•°°• _37_ •°°•

2.3K 194 23
                                    


"Nayeon, kamu di mana?"

Taehyung masih mengelilingi jalanan, mencari keberadaan Nayeon. Dia sudah menyuruh anak buahnya untuk mengawasi rumah Jin dan ternyata memang tidak ada penghuni rumah tersebut sejak penangkapan Gong Yoo beberapa waktu lalu. Seluruh anggotanya sudah dikerahkan untuk mencari keberadaan Nayeon.

Taehyung menggeram kesal dan memukul setirnya keras. Rasanya dia sudah benar-benar diambang keputusasaan karena tidak mendapat kepastian di mana Nayeon berada saat ini. Penyesalannya semakin dalam mengingat dirinya dengan setengah hati berusaha menolong Nayeon.

Taehyung melirik jam tangan yang menunjukan pukul tiga dini hari. Sudah hampir delapan jam dia mencari di seluruh jalanan dan menyusuri kembali ke tempat ke jadian. Dia berharap ada petunjuk yang mempermudah pencariannya.

Namun, pencariannya nihil dan tidak ada apa pun yang ditinggalkan di bangunan tua tersebut. Kini, rasanya Taehyung benar-benar kehilangan arah.

"Arrgghh!" Geram Taehyung sembari mengacak rambutnya hingga tak beraturan. Helaan napas terdengar dan Taehyung langsung menyandarkan tubuhnya di kursi kemudi. Matanya memejam. Sejenak. Dia hanya ingin mengistrahatkan tubuhnya sejenak.

'Kamu janji akan menjemputku kalau sudah besar?'

'Aku janji. Saat aku sudah besar, aku akan menjemputmu dan aku akan menggantikanmu sebagai malaikat. Aku akan menjagamu'.

Baru sejenak dia memejamkan mata, ingatannya kembali berputar di masa saat itu, di mana dia menjanjikan sebuah kebahagiaan kepada malaikatnya. Namun, sayangnya dia salah dan malah menjadikan Nayeon begitu sengsara bersamanya.

"Nayeon, aku harus mencarimu ke mana lagi?"Ujar Taehyung dengan nada frustasi. Dia bahkan mengabaikan rasa lelah yang sudah sejak tadi dirasakannya. Dia hanya ingin mencari Nayeon secepatnya. Dia takut Jin akan menyakiti Nayeon.

Taehyung mengambil ponselnya dan menekan nomor Nayeon, tetapi hasilnya masih sama, suara operator. Sudah berulang kali dia mencoba menghubungi, tetapi hasilnya masih saja sama. Setelah itu, dia beralih menekan nomor Mark.

"Halo, Mark. Bagaimana hasilnya? Kamu sudah mendapatkan kabar di mana Jin menyekap Nayeon?" Tanya Taehyung setelah terhubung.

"Maaf, Tuan. Saya belum menemukan kabar di mana Jin membawa Nyonya Nayeon." Jawab Mark di seberang.

"Bagaimana dengan yang lain?"

"Mereka juga belum menemukan di mana keberadaan Nyonya."

"Baik. Secepatnya cari tahu keberadaan Nayeon." Perintah Taehyung tegas. Taehyung langsung mematikan panggilan dan segera melajukan kembali mobilnya. Dia harus mencari cara lain untuk mengetahui keberadaan Nayeon secepatnya. Dia tidak bisa membiarkan Nayeon terluka lagi karenanya.

'Aku akan segera menyelamatkanmu, Nay.'

Jin membuka pintu kamar Nayeon perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jin membuka pintu kamar Nayeon perlahan. Pandangannya hanya disuguhkan dengan ruangan gelap tanpa penerangan. Nayeon tidak menghidupkan lampu sejak kemarin malam.

Jin langsung meraih saklar di sebelah pintu dan menghidupkan lampu kamar tersebut. Pandangan pertama yang dilihatnya adalah seorang wanita yang tengah duduk di sofa dekat jendela dengan mata yang tak menunjukan kehidupan sama sekali.

"Nayeon, aku rasa kamu belum memakan makananmu sejak semalam." Ucap Jin yang saat itu tengah meletakan nampan berisi makanan dan minuman. Tetapi, matanya menangkap piring lain yang masih diisi dengan makanan yang tak tersentuh sekali pun.

Nayeon yang ditegur hanya menatap Jin dengan pandangan kosong. Dia sudah tidak memiliki alasan untuk hidup sama sekali. Ayahnya yang semakin jauh darinya. Taehyung yang ditunggu ternyata sudah berpaling tidak menginginkannya. Sedangkan ibunya, wanita yang selalu memeluknya dengan erat itu sudah pergi meninggalkannya. Lalu, apalagi alasan untuknya hidup saat ini?

"Nayeon, aku rasa kamu harus makan sebelum nantinya sakit. Aku tidak mau repot...."

"Tidak perlu." Potong Nayeon cepat. "Kamu tidak perlu mengurusku ketika aku sakit, Jin. Ini adalah pilihanku dan kamu tidak perlu bertanggung jawab untuk itu."

Jin yang mendengar hanya diam dan menggeram marah. Sejak semalam Nayeon bertingkah seenaknya saja tanpa memikirkan hidupnya sendiri. Jin tahu, dia memang sengaja mengurung Nayeon untuk keselamatan hidupnya. Dia sadar, dia
masih memiliki dendam karena Nayeon telah menggagalkan rencananya. Namun, membuat Nayeon mati dengan perlahan bukanlah tujuannya. Jika itu yang terjadi, Jin rasa dia yang akan hancur dan bukan Taehyung.

Jin melangkah mendekati Nayeon yang masih duduk di sofa sembari memeluk kakinya. Kepalanya di sandarkan di punggung sofa lemah. "Kamu mau mati sekarang?" Tanyanya dengan tangan dimasukan ke dalam kantong.

Nayeon yang mendengar pertanyaan Jin mendongak dengan senyum tipis yang masih ketara. "Memangnya kamu mau melakukannya untukku?"

Jin menghela napas perlahan dan menatap Nayeon lembut. "Kamu yakin akan mati dan membiarkan Taehyung menanggung beban sendiri? Aku memang jahat karena berniat membalas dendam untuk segala kekacauan yang telah Taehyung perbuat. Tetapi, aku tidak cukup hati untuk melenyapkan kamu yang tidak bersalah dalam hal ini. Itu sebabnya aku hanya akan menjadikanmu jaminan agar proses diskusiku dengan Taehyung berjalan dengan lancar." Jelas Jin sembari mengamati wajah Nayeon lekat.

Nayeon hanya mengulas senyum dan membalas tatapan dari Jin. "Kamu tidak akan pernah mendapatkannya, Jin."

"Kenapa?"

"Karena bukan aku yang diharapkan olehnya. Jadi, percuma kamu menjadikanku sebagai jaminanmu." Celetuk Nayeon sembari menertawakan perbuatan Jin. Dia menjadikannya sebagai alasan agar Taehyung tidak menyakitinya? Konyol. Bahkan Nayeon berani bertaruh, jika Taehyung akan dengan tega membiarkannya mati di tangan Jin.

"Kamu yakin, Nayeon?" Tanya Jin dengan sebelah alis terangkat. "Aku rasa kamu salah."

Nayeon hanya diam dan tak menjawab apa pun ucapan Jin. Dia juga tak berniat membalas dan bahkan lebih memilih untuk membuang muka. Dia kembali menatap hamparan pepohonan yang terbentang di depannya. Sepanjang mata memandang, dia hanya melihat pepohonan besar yang ada di depan kamarnya.

"Nayeon, aku rasa kamu harus mulai menyadari apa yang ada di hadapanmu. Kamu tahu, Nayeon? Aku merasa Taehyung mencintaimu."

Ucapan Jin seakan menusuk hatinya semakin dalam. Nayeon memejamkan matanya erat dan menghela napas panjang. Tangannya menggenggam tirai di hadapannya dengan erat. Ketika terdengar suara pintu terkunci, Nayeon menatap pintu tersebut dengan pilu.

"Andai semua itu benar, Jin. Tetapi, sayangnya semua itu salah. Kamu salah mengira bahwa Taehyung mencintaiku." Gumamnya dengan mata yang sudah berlinang. Nayeon mengabaikan wajahnya yang sudah tampak begitu kacau. Matanya bahkan sudah membengkak karena beberapa hari ini dia menangis terus-menerus. Menangis menaratapi kebodohannya yang terlalu nyaman dan menjatuhkan hatinya kepada Taehyung, seutuhnya.

'Ibu, Nayeon ingin bersamamu'

Pintanya dan langsung memejamkan matanya. Tubuhnya terasa lelah menjalani kehidupan yang seakan tak berpihak padanya. Takdir yang seolah mempermainkan.

***

TBC

Jgn lupa Voment 👉👈

See u 😘

Marriage HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang