'Adara' - 3

8.5K 500 22
                                    

Happy reading.


"Sarapan dulu bang," ucap Heni -mama Alden- saat melihat anaknya sudah siap memakai seragam sekolahnya yang sedang menuruni tangga menuju dirinya.

Entah kenapa, Heni suka memanggil Alden dengan embel-embel "abang atau bang" padahal Alden anak tunggal.

"Aku nggak sarapan dulu ma,"

"Mau mama buatin bekal?"

"Nggak usah deh, aku beli aja nanti di kantin sama dua curut itu,"

"Yaudah hati-hati bawa motornya,"

Alden mengangguk, "Iya ma."

Selepas pamit dari mama nya, Alden keluar dari rumah dan menancapkan gas motornya menuju sekolahnya.

Sampai disekolah Alden segera melangkahkan kakinya ke arah kelasnya yang berada dilantai tiga, lantai dua untuk kelas duabelas, sedangkan lantai empat untuk kelas sepuluh. Tepat didepan tangga yang merupakan belokkan koridor sekolah, ternyata Alden hampir saja menabrak orang kalau saja orang itu tidak menghentikan langkahnya.

Alden melihat siapa orangnya dan mengalihkan pandangannya dari layar HP-nya, ternyata Adara.

"Sorry." Alden berucap dengan nada datarnya dan langsung meninggalkan Adara sendirian.


Adara mematung ditempat. Selama mengenal Alden dari pertama MPLS yang notabene teman satu gugus, baru kali ini Adara melihat Alden secara dekat. Ah jantung Adara serasa habis menaiki wahana rollercoaster. Ia pun memegang dadanya untuk memeriksa detak jantungnya yang berdetak kencang.

Sampai dikelas Adara langsung duduk di meja yang biasa ia tempati, dan disampingnya tak lain dan tak bukan adalah Silmi.

Teman sekelasnya menatap Adara heran.

Mendapat tatapan heran dari teman-temannya, Adara bertanya kepada Silmi yang sudah stay disebelah kursinya.

"Ada yang aneh sama gue?" Tanya Adara.

Silmi mengangguk, "Lo ngapain megangin dada lo? Kena serangan jantung?"

Mata Adara melebar.

Dia segera menurunkan tangannya. Ternyata dari koridor hingga sampai kelas tangannya berada didada? Aish Adara malu sekali!

***

Bel istirahat pertama sudah berbunyi beberapa detik yang lalu. Murid-murid berbondong-bondong mulai memasuki area kantin. Termasuk Alden dan dua sahabatnya. Mereka memilih kantin paling atas, merupakan kantin kelas sepuluh. Jadi setiap lantai memiliki satu kantin agar murid-murid tidak berdesakan.

Kenapa mereka tidak memilih ke kantin lantai tiga saja padahal mereka tidak usah naik turun tangga. Alasannya klise , mereka terutama Daniel, dia mau godain degem-degem a.k.a dede gemes.

"Niel, sono pesen bakso." Suruh Nevan.

"Alden aja si, kemaren kan gue udahan."

Alden berdecak, "Emang kemaren lo sekolah? Perasaan kemaren kita libur dah."

"Si anjir, maksud gue pas hari Jumat kambing."

"Gece Niel, gue tadi pagi belom sarapan nih." Pinta nevan.

"Bujug buneng, enak bener ye Van idup lo," ujar Daniel kepada Nevan. Meski begitu Daniel tetap menuruti perintah Nevan.

ADARA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang