•°°• _5_ •°°•

2.2K 161 2
                                    


Taehyung menatap wajah gadis yang saat ini tengah membuat hatinya berbunga. Rasanya dia memang sudah tidak waras karena sering senyum-senyum sendiri. Seperti dugaannya, malaikatnya adalah gadis cantik dan mania. Mania? Rasanya aneh karena dia dulu merupakan seorang gadis pemberani dan juga mandiri.

Taehyung tidak ambil pusing dengan hal tersebut dan kembali memandang foto gadis tersebut yang disamakan dengan foto masa kecilnya. Ya, Taehyung memiliki foto malaikat kecilnya tengah bersama dengan papanya karena dia tidak sengaja mengambil dari buku harian yang selalu dipakai malaikatnya. Taehyung tidak tau nama perempuan kecil tersebut, itulah sebabnya dia memanggilnya dengan nama malaikat. Tentu saja karena dia begitu baik seperti malaikat.

"Sana. Nama yang indah," gumamnya dengan senyum yang sudah mengembang sempurna. Jika ada yang melihatnya, sudah dapat dipastikan bahwa dia sudah gila karena sejak tadi memandang foto tanpa berkedip. Dia ingin memandangnya sepuas mungkin dan menyusun rencana untuk mendapatkan gadisnya kembali.

Tok.. tok.. tok..

Suara ketukan terdengar dan Taehyung hanya menoleh sejenak, tidak menjawab dan masih memperhatikan foto wanitanya. Ya, dia memang sudah menetapkan Sana sebagai wanitanya.

Dan dia yakin dengan segala kekuasaan yang dimilikinya, dia akan mendapatkan gadis tersebut. Siapa juga yang berniat menolak seorang Taehyung yang terkenal kaya raya? Meski begitu, jangan lupakan bahwa dia juga terkenal dengan sebutan playboy yang sudah melekat.

"Cantik," ucap seseorang di belakang Taehyung dan membuat pria tersebut langsung bangkit. Bundanya sudah berada di belakang dan menatap foto Sana. Buru-buru Taehyung menyembunyikannya dan menatap bundanya dengan senyum sumringah.

"Bunda ada apa?" tanya Taehyung yang saat itu tengah menginap di rumah orang tuanya karena rumahnya Lengah direnovasi.

Jieun, wanita berusia empat puluh tiga tahun yang masih tampak begitu cantik meski dengan sedikit kerutan yang sudah terlihat jelas. Matanya menatap teduh anaknya yang sudah menutupi foto seorang gadis di bawah bantal. Masih sama seperti yang dulu.

"Sini Bunda mau lihat." Ucap Jieun sembari mengulurkan tangan, menunggu Taehyung memberikan foto tersebut.

Taehyung masih kekeh dan tidak mau menyerahkan ke dua foto tersebut. Bagaimana jika nanti orangtuanya malah melarang untuk bergaul bersama Sana? Atau malah menjauhkannya dan menentang hubungan yang bahkan belum dibangunnya. Pikiran Taehyung terlalu kemana mana dan sayangnya tidak ada pikiran baik yang terlintas.

"Sini, Tae" kata Jieun dengan nada menekan. Sekarang kesabarannya sudah menipis karena rasa penasaran yang sudah menggebu. lni pertama kalinya Taehyung melihat sebuah foto dengan tatapan memuja.

Jieun sudah tidak sabar menunggu anaknya yang masih saja diam. Dia mulai memutar bola matanya jengah. Sejak kapan anak semata wayangnya menjadi seperti remaja dan kehilangan wibawa? Benar-benar gadis luar biasa yang mampu mengubah anaknya menjadi sosok yang baru ditemuinya.

"Tae, Bunda masih meminta baik-baik dan jangan buat Bunda marah, Sayang," kata Jieun mengulangi perintahnya. Kali ini dengan nada yang sudah dilekan agar terdengar tegas. Meski sebenarnya dia bukanlah wanita tegas. Dia bahkan tidak pernah membentak siapapun selama empat puluh tiga tahun.

"Bunda, biarkan Tae yang menyimpan. Kalau dia sudah setuju, Tae janji akan bawa ke hadapan Bunda." Ucap Taehyung dengan wajah meyakinkan.

Jieun hanya tersenyum lembut dan langsung duduk di ranjang sebelah anaknya yang saat ini tengah duduk dengan lengan disembunyikan ke belakang. Ternyata anaknya masih saja seperti dulu.

"Bunda hanya mau melihat gadis seperti apa yang sudah membuat anak Bunda menjadi seperti ini." Jieun menatap anaknya dengan tatapan lemah. Dia tau Taehyung tidak akan bisa menyembunyikan apapun darinya.

Taehyung menghela nafas panjang dan menatap bundanya kesal. Selalu saja tatapan memelas yang begitu menyentuhnya. Membuat rasa percaya dirinya kurang dan malah semakin tidak tega ketika bundanya masih menatap dengan tatapan yang sama. Dengan perasaan berat hati, Taehyung mulai mengeluarkan dua lembar foto yang dari tahun yang berbeda. Jieun yang melihat Langsung bersorak senang dan meraihnya cepat, membuat Taehyung menyesal sudah memberikannya.

"lni gadis yang sama?" tanya Jieun sembari menatap Taehyung dengan tatapan penuh tanya.

Taehyung mengangguk penuh antuasia. Sudah tidak ada lagi kesombongan yang ditunjukkan dan dia hanya menunjukan seperti apa dia sebenarnya. "Bukankah cantik, Bunda?"

"Cantik. Sangat cantik," Ujar Jieun sembari memperhatikan foto seorang gadis kecil yang tengah memegang lengan ayahnya. Dia merasa menyukai gadis tersebut dan yakin akan membuat bahagia anaknya.

Jieun menatap Taehyung yang masih tampak begitu antusias. "Kapan kamu akan membawanya ke rumah?" tanya Jieun sudah tidak sabar.

"Secepatnya," Jawab Taehyung dengan rasa penuh percaya diri.

Pagi sudah bersambut dengan kicauan burung dan sinar mentari yang sudah semakin terik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi sudah bersambut dengan kicauan burung dan sinar mentari yang sudah semakin terik. Hari ini, Nayeon masih melakukan hal yang sama. Beberes rumah saat ayahnya pergi. Ibunya? Sudah beberapa hari ini tidak pulang ke rumah karena mengurus pekerjaan yang menumpuk. Itu kata ayahnya dan Nayeon tidak ambil pusing. Dia memilih untuk diam dan mengerjakan apa yang bisa dikerjakan.

"Pagi kelinci imut," Sapa Nayeon yang saat ini tengah melepaskan kelinci kesayangannya agar keluar dan mencari makan di halaman belakang. Setidaknya sampai dia selesai mengeriakan tugas rumah dan pergi bekerja.

"Nayeon ! "

Belum juga dia merasakan kebahagiaan pagi yang baru disambutnya, suara teriakan Sana membuat hidupnya langsung berubah drastis. Mood-nya langsung turun seketika dan hanya helaan nafas yang terdengar.

"Nayeon!" Teriak Sana dari dalam dan itu membuat Nayeon semakin menghela nafas.

"Iya, sebentar." Jawab Nayeon yang langsung baranjak dan berlari ke arah Sana memanggilnya. Jika tidak, dia yakin Sana akan terus berteriak tanpa henti. Jujur saja, itu membuat telinganya menjadi sedikil pengang karena suara cempreng Sana.

Nayeon memasuki dapur dan langsung menuju ke kamar Sana. Namun, belum juga dia sampai, Sana sudah berdiri di pertengahan anak tangga dan menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. Kenapa?

"Kamu itu dari mana? Aku nyariin dari tadi.!" Sana sudah menatapnya dengan galak.

"Dari belakang." Jawab Nayeon dengan nada malas.

"Belakang terus. lama-lama itu kelinci nanti dipanggang aja" Celetuk Sana dengan nada mengancam.

Nayeon hanya menghela nafas panjang dan menatap Sana. Lagi-lagi kalimat itu dan itu benar-benar membuat nya muak. Ancaman dan siksaan. Rasanya sudah lama dia menerima hal tersebut jika diingat, sudah empat belas tahun dia menerima hal tersebut.

"Jadi, kamu mau apa?" tanya Nayeon mengalihkan pemhicaraan.

"Cuci mobil," Perintah Sana sembari mengulurkan kunci mobilnya.

***

TBC

Jgn lupa Voment 👉👈

See u 😘

Marriage HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang