-48-

3.8K 219 39
                                    

Jalannya

**

Tok tok tok.

"Assalamualaikum."

Klek.

"Waalaikumsalam. Astagfirullah, Alfin."

Alfin tersenyum pada wanita yang kini ada di depannya.

"Ibu ada gak, Kak?" tanya Alfin pada Kakaknya, Ayu.

"Ada di kamar. Ayo masuk."

Alfin melangkah memasuki rumah kakaknya begitu sang kakak memberi izin untuk masuk.

"Kak Aji dinas ke luar kota?" tanya Alfin.

"Iya, baru pulang besok siang. Ibu di kamar lagi istirahat, lagi gak enak badan soalnya. Tensi darahnya naik lagi."

Alfin yang mendengar itu buru-buru memasuki kamar ibunya. Di dalam, dia melihat sang ibu yang duduk bersandar di headbed.

"Assalamualaikum, Ibu."

"Waalaikumsalam, Alfin. Kamu kok disini?"

Alfin hanya tersenyum. Dia duduk di pinggir ranjang dan menatap ibunya.

"Kangen Ibu aja," kata Alfin.

"Kata Kakak, Ibu tensi darahnya naik, ya? Emang apa yang Ibu pikirin?" tanya Alfin dengan lembut.

"Ayo, Ibu istirahat. Udah ke dokter, belum? Kok gak ngabarin Alfin, kan Al bisa ngecek kondisi Ibu. Ibu kenapa gak ke rumah sakit aja, sih? Punya rumah sakit sendiri bisa dimanfaatin kan?"

Bu Hana menggeleng. "Ibu gak papa, tadi udah ke puskesmas deket sini. Cuma tensi darah naik aja. Jangan khawatir."

Alfin mengangguk. "Ya, udah. Ibu istirahat aja. Kalau ada apa-apa Ibu bisa telfon Al."

"Ayana gimana? Dia udah baikan belum?"

Alfin mengangguk. "Alhamdulillah dia baik. Tapi dia masih harus dirawat satu atau dua minggu lagi. Dia juga harus sering kontrol."

"Kalau kamu?"

Alfin mengernyit. "Maksud Ibu? Al baik, kok. Buktinya Al disini. Ibu bisa lihat sendiri kan, Al baik-baik aja."

Bu Hana menggeleng. Dia meraih tangan Alfin untuk digenggam kemudian menatap putranya itu.

"Tapi yang Ibu lihat kamu gak lagi baik-baik aja. Al mau cerita?"

Alfin menggeleng sambil tersenyum. "Al baik, Bu. Ibu gak usah banyak pikiran. Nanti tensinya naik lagi."

Alfin menggeser duduknya mendekati sang ibu kemudian membantunya berbaring perlahan.

"Udah, Ibu banyakin istirahat. Gak usah banyak pikiran. Alfin gak papa. Ayana juga kondisinya lebih baik. Insyaallah, nanti atau besok Alfin ajak Bilal kesini. Ibu kangen sama Bilal kan?"

Bu Hana hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum.

"Ya udah, Ibu istirahat. Alfin temenin di sini."

"Alfin, kalau ada apa-apa bisa cerita ke Ibu, jangan dipendam sendiri, ya?"

Alfin terkekeh mendengar perkataan ibunya.

"Iya, Bu. Insyaallah. Udah, Ibu istirahat. Kalau masih ngajak ngobrol Alfin keluar."

"Iya, kamu itu."

Alfin hanya terkekeh begitu mendapat cubitan gemas sang ibu di pahanya. Mungkin benar, sekeras apapun Alfin menyembunyikan kesedihannya, ibunya bisa melihatnya. Tapi Alfin juga tidak bisa begitu saja menceritakan perasaannya. Dia hanya bisa berpura-pura baik-baik saja di depan semua orang mulai sekarang. Karena mungkin, Alfin tidak akan pernah baik-baik saja mulai sekarang.

Because of God [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang