-9-

1.1K 155 107
                                    

Souvenir Kelinci Lucu, Kayak Kamu

¤¤•¤¤

"Jadi gimana? Lo masih tetep lanjut apa stop aja?"

"Ya lanjut, lah! Gila kali, masa cuma gara-gara hujatan dan komentar netijen Ayana Nayeon Andara nyerah gitu aja! Gua bakalan buktiin kalau gua ini serius hijrahnya! Gua bakalan buktiin kalau gua bakalan istiqamah! Gua'kan udah bismillah, lillahita'ala niatnya jadi gaboleh nyerah gitu aja!"

Jiji tersenyum penuh kemenangan.

"Nah, gitu dong. Tadi aja nangis-nangis kejer. Bilang gua dihujat, dijahatin, mereka kejam, kebangetan. Hilih!"

"Ya'kan tadi! Gua tadi lagi curhat, jadi harus ekspresif dan mendalami apa yang terjadi seolah-olah gua lagi mengalami itu. Sekarang semangat gua udah kembali!"

"Yeu... Markonah!"

Jiji menoyor kepala Ayana membuat gadis itu menekuk bibirnya.

"Jiji gaboleh noyor kepala ih!" pekik Ayana membuat Jiji terkekek.

"Sorry, sorry."

Bersamaan dengan itu, pintu diketuk dan mereka melihat ke arah pintu.

Ayana dan Jiji terdiam melihat yang baru saja membuka pintu.

"Kenapa? Kok diam?"

"A-appa?"

Ayana melihat Appanya dari atas sampai bawah. Sebuah peci, baju kok, dan sarung.

"A-appa mau apa dengan baju itu?"

"Sholat dong. Memang Appa mau kemana dengan baju begini?"

Ayana dan Jiji saling pandang.

"Aneh ya? Hm... Ya, Appa akui appa aneh. Tapi kalau kamu mau berubah kenapa appa gak boleh?"

Ayana kembali menatap Appanya.

"Y-ya. Iya, Appa."

"Jiji di rumah dulu ya? Ayana sholat'kan? Ke masjid ya? Dengan Appa. Sudah mau adzan isya'"

Jiji mengangguk. Bahasa Indonesia Appanya Ayana memang tidak terlalu fasih dan terdengar aneh, tapi Jiji cukup paham.

"Ayo, Ayana."

Ayana mengangguk.

"Ji, ke masjid dulu ya? Tunggu disini bentar," bisik Ayana.

Ayana langsung menyambar mukenahnya dan keluar bersama Appanya.

Jarak masjid dan rumah hanya seratus meter. Ayana berjalan berdua bersama Appanya.

Senang, iya. Bingung, iya. Appanya tiba-tiba berubah begini.

Yunhoo tersenyum menatap Ayana yang berjalan di sampingnya sambil memeluk mukenahnya lalu dia merangkul bahu putrinya itu.

"A-appa?"

"Kenapa?"

Ayana menggeleng.

"Appa sebenarnya ingin jadi imam kamu saat sholat. Tapi kata Alfin, laki-laki lebih baik sholat di masjid atau mushola. Tapi perempuan lebih baik sholat di rumah. Jadi appa gak bisa jadi imam kamu untuk sholat wajib. Tapi appa tetap bisa ngajak kamu sholat di masjid'kan? Appa juga bisa jadi imam sholat sunnahmu kalau kamu mau. Bisa sholat dhuha atau tahajjud."

Yunhoo menghembuskan nafas lalu menghentikan langkahnya dan menatap Ayana.

"Kembali ke sini tiba-tiba appa dapat banyak pelajaran. Kamu benar, Alfin adalah orang yang sangat baik dan appa beruntung karena kamu mendapatkannya," kata Yunhoo sambil tersenyum.

Because of God [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang