•°°• _28_ •°°•

2K 175 23
                                    


Pagi-pagi sekali, Jin sudah harus meninggalkan villa tanpa ditemani Sana. Dia sengaja meninggalkan kekasihnya di villa, didampingi oleh orang kepercayaannya. Setelah diizinkan, dia langsung mempersiapkan segalanya. Tujuannya bukanlah perusahaan yang saat ini tengah diambang kehancuran atau rumah sakit, tetapi dia menuju ke suatu rumah tua di tengah hutan. Rumah yang seharusnya sudah tidak layak pakai itu dijadikan sebagai tempat pertemuannya kali ini.

Setelah menempuh perjalanan hampir dua jam, Jin akhirnya sampai. Rumah yang dituju sudah ada di hadapannya. Dengan cepat dia turun, mengamati sekitar dan memastikan bahwa tidak ada yang mengikutinya sama sekali. Setelah dirasa aman, langkahnya langsung memasuki rumah tersebut.

Sepi. Itulah hal pertama yang dilihatnya. Rumah dengan cahaya matahari minim karena sinar yang tidak bisa menembus hutan tersebut meniadikan udaranya terasa lembab, ditambah dengan perabotan yang sudah tidak layak pakai. Hanya ada satu sofa yang masih terawat di tengah mangan.

"Sam" Panggil Jin dengan suara tegas dan tanpa ada senyum yang terlintas.

Matanya melirik ke sekitar setelah dirasa tidak ada jawaban. Dia masih mengamati sekitar sampai suara derit pintu terbuka membuatnya mengalihkan pandangan. Jin mmebalik tubuhnya dan melihat pria dengan tubuh kekar berada di belakangnya dengan wajah tanpa ekspresi. Jin yang melihat hanya tersenyum puas melihat siapa yang datang saat ini.

"Anda memanggil saya, Tuan?" Tanya Samuel yang masih berdiri tegap dengan seragam serba hitam. Dia mengenakan kaca mata hitam, membuat Jin tidak bisa mengira apa yang ditunjukan oleh pria di hadapannya.

"Aku butuh bantuanmu." Ucap Jin dengan wajah sinis dan menatap tajam. Dia tau, Samuel tidak akan pernah menolak permintaannya. Dia merupakan salah satu orang kepercayaannya.

"Apa yang bisa saya bantu, Tuan?" Jawab Samuel tanpa mengalihkan pandangannya.

Jin melangkah mendekat dengan senyum keji yang ditunjukan dan berhenti tepat di depan Samuel saat ini berdiri. "Bunuh Kim Taehyung."

Meski Samuel memakai kacamata hitam, Jin masih bisa memperkirakan raut wajah Samuel yang tiba-tiba berubah. Dia tau anak buahnya tengah terkejut dengan permintaannya. Jin cukup sadar, membalas Michael secara langsung dan membuatnya menderita adalah hal percuma. Itulah sebabnya dia harus melenyapkan Taehyung saat ini juga dan membalaskan semua dendam keluarganya. Namun, sedetik kemudian, Samuel kembali menormalkan raut wajahnya.

"Anda ada masalah dengan Taehyung, Tuan?" Tanya Samuel dengan suara datar.

Jin yang mendengar hanya mendengus kecil dan menatap Samuel tajam. "Aku hanya memerintahmu dan kamu tidak ada hak untuk bertanya. Masalahku adalah masalahku dan kamu hanya berhak untuk melaksanakan tugas."

"Maaf, Tuan. Tanpa persetujuan Tuan Daniel, saya tidak berani."

Jin yang mendengar langsung menggeram marah dan melayangkan tinju ke arah Samuel yang hanya diam menerima pukulan. Matanya menggelap dan menatap anak buahnya yang masih berdiri dengan mulut terkunci rapat. "Ayahku masuk penjara dan ibuku masih rumah sakit. Semua karena ulah Taehyung dan aku akan membalasnya."

Samuel yang mendengar hanya diam dengan ekpresi yang sulit ditebak. Meski sudah lama saling mengenal, Jin terkadang tidak tau apa yang dipikirkan oleh orang kepercayaan keluarganya.

"Baiklah. Saya akan laksanakan." ucap Samuel dengan suara datar.

Jin yang mendengar langsung tersenyum tipis dan menepuk pundak Samuel pelan. "Aku percaya padamu, Sam. Jangan kecewakan aku." Ucapnya pelan dan hanya diangguki Samuel.

Jin melangkah keluar dari rumah tersebut dan masuk ke dalam mobil, siap meninggalkan tempat kumuh tersebut. Dia harus segera pergi ke villa dan memastikan bahwa Sana tidak kabur darinya. Dia mengurungkan niat untuk ke rumah sakit karena dia yakin, Taehyung akan mengawasi semua gerak-geriknya.

Marriage HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang