-40-

2.8K 183 87
                                    

Rumah

¤¤•¤¤

Sudah tiga hari setelah Ayana datang membawa penghulu dan menikahkan Alfin dan Ayana sama sekali tidak muncul ke hadapan pria itu. Saat Alfin melakukan vidio call pun Bilal yang langsung menjawab dan mengatakan bundanya sedang repot. Katanya tidak bisa diganggu. Wanita itu terkesan menghindar dari Alfin. Tapi tak apa, setidaknya Alfin mendengar kabarnya. Itu sudah cukup.

"Nanti siang biar Ayah yang jemput kamu ya? Bilangin ke Bunda."

"Beneran, Yah? Ayah gak banyak kerjaan ya emangnya? Kata Bunda Ayah sibuk banget. Ayah juga di luar kota lama mangkanya gak bisa ketemu."

Alfin tersenyum simpul. "Udah selesai kok. Sekarang Ayah bisa antar jemput kamu."

"Beneran, Yah? Asyik! Kalau gitu nanti Ayah jemput Bilal ya? Jemput Bunda juga. Masa Bunda gak mau diajak pulang, maunya di rumah Nenek terus. Kan Bilal kesel soalnya gak bisa main sama temen-temen kalo di rumah. Bilal udah kangen banget tau. Bilal kangen pengen peluk Ayah."

Alfin terkekeh melihat wajah Bilal yang nampak lucu itu.

"InsyaAllah, nanti Ayah jemput kamu sekalian ajak Bunda pulang."

"Ya udah, Yah. Udah siang, Bilal mau berangkat sekolah dianterin Om Viki, hehehe... Dah Ayah! Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam jagoan Ayah! Sekolah yang pinter ya?"

"Iya Ayah."

Bep.

Vidio call terputus. Alfin hanya mampu menghembuskan nafas pelan sebelum kembali tersenyum.

"Alhamdulillah..."

Yah, setidaknya sedikit rindunya terobati.

"Mas."

Alfin yang baru memasukkan ponselnya ke saku itu berbalik, menatap Jane yang baru keluar dari rumah.

"Aku udah selesai. Kita berangkat sekarang? Udah siang soalnya. Sarapannya udah aku masukin kotak kita gak sempet sarapan."

Alfin mengangguk mendengar ucapan Jane.

"Gak papa. Kita berangkat sekarang."

Jika biasanya Alfin berangkat dengan Ayana dan Bilal, kali ini berbeda. Ya, beda sekali rasanya. Biasanya dia dan Ayana mengantar Bilal dulu ke sekolah baru berangkat ke rumah sakit. Dalam perjalanan mereka tidak pernah ada sepi. Mereka selalu bercakap dan bercanda karena Alfin yang suka sekali menggoda Ayana.

Ah, Alfin rindu.

"Astgafirullah, Mas."

Jane dan Alfin sama-sama terjembab begitu mobil yang mereka tumpangi hampir menabrak mobil di depannya.

"Astaghfirullah..."

Hampir, untung saja hampir. Alfin menatap ke depan dimana semua kendaraan sudah berhenti karena lampu lalu-lintas sedang merah.

"Kamu lagi mikirin apa, sih? Sampai gak lihat lampunya udah merah. Ya Allah, untung gak sampek nabrak," ucap Jane sambil mengusap dadanya.

"Maaf, Jane. Emang lagi ada yang dipikirin aja," kata Alfin.

Alfin mengambil sebotol air di depannya dan langsung menegaknya hingga tersisa setengah. Alfin kemudian memejamkan matanya mencoba menetralkan degub jantungnya.

"Mas, udah hijau lagi lampunya."

Alfin pun membuka mata dan kembali mejalankan mobilnya. Dia hanya bisa menghembuskan nafas.

Because of God [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang