Yok di vote dulu yokk sebelum baca yok...
Happy reading.
Saat Adara membuka mata, Adara menjelajahi seluruh sudut kamar. Menemui Alden yang sedang duduk di sofa single yang berhadapan dengan ranjang Adara. Cowok itu sangat fokus terhadap layar ponselnya, hingga Adara berdehem agar Alden melirik ke arahnya.Menyadari bahwa Adara sudah sadar--dari pingsan bohongan, Alden berdiri dari sofa itu dan menarik jaketnya yang ia taruh di sandaran sofa. Alden menghampiri Adara yang masih rebahan sambil menahan degup jantungnya agar tidak terdengar oleh Alden.
Alden berjongkok dipinggiran ranjang, "Udah selesai drama pura-pura pingsannya?"
Mendengar ucapan Alden, tentu saja Adara gelagapan untuk menjawab. Sumpah, Adara bingung mau jawab apa dan dia malu. Kalau kayak begini, Adara harus taruh muka dimana.
Setiap Adara ingin berucap selalu saja tidak terjadi. Sungguh, Adara sangat gugup. Apalagi posisi Alden yang berada tepat di sisi kanan Adara yang hanya berjarak 30 cm saja.
"Kenapa nggak dijawab hm?" tanya Alden dengan nada pelan.
Adara menelan ludahnya dengan susah.
"Ah, gu--gue, itu, lemes. Iya lemes. Jadi nggak kuat jalan. Lagi juga bantu orang bisa dapet pahala. Apalagi pacar sendiri." alibi Adara.
Cowok yang berada disampingnya hanya mengangguk paham. Setelah itu dia berdiri dan memakai jaket berwarna hijau army.
"Oke kalau gitu. Gue pulang dulu. Oh iya satu lagi, saran gue kalau lo mau pura-pura pingsan, mata lo jangan kedip-kedip. Terus lo harus tahan jangan sampai senyum. Untungnya, lo kagak gue turunin dijalan." setelah mengatakan itu, Alden langsung bergegas keluar kamarnya.Derum mobil milik Nevan sudah terdengar pertanda bahwa Alden sudah pulang. Selepasnya, Adara langsung memukul kepalanya sendiri. Dia merutuki kebodohannya itu.
Mengingat kejadian tiga hari yang lalu, Adara tidak berani menampakkan batang hidungnya ke kantin. Kalau dia ke kantin, takut akan bertemu dengan mereka. Untungnya saja Adara membawa bekal yang dimasakkan oleh Bi Nani.
Lagi pula kalau Adara tidak ke kantin Alden tidak akan mencarinya. Memangnya dirinya penting di hidup Alden? Tentu saja tidak, toh Adara hanya dijadikan pilihan kedua.
Kalau dia akan membuka hatinya untuk Adara dan dia ingin memulainya, pastinya Alden akan menanyai kabarnya lewat pesan. Kalau Alden beralasan tidak mempunyai nomornya, berarti cowok itu tidak mau membuka kisah cinta baru bersama Adara. Jelas-jelas Adara pernah mengirimnya pesan saat ingin malam minggu.
Entah mau sampai kapan seperti ini. Tapi sepertinya Adara harus memasang muka tembok. Ya, Adara bertekad, saat nanti pulang, ia akan meminta Alden mengantarnya pulang. Kalau tidak Adara duluan yang memulai, mana mau cowok itu duluan. Kesannya Adara yang ngebet banget pacaran sama Alden.
***
"Kok tumben ya, si Adara nggak keliatan. Gue cuma ngeliat si Silmi doang, sama temennya si Safa," ucap Nevan sambil mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin.
"Iya anying. Kemana ya tuh bocah. Gue kangen sama dia. Udah tiga hari kagak keliatan batang hidungnya," sahut Daniel.
Sejujurnya Alden juga bertanya-tanya didalam hati. Kemana Adara? Apa dia sakit? Tapi nggak mungkin. Eh--mungkin aja, apalagi pas waktu itu wajah Adara sangat pucat. Alden jadi tidak enak hati saat mengatakan itu. Mungkin Adara malu untuk bertemu dengannya. Pikir Alden seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA [END]
Teen FictionMencintai dalam diam mungkin itu yang terjadi dalam diri Adara Fredella Shaquille. Adara cantik, dia juga manis apalagi kalau sedang tersenyum. Bahkan banyak teman laki-lakinya meminta Adara menjadi kekasihnya, tapi Adara menolaknya. Dengan alasan d...