-16-

1.1K 141 75
                                    

Muhasabah

¤¤•¤¤

Malam ini Alfin dan dua sahabatnya, Viki dan Jimmy berada di masjid seperti biasa. Selepas sholat tarwih memang tiga sekawan itu selalu menyempatkan diri untuk tadarus Al-Quran. Biasanya mereka di masjid sampai jam sembilan. Ya, mereka memang masih satu perumahan, hanya beda blok saja.

Btw, soal Ayana, tugas mengajari Ayana mengaji beralih pada ibunya untuk sementara.

Ya, kesempatan di Bulan Ramadhan cari pahala. Lagipula setelah subuh Alfin juga mengajari Ayana kalau dia tidak morning sickness mengingat usia kandungannya masih tiga minggu. Dia tentu tidak melupakan begitu saja jika dia sudah tidak lagi lajang dan punya tanggung jawab mengajari istrinya yang masih dalam tahap pembelajaran itu. Selain itu dia tidak bebas pulang dari masjid hingga tengah malam. Ayana pasti tidak akan tidur dan menunggunya. Tidak bisa tidur kalau belum dapat kisah pengantar tidur dari Alfin katanya.

Kini mereka tengah menikmati makanan yang disediakan bersama beberapa warga yang juga ikut tadarus Al-Quran.

Ketiganya memisah membentuk linkok-lingkaran sendiri di serambi masjid karena Jimmy bilang ingin membicarakan sesuatu dengan mereka.

"Jadi lo mau ngomong apa? Mau kawin?"

Pertanyaan Viki membuat Alfin dan Jimmy terkekeh.

"Lo kok tau sih, Vik. Gua jadi malu," kata Jimmy sambil memukul pelan lengan Viki.

Viki tertawa paling kencang. Ya tidak terlalu kencang juga karena masih ada yang tadarus di dalam.

"Sumpah, Jim. Bercanda lo lucu banget. Ya gak fin?"

"Iya, ha ha ha... Eh tapi, gua aminin deh, Jim. Gua anggep doa. Ya Allah, semoga Jimmy cepet ketemu jodoh,"

"Aamiin!"

Lalu Viki dan Jimmy tertawa. Jimmy yang melihat itu merotasi bola matanya lalu menghembuskan nafas kesal.

"Gua serius. Wallahi, gua mau nikah."

Viki langung tersedak es teh sementara Alfin berhenti mengunyah gorengan dan menatap kaget pada Jimmy.

"Lo, uhuk... Serius?" tanya Viki sambil memukul-mukul dadanya.

Jimmy menghela nafas kesal.

"Iya. Gua mau nikah. Gak percaya yaudah," kata Jimmy kesal.

Alfin menghabiskan segelas es teh lalu menatap Jimmy lagi.

"Lo mau nikah? Sama siapa? Kok tiba-tiba? Lo gak lakuin yang aneh-aneh'kan?" tanya Alfin.

"Enggak, astagfurullah... Suudzon lo. Gua dijodohin sama papa," kata Jimmy.

"Ya kaya perjodohan bisnis gitu sih. Tapi kita sama-sama mau kok. Jadi tetep sah dan pernikahan gua halal. Gua juga udah ngomong sama dia berdua. Dia nyambung dan cerdas. Kalem, cantik, mandiri. Tipe gua banget."

Alfin tersenyum begitu lebar lalu langsung memeluk Jimmy.

"MasyaAllah... Alhamdulillah Jim. Akhirnya lo ketemu jodoh," kata Alfin sambil menepuk-nepuk bahu Jimmy.

Jimmy tersenyum.

"Thanks. Gua susulin lo habis ini. Tunggu aja. Anak kita bakalan main bareng kaya kita dulu," kata Jimmy.

"Aamiin. Insyaallah jim. Gua ikut seneng beneran."

Mereka melepaskan pelukannya lalu menatap orang yang masih asik memakan gorengannya.

Because of God [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang