•°°• _11_ •°°•

1.9K 144 8
                                    


"Siapa nama kamu?" Seo Joon menatap semakin tajam.

"Nayeon. Im Nayeon." Jawab Nayeon sembari merutuki kesalahannya. Kenapa juga dia tidak memperkenalkan diri terlebih dahulu?

Seo Joon diam sejenak dan meneliti penampilan Nayeon yang tampak asal. Hanya memakai celana jeans dengan kaos dan kemeja yang terbuka tiga kancing. Belum lagi rambut yang hanya dikuncir kuda dan sepatu kets yang dikenakan.

"Jadi, ada perlu apa kamu, Nayeon?" Tanya Seo Joon karena penampilan gadis dihadapannya saat ini benar-benar kacau.

Nayeon diam dan membuka tas, mengambil amplop coklat yang tadi diberikan. Matanya menatap dengan senyum terulas dan menyodorkan kepada Seo Joon. Mingyu yang melihat bersiap menyerang, dia takut bahwa itu hanya jebakan. Namun, sekali lagi tatapan tajam dari bosnya membuat tubuhnya kembali diam.

"Apa ini?" Seo Joon menerima amplop tersebut dengan bertanya-tanya. tangannya langsung membuka tali yang melilit di atasnya dan melihat isi dari amplop tersebut.

"Itu adalah bukti bahwa saya berprestasi dan membanggakan di Tama University. Universitas keluarga anda." Jelas Nayeon dengan mata yang mengamati Seo Joon dengan cermat. Memperhatikan setiap gerakan dari pria tersebut.

Seo Joon tersenyum simpul. Jadi ini gadis yang selalu dibicarakan oleh teman-temannya? Dia merasa beruntung memiliki mahasiswi yang begitu berprestasi. Lalu, kenapa dia memberikannya? Seo Joon menatap Nayeon dengan tanya. Apa gadis dihadapannya ini meminta imbalan karena sudah membuat Universitas keluarganya semakin baik?

"Saya datang hanya meminta keadilan dan penjelasan. Kenapa anda mengeluarkan saya dari kampus padahal tidak ada kesalahan yang diperbuat. Apa saya tanpa sadar membuat kesalaan, Tuan?" Jelas Nayeon membuat Seo Joon membelalak tidak percaya.

"Apa?!" Seo Joon meremas amplop kosong yang ada ditangannya. Matanya melebar dengan bibir terkatup rapat.

Nayeon yang melihat langsung diam tanpa bicara. Apa dia melakukan kesalahan? Apa dia salah bicara.

Seo Joon berbalik dengan amarah yang kian memuncak. Siapa yang berani mengeluarkan mahasiswi terbaiknya tanpa alasan? Dia sendiri tidak pernah mengeluarkan keputusan tersebut. Satu-satunya yang mengetahui adalah rektor di kampusnya.

"Ikut ke ruanganku." Ucap Seo Joon seraya meninggalkan Nayeon yang masih membeku ketakutan.

Mingyu yang menyadari langsung mengajak Nayeon masuk ke dalam rumah dan memasukan sepeda gadis tersebut. Setelahnya, dia menutup gerbang dan menuntun tamunya masuk ke dalam rumah.

Taehyung diam menatap gadis yang saat ini tengah memilih pakaian di antara banyaknya model

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taehyung diam menatap gadis yang saat ini tengah memilih pakaian di antara banyaknya model. Sana menatap penuh antusias ketika memilihnya karena banyak sekali model baru yang terdapat di butik langganannya. Jieun Boutique. Tidak diragukan lagi mengenai kualitas bahan yang begitu nyaman digunakan.

"Tuan tidak mau mendatanginya?" tanya Mark yang saat ini tengah memperhatikan Taehyung lekat.

Taehyung menggeleng dan tersenyum. "Tidak. Aku gak mau buat dia kaget karena datang tiba-tiba."

Mark hanya diam dan fokus menatap ke depan.

Dia tidak mempedulikan apa yang saat ini tengah Taehyung lakukan. Biarkan bosnya fokus dengan apa yang dilakukannya. Bahkan sudah satu jam mereka hanya diam di mobil dan mengamati kegiatan Sana.

"Apa cewek kalau belanja selama itu, ya?" ucap Mark lirih, tetapi masih bisa didengar Taehyung.

Taehyung langsung menatap Mark tajam. Dia tidak suka ada yang mengkritik Sana, apapun bentuknya. "Kamu mulai bosan kerja dengan keluarga Kim, Mark?" tanya Taehyung dengan nada suara tajam dan menandakan ketidaksukaannya.

"Maaf, Bos." Jawab Mark dengan suara datar.

Taehyung hanya diam dan menatap kembali ke dalam butik, dimana Sana saat ini tengah berada. "Cantik." gumamnya dengan senyum manis yang jarang ditunjukan.

"Haduh, Mbak, ini gak ada model lain lagi, ya? Gini-gini mulu deh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Haduh, Mbak, ini gak ada model lain lagi, ya? Gini-gini mulu deh." Celetuk Sana yang satu jam sudah berjalan mengelilingi butik tersebut. Tidak ada yang memikat hatinya padahal hari ini dia benar-benar berada di mood yang buruk.

Nayeon sudah membuatnya marah dan saat dia datang ke butik langganannya tidak ada yang membuat pikirannya menjadi jernih. Emosinya sudah terasa memuncak. Biasanya, dia akan merasa tercerahkan dan membaik ketika mendapatkan apa yang disukainya.

"Mbak, ini beneran gak ada barang baru, ya?" Teriak Sana dengan nada angkuhnya.

Seorang wanita berseragam merah dengan celana hitam datang menghampiri Sana yang saat ini duduk di sofa yang disediakan di tengah ruangan. Dahyun, nama wanita tersebut yang terdapat di name tag.

"Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" Tanya Dahyun ketika berada di depan Sana yang saat ini benar-benar sedang tidak dalam kondisi mood yang baik.

Sana menatap sinis ke arah Dahyun dan berkata, "Ini butik apa udah bangkrut, sih? Gak ada barang bagus sama sekali?"

Dahyun tersenyum. Bagaimana bisa butik bosnya bisa bangkrut? Bahkan untuk memberikan seisi pakaian di butik secara gratis juga tidak akan bangkrut. Kenapa? Karena bosnya memang orang paling kaya.

"Maaf, Mbak, jika Mbak tidak suka, ada model lain. Mari saya antar ke lantai 2." Ucap Dahyun masih dengan nada suara ramah.

Sana bangkit dan menatap Dahyun tajam. Dia tidak suka dengan karyawan yang bahkan jauh lebih rendah dibawahnya, menasihati. "Kamu itu hanya boleh melayani saya, tidak usah memberikan saran."

Dahyun menghela nafas panjang dan kembali menunjukan senyum sumringahnya. Dia harus menahan sabar agar tidak marah dan memaki Sana. "Baik. Maaf jika saya salah. Mari saya antar." Ucap Dahyun sembari menyingkir dan memberikan ruang kepada Sana untuk melangkah.

Sana melangkah dengan wajah angkuhnya dan dengan sengaja menyenggol Dahyun, sampai wanita tersebut sedikit mundur. Untungnya tidak jatuh, tetapi kaki Dahyun sedikit terkilir dan terasa nyeri.

Sana melangkah lebih dahulu dan saat dirinya hendak menaiki tangga, kepalanya menengok ke belakang, tetapi Dahyun masih diam di tempat. Sana yang melihat langsung menghela nafas panjang dan menggeram kesal.

"Niat kerja gak sih!" Teriak Sana menggema di seluruh mangan.

***

TBC

Jgn lupa Voment 👉👈

See u 😘

Marriage HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang