-17-

1K 140 68
                                    

Pedas

¤¤•¤¤

Tidak terasa bulan suci Ramadhan akan berakhir. Terhitung kurang seminggu lagi menuju lebaran. Tidak terasa pula kandungan Ayana bertambah usianya menjadi empat minggu atau genap sebulan. Ayana sudah terlihat lebih berisi walaupun tidak terlalu nampak.

Ayana kini tengah mengusap perutnya sambil berkaca. Melihat apa ada perubahan lagi dalam dirinya selain perutnya yang jadi tidak rata atau tubuhnya jadi lebih gemuk karena suka makan walaupun dia berpuasa.

"Assalamualaikum, Ay. Aku pulang."

Senyum Ayana merekah saat melihat Alfin memasuki kamarnya.

"Mas udah pulang?"

Alfin mengangguk. Ayana meraih tangan Alfin lalu menciumnya.

"Kamu ngapain tadi di depan kaca? Ngecek lagi?"

Ayana mengangguk.

"Ay kayaknya udah gendutan. Padahal baru sebulan."

Alfin terkekeh lalu mencubit gemas pipi Ayana.

"Ya biar sebulan tapi makanmu banyak banget kalau buka sama sahur."

"Tapi kalo pagi muntah. Kan dikeluarin lagi."

"Ya yang kamu keluarin itu udah termasuk ngemilnya apa belum?"

Ayana berdecak.

"Iya deh, iya. Ngomong-ngomong Mas Alfin gak i'tikaf di masjid? Katanya sepuluh malam terakhir di Bulan Ramadhan ada yang namanya Lailatul Qodr. Katanya nih, pas Ay baca, itu malam Lailatul Qodr lebih baik dari selama seribu bulan."

Alfin bergumam.

"Ngusir nih? Yaudah aku balik."

"Eh kok gitu?" kata Ayana sambil menarik tangan Alfin yang baru saja berbalik.

"Ya gimana, sayang? Masa aku pulang kamu malah ngusir."

"Ay gak ngusir. Lagian ini rumahnya Mas Alfin. Ay cuma ingetin aja. Ay itu gak mau jadi penghalang buat Mas Alfin beribadah dan cari pahala. Nanti Ay dosa."

Alfin terkekeh lalu menangkup pipi Ayana.

"Enggak, sayang. Aku pulang mau nemenin kamu tidur. Katanya gak bisa tidur kalo gak dipeluk sama diceritain? Nanti kalau udah tidur aku i'tikaf di rumah aja. Ya kalo gak ikutan tidur juga sih, he he he..."

Ayana berdecak lalu memukul pelan lengan Alfin.

"Dasar kebo," katanya.

"Biar kebo kamu sayang kan?" tanya Alfin sambil mengerlingkan sebelah matanya membuat Ayana kembali mencibik kesal.

"Apa sih? Ih, nyebelin. Udah ah. Mas Alfin ganti baju gih. Ay udah ngantuk mau tidur. Nungguin mas Alfin gak pulang-pulang."

"Kengen, hum?"

"Enggak. Ngapain juga kangen? Orang tiap hari ketemu."

Alfin terkekeh lalu mencubit sekali lagi pipi Ayana karena kelewat gemas.

"Ih, sakit! Udah sana, ganti baju."

"Iya Ay, iya."

Alfin lalu melenggang mengambil pakaian yang menggantung di balik pintu dan masuk ke kamar mandi.

Keluar dari kamar mandi, Alfin langsung bisa melihat Ayana yang tidur sepertinya.

"Tumben udah tidur," gumam Alfin.

Alhamdulillah deh, gak usah cerita, langsung tidur aja, batin Alfin.

Alfin ikut merebahkan diri di ranjang, tepat di samping Ayana. Jujur saja dia juga mengantuk mengingat seharian bekerja. Rumah sakit cukup ramai karena pasien bertambah akibat banyak terjadi kecelakaan. Efek mudik katanya. Jadi tingkat kecelakaan naik sekian persen. Alfin jadi sedikit sibuk.

Because of God [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang