•°°• _3_ •°°•

2.9K 203 2
                                    


Gadis berambut coklat keemasan memarkirkan mobilnya di halaman rumah berlantai dua dengan warna yang lebih didominasi krem. Setelah dirasa sudah cukup, dia langsung turun dari mobil dengan wajah angkuh yang memang sudah tercetak sejak lahir. Sana membuka pintu mobil dibagian penumpang dan menatap barang belanjaannya dengan cermat.

Banyak. Jelas, karena memang hobinya hanya berbelanja dan juga liburan. Saat ini dia tengah memasuki semester sembilan. Sayangnya, dia tidak memikirkan skripsi dan bahkan banyak sekali nilai yang tidak lulus pada mata kuliah sebelumnya. Yang ada di pikirannya saat ini hanya bermain dan bersenang-senang. Untuk apa terlalu banyak bekerja, lagi pula dia akan tetap bekerja dan memiliki aset keluarganya. Papanya seorang penguasaha properti sukses dan Sana yakin, ayahnya hanya akan mewariskan semua kepadanya.

"Nayeon!" teriak Sana dengan suara lantang.

Dia hanya diam di depan mobil dengan tangan yang masih mengetuk pintu pelan, matanya menatap pintu rumahnya yang belum juga terbuka. Kemana, Nayeon? Sana menghela nafas kasar saat Nayeon tidak juga turun.

"Nayeon!" teriak Sana semakin kencang.

Tidak lama, suara pintu di buka dan menampilkan Nayeon dengan pakaian santai dan kacamata bertengger membuat Sana menyeringai meremehkan. Dia menatap saudara tirinya itu dengan tatapan meremehkan.

"Darimana aja sih, kamu?" tanya Sana dengan nada kesal.

"Maaf, tadi masih jalan," ucap Nayeon yang sudah tau apa yang harus diucapkan. Seperti sudah terbiasa, Nayeon langsung menuju ke arah pintu belakang dan mengambil semua paper bag yang ada di sana.

"Ini semua punya kamu, San?’ tanya Nayeon tidak percaya dengan apa yang dibawanya. Hampir dua puluh lima paper bag dan itu semua dari nama toko yang berbeda.

Sana merasa tidak suka dengan pertanyaan Nayeon dan menatap tajam. "Memangnya kenapa? Ada masalah?"

Nayeon baru akan menjawab, tetapi suara berat dari arah belakang membuatnya mengurungkan niat. Nayeon membalik badan dan menatap seorang pria berusia empat puluh Iima tahun tengah menatap kearah mereka dengan senyum tulus. Senyum yang sudah dirindukan Nayeon beberapa hari ini.

"Ayah," ucap Sana mendahului Nayeon dan langsung memeluknya. Nayeon yang melihat hanya menundukan kepalanya lemah dan berusaha tegar. Dia juga ingin memeluk ayahnya, tetapi dia yakin Sana tidak akan merelakannya.

Siwon menatap Nayeon dengan senyum yang masih tidak dihilangkan. Ada beberapa paper bag yang dibawa Nayeon dan itu membuat Siwon bertanya. Dia cukup mengenal anaknya tersebut dan dia yakin itu bukanlah belanjaan Nayeon.

"Nayeon, itu belanjaan siapa?" tanya Siwon dan itu membuat Sana yang masih bergelanyut manja ikut menatap Nayeon.

"Sana, Ayah" jawab Nayeon dan mendapat tatapan tidak mengenakan dari Sana. Dia enggan menjadi sasaran pertanyaan dari ayahnya.

Sana yang ditatapan ayahnya tajam hanya tersenyum ringan, menampilkan wajah penuh penyesalan yang sudah dibuat-buat. Padahal dia sendiri tidak merasa menyesal sedikit pun. "Maaf," ucap Sana sembari memegang kedua telinganya. Dia sering menirukan apa yang dilakukan oleh Nayeon dan itu membuatnya menjadi terbiasa. Bedanya, kalau Nayeon melakukannya dengan perasaan bersalah, sedangkan Sana hanya untuk main-main dan mengelabuhi ayahnya.

"Baiklah." Jawab Siwon memaklumi, "tetapi, bawa sendiri belanjaannya," celetuk Siwon tidak tega melihat Nayeon membawa sebegitu banyaknya paper bag.

Sana menatap Nayeon dan memanyunkan bibir. Meski seperti merajuk, matanya mengisyaratkan lain agar Nayeon membelanya supaya ayahnya tidak menyuruhnya. Nayeon tau dan cukup untuk menolak, tetapi dia memilih lain dan mengiyakan permintaan Sana.

"Gak usah, Ayah. Biar Nayeon saja." ucap Nayeon dan langsung masuk ke dalam. Sebelum ayahnya menanyakan hal lain dan jelas dia tidak akan pernah bisa berbohong. Nayeon cukup tau keberadaannya dan sadar dengan siapa dirinya. Seorang gadis yatim piatu yang kemudian mendapatkan kasih sayang dan juga keluarga. Dia tidak mau menjadikan kebahagiaan ayahnya lenyap jika dia mengatakan semuanya.

Sedangkan di luar, Sana merajuk meminta dibelikan mobil baru. Siwon awalnya menolak, tetapi akhirnya dia luluh dengan syarat mobil Sana diserahkan kepada Nayeon dan setuju. Mereka melangkah masuk, meninggalkan halaman luas dengan gerbang yang masih terbuka. Membiarkan sepasang mata menatapnya dengan tatapan memuja.

***

TBC

Jgn lupa Voment👉👈

See u 😘

Marriage HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang