•°°• _65_ •°°•

1.6K 132 20
                                    


Sowon menatap Jaehyun dengan air mata yang terus mengalir. Ingatannya kembali berputar di saat Jaehyun dengan tanpa perasaan mengambil harta berharga yang selalu dijaganya selama ini. Hancur. Perih. Dia bahkan menyesali perbuatannya karena sudah peduli dengan pria tersebut. Jika saja dia mengabaikan keberadaan Jaehyun di klub malam depan kontrakannya, dia tidak akan berakhir di apartemen pria tersebut dan mengalami kejadian yang benar-benar tidak diharapkan.

Sowon mulai memungut pakaiannya yang sudah bercecer kemana-mana dan mulai mengenakannya. Menahan rasa nyeri yang menyerang. Helaan napas frustasi terdengar dari arahnya dan kembali menatap Jaehyun yang sudah terlelap tanpa beban, bahkan senyumnya terukir di bibir.

Sowon mengambil selimut yang sudah tergeletak di dekat Jaehyun saat ini berbaring dan meyelimuti pria tersebut. Meski dia begitu membenci semua perbuatan Jaehyun malam ini, tetapi hatinya masih merasa manusiawi dan tidak tega membiarkan Jaehyun kedinginan.

Sowon baru akan menarik tangannya ketika sebuah genggaman membuatnya menghentikan gerakannya. Matanya menatap Jaehyun yang masih memejamkan mata.

"Sowon, jangan tinggalkan aku." Gumam Jaehyun masih dengan mata memejam.

Mendengarnya membuat Sowon benar-benar terenyuh. Perlahan, dia mulai melepaskan genggaman tangan Jaehyun dan meletakannya pelan. "Aku harus pergi, Jaehyun. Aku harus mulai melupakanmu. Tentang malam ini, anggap semua hanya mimpi karena aku juga tidak ingin mengingatnya."

Jaehyun hanya diam tidak menjawab dan terlelap dalam mimpi indahnya. Sowon yang melihat semakin teriris. Malam pertamanya telah direnggut dengan pria yang bukanlah suaminya, telebih dalam kondisi yang tidak sadar.

Sowon mengecup pelan kening Jaehyun dan kembali menjauhkan tubuhnya. "Mulai besok, hiduplah dengan baik, Jaehyun. Aku akan melupakanmu dan memulai kehidupan baru. Hiduplah berbahagia dengan Eunha dan aku akan mendoakan kebahagiaan kalian berdua."

Sowon menatap sekilas dan mulai bangkit. Dia membuka pintu apartemen Jaehyun dengan nyeri yang masih menyerang. Sekuat mungkin dia harus menahannya. Berlari dan menjauh secepatnya adalah pilihan terakhirnya kali ini.

Sowon menutup kembali pintu apartemen. Air matanya masih mengalir meski tidak sederas tadi. Setelah sampai di luar, dia mendongak dan menatap nanar langit yang mulai mendung. Semilir angin menerpa tubuh ringkihnya yang terlalu lama menderita.

"Tuhan, kuatkan aku." Batin Sowon sembari menyusuri jalanan yang tampak begitu sepi.

Dia mengabaikan hawa dingin yang semakin menyerang. Dia yakin, di rumah Jungkook sudah menunggu kabarnya. Dia sudah terlalu lama pergi, padahal niat awalnya hanya untuk membeli barang di supermarket.

"Aduh!" Pekik Sowon ketika bagian bawahnya terasa begitu sakit. Langkahnya terhenti dan Sowon mendongakan kepala, menatap langit pekat guna menghilangkan rasa sakit yang semakin bertambah.

"Aduh, gimana pulangnya kalau gini?" Gumam Sowon sembari duduk di trotoar jalanan. Kepalanya menoleh kesana-sini untuk mencari pertolongan. Namun, jalanan tampak begitu sepi dan membuatnya kembali mendesah frustasi. Meski sulit, Sowon tetap memaksakan untuk tetap berdiri. Dalam hati dia benar-benar merutuki kebodohan Jaehyun yang bersikap kasar.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Jin baru keluar dari rumah sakit menjenguk mamanya saat jam menunjukan pukul satu dini hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jin baru keluar dari rumah sakit menjenguk mamanya saat jam menunjukan pukul satu dini hari. Dia harus menunggu mamanya yang tengah menjalani masa kritis. Namun, dia harus kembali karena di rumah ada Samuel yang menunggunya. Namun, baru seperempat jalan, matanya melihat seorang gadis tengah terduduk di pinggir jalan. Tanpa rasa ragu, dia segera menepikan mobil dan keluar. Matanya menangkap gerakan menyakitkan yang dirasakan gadis tersebut.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Jin yang sudah berada di belakang gadis tersebut.

Sowon yang saat itu tengah menekan perutnya langsung menatap ke sumber suara dengan bibir yang menahan sakit dan tidak menjawab apa pun. Dia hanya tersenyum canggung dan menatap Jin dengan tatapan meneliti. Apa dia orang baik?, pikirnya dalam hati.

Jin yang tahu apa yang tengah dipikirkan Sowon langsung berkata. "Tenang, saya orang baik. Saya gak akan macam-macam sama kamu. Jadi, mau pulang bareng?" Tawar Jin dengan nada ramah.

Sowon menatap risau. Dia sebenarnya ragu, tetapi menyadari rasa sakit yang dirasakan, akhirnya dia memilih untuk mengiyakan ajakan Jin. Dia tahu ini salah karena bahkan dia tidak mengenal siapa yang saat ini berada di depannya. Namun, dia juga enggan jika harus tertidur di jalanan sepanjang malam.

Jin yang melihat Sowon menerima ajakannya langsung tersenyum dan dengan antusias. Dia membuatnya untuk masuk. Setelah di rasa sudah aman, Jin segera masuk dan menjalankan mobil.

"Siapa nama kamu?" Tanya Jin masih fokus dengan jalanan.

"Sowon." Jawab Sowon pelan. Dia menempelkan punggungnya dan mencari tempat ternyaman untuknya.

"Aku Jin." Sahut Jin dengan tangan yang masih mengemudikan setir. "Jadi, kenapa kamu malam-malam ada di luar?"

Sowon menunduk dan tersenyum. "Hanya menemui seorang teman." Ucapnya lirih.

"Terus, kenapa kamu pulang sendiri? Padahal aku melihat kamu sedang sakit." Celetuk Jin dengan mata yang menatap Sowon bingung. Apa benar yang dikatakan gadis di dekatnya? Tetapi dia mengabaikan rasa penasaran tersebut karena memang itu bukan urusannya.

"Dia masih ada urusan lain tadi." Jawab Sowon berbohong.

Jin hanya mengangguk dan kembali fokus. Setelah menanyakan alamat, dia segera menancapkan gas dan menuju ke alamat yang dituju. Tidak lama kemudian dia sudah sampai.

"Sudah sam...." Ucapan Jin terpotong. Matanya menatap Sowon yang sudah terlelap di dalam mobil.

"Udah tidur malahan." Kata Jin dan langsung melepaskan sabuk pengaman. Dia keluar dan mengitari mobil, menuju pintu Sowon. Dengan cekatakan dia membukanya dan menggendong Sowon, tidak berniat membangunkan gadis yang tengah tertidur dengan nyenyak.

Jin sendiri tidak tahu di mana rumah gadis tersebut. Namun, ketika dia baru saja membawa Sowon keluar, sebuah panggilan membuatnya membalik tubuh dan menatap bingung. Matanya menangkap sosok tinggi yang berlari ke arahnya.

"Sowon." Panggilnya dengan wajah khawatir.

"Kamu siapa?" Tanya Jin curiga. Dia takut jika pria di hadapannya adalah orang iahat.

***

TBC

Jgn lupa Voment 👉👈

See u 😘

Bantu Follow ig group aku ya @Glow.fficial 🙏💜

Marriage HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang