•°°• _16_ •°°•

1.7K 157 10
                                    


Selama perjalanan, Nayeon hanya diam dan tidak berani melirik pria yang ada didekatnya. Dia terlalu takut untuk mengetahui apa yang saat ini tengah berada di otak kejamnya. Bahkan dia masih ingat dengan apa yang Taehyung katakan mengenai Sana.

Apa dia mengenal Sana?

Nayeon kembali melirik ke arah Taehyung dengan ribuan pertanyaan, tetapi tidak pernah terucapkan. Mengenai Sana dan tentang semua yang dilakukan Taehyung kepadanya. Dia tidak mengenal siapa pria yang saat ini berada di sebelahnya, tetapi seperti ada kebencian yang terpancar setiap mata bening tersebut menatapnya.

"Ngapain lihatin terus-menerus?" Tanya Taehyung dingin dan langsung menatap Nayeon.

Nayeon hanya diam dan terpaku ketika mata mereka bertatapan. Seperti terhipnotis, dia hanya diam dan merasa mengingat masa lalu kelam yang pernah dideritanya. Mata pria yang terasa sama dengan anak kecil yang dulu pernah ada dalam kehidupannya. Namun, sebuah deheman membuat mereka mengalihkan pandangan dan membuang wajah menatap luar jendela.

Mark yang sejak tadi menyetir hanya tersenyum kecil melihat keduanya. "Nona, apa sebaiknya anda makan dahulu. Sejak tadi anda belum makan." Ucap Mark tanpa senyum.

Nayeon yang mendengar langsung menatap Mark dan menggeleng. Dia tidak ingin berlama-lama di suatu tempat bersama dengan Taehyung, pria gila yang entah sejak kapan selalu membuat masalah dengannya.

"Gak perlu, Pak. Saya sudah kenyang." Ucapnya sembari melirik Taehyung yang langsung menatapnya datar.

Sebenarnya Nayeon benar-benar kesal karena Taehyung selalu membuatnya sengasara. Namun, dia bisa apa? Dia bahkan bersekolah dengan hasil kerja kerasnya selama ini. Jadi, yang bisa dilakukan hanya diam selagi tidak merugikannya.

Nayeon menatap Taehyung yang duduk tegap disebelahnya. Pikirannya masih berkutat dengan apa yang baru didengarnya sebelum pingsan. Semua karena dia tidak bisa membahagiakan Sana? Matanya menatap kembali Taehyung yang ada didekatnya. Menimang apa dia akan mengatakan atau hanya diam.

'Tetapi aku tidak bisa mati penasaran.' batin Nayeon berkecambuk.

Taehyung melirik Nayeon yang masih berfikir, tetapi dia tidak tau apa yang ada di dalam benak gadis mungil tersebut. Awalnya dia mengabaikan, tetapi lirikan Nayeon beberapa kali membuatnya menghela nafas panjang dan menatap tajam.

"Kamu itu kenapa? Ada yang mau ditanyakan?" Tanya Taehyung dengan nada datar dan wajah yang masih terlihat dingin.

Nayeon yang ditanya awalnya tersentak kaget. Jantungnya berdetak kencang karena terkejut. Tangannya mengusap dadanya pelan, membuat nafasnya kembali normal dan menatap tidak suka kepada Taehyung yang masih menatapnya.

"Bisa gak sih kalau gak ngagetin?" Protes Nayeon dengan wajah yang sudah benar-benar bad mood.

"Kamu tidak berhak mengatur siapapun. Lagi pula mobilku bukan tempat untuk melamun dan mencari inspirasi." Ucap Taehyung dengan mata yang sudah tidak lagi menatapnya.

Nayeon hanya diam dan menghela nafas panjang. Mencibir Taehyung yang masih bersikap arogan dan juga menunjukan ketegasan yang tidak dapat dibantah. Dengan susah payah, dia menelan salivanya dan menatap Taehyung memantapkan pilihannya.

"Aku mau bertanya sesuatu." Akhirnya Nayeon mengatakan apa yang sejak tadi berkeliling dalam benaknya.

"Katakan." Jawab Taehyung tanpa menoleh.

"Kenapa kamu melakukan semuanya? Maksudnya, kamu mengeluarkan aku dari Universitas, mencabut beasiswa dan aku yakin, tentang pekerjaanku juga semua ulahmu. Kenapa? Bahkan aku tidak mengenalmu sama sekali." Nayeon menatap tidak percaya kepada Taehyung. Dia tidak mengenal pria dihadapannya yang terasa tidak asing. Semua kesialannya terjadi dalam sehari dan sumber masalah hanya satu, Taehyung.

Taehyung menatap Nayeon semakin dingin. "Itu karena kamu tidak pernah melakukan hal baik untuk malaikat ku."

"Hah?" Nayeon mengerutkan kening heran. Malaikatnya? Siapa? Apa yang dimaksud adalah Sana? Namun, memangnya dia Siapa?.

"Kamu sudah membuat Sana menderita sejak dahulu, bahkan sampai sekarang. Kamu tidak pernah melakukan hal baik yang bisa membuatnya bahagia. Cukup penderitaannya selama ini dan aku akan melakukan apapun agar dia bahagia. Termasuk membalas semua yang menyakitinya." ucap Taehyung dengan nada ditekan dan mata menatap tajam.

Nayeon yang mendengar hanya tersenyum kecut. Semua menyayangi Sana. Berbeda dengan dirinya yang selalu dikucilkan. Dia meraih beasiswa dan tidak merepotkan ayahnya supaya dia mendapatkan kasih sayang yang dulu didapatkan. Namun, nyatanya semua sama saja. Tidak ada perhatian yang tertuju kepadanya.

Nayeon menatap Taehyung dengan tatapan pilu. Dia merasa iri dengan apa yang terjadi kepada Sana. Sekarang, bahkan ada orang yang terkesan gila, tetapi sangat mencintainya. Betapa beruntungnya dia karena ada yang akan melakukan apapun untuk kebahagiaannya. Takdir mereka memang berbeda. Nayeon hanya seorang gadis yatim piatu yang bahkan tidak tau dimana orangtuanya.

Nayeon tersenyum kecil dan mengalihkan pandangan. Helaan nafas terdengar sesak. Dia hanya berusaha menghilangkan beban berat yang tiba-tiba muncul dihadapannya. Matanya kembali menatap Taehyung ketika dia sudah merasa baikan.

"Jadi kamu begitu mencintai Sana?" Tanya Nayeon dan langsung diangguki oleh Taehyung. "Senangnya ada yang mencintai dia dengan tulus."

Taehyung yang mendengar menatap Nayeon, tetapi dengan tatapan berbeda. Tidak ada lagi kesan membunuh dan permusuhan yang sejak tadi menguar. Dia merasa ada pilu yang dirasakan ketika dia mendengar ucapan Nayeon. anehnya, dia seperti merasakan luka tersebut.

"Bagaimana kalau aku bantu kamu dekat sama Sana?" Tawar Nayeon dengan semangat. "Tetapi ada syaratnya. Tolong kembalikan pekerjaanku. Aku akan kesulitan jika kehilangan pekerjaan."

Taehyung menatap Nayeon dan tersenyum meremehkan. "Aku tidak butuh bantuanmu."

"Yakin?" Tanya Nayeon mencoba menggoyahkan pertahanan Taehyung. Dia harus kembali mendapatkan pekerjaannya.

"Sangat yakin." Jelas Taehyung dengan nada yang tidak bisa diganggu gugat.

Nayeon akhirnya diam dan berdecih kesal. Dia bahkan tanpa sadar tidak merasa takut berada di dekat Taehyung. Malah rasanya nyaman dan menenangkan. Takutnya menguap setelah dia berbicara dengan pria disebelahnya.

Nayeon melirik Taehyung yang hanya diam dan menatapnya mengejek. Dia harus mendapatkan pekerjaan lagi karena dia benar-benar membutuhkan uang tersebut. Dia cukup sadar diri yang tidak akan menyusahkan ayahnya yang sudah sejak bayi merawat dan menyayanginya.

"Tae" Panggil Nayeon sembari menatap Taehyung memelas. "Ayolah. Aku butuh pekerjaan."

Taehyung menatap tak acuh. "Kalau butuh kerja cari saja. Masih banyak di luar sana."

"Mana bisa? Aku bahkan tidak memiliki waktu untuk mencarinya." Tegas Nayeon kesal karena permintaannya tidak didengarkan.

"Aku tidak peduli dengan hal tersebut."

"Tapi..."

"Nona, sudah sampai." Potong Mark sembari menatap Nayeon dari balik kaca spion.

Nayeon yang mendengar hanya menghela nafas panjang dan langsung turun. Dia tidak mengatakan terima kasih atau bahkan menyuruhnya mampir. Masih merasa kesal karena Taehyung tidak membantunya. Akhirnya, dia memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dan membiarkan mobil tersebut pergi dari hadapannya.

"Manusia menyebalkan." Gerutu Nayeon yang langsung melangkah masuk.

***

TBC

Jgn lupa Voment 👉👈

See u 😘

Marriage HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang