalian nikah disana, gak papa. Ijab qabul dulu. Yang penting sah. Resepsisanya kapan-kapan."

"Loh, masa bunda gak mau lihat Viki nikah?"

"Ya kan bisa vidio call."

"Serius, bun?"

"Dua rius, Viki."

Viki menggeleng. "Gak, bun. Viki kesini itu niatnya bawa pulang Yuri dulu bari nikah. Harusnya kalau gitu bunda ikutin saran Viki ikut kesini."

"Viki, kamu tau sendiri bunda belakang gak enak badan. Udah tanda-tanda ini, bunda udah makin tua. Niat baik gak usah ditunda. Bunda pengen cepet punya menantu dan punya cucu. Umur gak ada yang tau, Viki.Iya'kan Alfin?"

Alfin yang merasa terpanggil langsung menggeser kepala Viki lalu tersenyum ke arah kamera. Di layar pun menampakkan wajah Alfin dan Bilal yang sedang tidur bersandar di pundak Ayahnya.

"Bener, bun. Niat baik harus disegerakan biar gak kelupaan. Nanti gak jadi-jadi lagi. Lagian kan lebih enak liburannya, Al sama Ay, Jimmy sama Mina, masa Viki nanti gak ada yang digandeng," katanya.

Viki mencibik kesal lalu mendorong kepala Alfin guna menjauh dari bidikan kamera.

"Ih, udah ya bun? InsyaAllah pulang nanti Viki bawain menantu. Viki minta doanya aja, semoga ayahnya Yuri mau nerima Viki. Yuri kan anak terakhir. Pasti ayahnya berat buat nikahin Yuri apalagi habis itu dibawa pergi jauh."

"Aamiin. Ibu doakan dari sini yang terbaik untuk kamu. Ibu udah titipin kamu ke Alfin sama Jimmy, pokoknya kalau ada apa-apa minta tolong mereka. Ingat, ya? Sholat sama ngajinya dijaga. Jangan ilang, ingat kamu di tempat orang."

Viki terkekeh. "Siap, bu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Vidio call pun berakhir. Viki menatap kedua sahabatnya dan istri mereka yang terkekeh melihatnya.

"Ngapain ketawa gitu?" tanya Viki.

Mereka kompak menggeleng.

"Kak Viki semangat banget," kata Ayana.

"Ya harus. Semakin bersemangat maka aura positifnya akan bertambah dan ketampanan juga kharismanya akan bertambah."

"Apaan? Udah, gak usah ngaco. Gak ada hubungannya kali. Wajah pas-pasan ya tetep aja pas-pasan." kata Jimmy.

"Jangan mulai deh, Jim. Jangan memulai baku hantam di negeri orang," kata Viki.

"Menghina orang lain itu sama seperti menghina ciptaan Allah. Lo bilang muka gua pas-pasan artinya lo gak menikmati karya Allah. Ingat salah satu ayat di surat At-Tin ayat 4? Sesungguhnya manusia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk. Kalau lo ngehina makhluk, artinya lo juga menghina yang menciptakan."

Because of God [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang