'Adara' - 40

6.1K 260 37
                                    


Aku up nih gaes mwehehe

Di vote dulu yuuuu sebelum bacaa...

Komen juga yang banyak, yaa

Oiya kalau ada typo komen ya biar aku benerin

Happy reading guys!


Satu bulan lebih telah berlalu dan ulangan akhir semester telah usai. Hubungan Alden dan Adara sudah membaik. Begitupun dengan Alden dan papanya. Meski Alden masih ada rasa sedikit belum memaafkan, setidaknya cowok itu mau bertemu dengan Adhi meski harus Adhi yang memulainya terlebih dahulu.

Omong-omong tentang Adhi, semenjak Adhi bertemu Alden tempo lalu, Adhi sering bolak-balik antara Medan-Jakarta. Dan Adhi pun sepertinya tidak menghalangi hubungan antara Adara dan Alden. Adhi ikhlas jika Adara, anak yang sudah ia anggap sebagai anak kandungnya sendiri memilih pasangan seperti Alden. Meski Adhi tidak tinggal bersama Alden, tetapi Adhi tahu bahwa Alden mampu menjaga Adara dengan baik. Buktinya Alden dapat menjaga Heni, bukan?

"Gimana ulangan kamu?" tanya Adhi kepada Alden.

Kali ini Alden ingin mengajak Adara bermain bersama kedua temannya. Tetapi saat menjemput gadis itu, ternyata papanya juga berada dirumah. Jadi disini lah Alden berada. Di teras sambil berbincang-bincang dengan Adhi. Ah, lebih tepatnya Adhi yang selalu bertanya sedangkan Alden hanya menjawab saja.

"Lancar," jawabnya dengan singkat.

Adhi menghela napasnya saat mendapati jawaban singkat dari Alden. Tapi Adhi tetap bersyukur. Setidaknya Alden masih mau menjawabnya. Sedangkan waktu lalu saat mereka bertemu, Alden selalu menghindar. Jadi meski begini, Adhi tetap bersyukur dan ia akan terus berusaha agar dirinya bisa dekat kembali dengan putranya.

Alden tidak tahu harus berkata seperti apa. Rasanya sangat canggung. Biasanya kalau Adhi mengajak ngobrol pasti ada Adara. Tapi kali ini tidak.

"Gimana kabar Papa?" tanya Alden dengan canggung.

Hati Adhi menghangat mendapat pertanyaan dari Alden. "Papa baik-baik aja. Kamu bagaimana? Papa harap kamu juga baik-baik saja,"

"Seperti yang Papa lihat. Dari dulu juga Alden sehat-sehat aja. Ah, bukan baik-baik aja. Tapi berusaha agar terlihat baik-baik saja," jawab Alden yang terdengar seperti sindiran bagi Adhi.

"Maafin Papa, Den." ucap Adhi dengan penuh sesal.

"Iya. Lagi juga percuma Papa minta maaf terus. Keadaan sebelumnya gak akan balik lagi," kata Alden dengan santai.

"Den, Papa mau peluk kamu, boleh?" Pinta Adhi karena kalau langsung memeluknya, takutnya Alden akan risih didekatnya.

"Of course," Alden menyetujui permintaan Papanya. Bagaimanapun juga, Adhi tetap Papanya dan Alden pun berusaha untuk kembali dekat dengan Papanya sebelum nanti Adhi dan Adara akan terbang ke Medan. Ya, meski Adhi sesekali harus ke Jakarta untuk bertemu Alden.

Mendapat persetujuan dari sang putra, Adhi langsung bangkit dari duduknya lalu diikuti oleh Alden dan Adhi langsung memeluk tubuh Alden.

Baru kali ini Adhi memeluk anaknya saat anaknya beranjak remaja dengan senang hati. Adhi sangat senang tetapi mengingat bahwa momen ini tak semulus yang ia inginkan, Adhi merasa sedih. Karena lusa ia akan pergi ke Medan bersama Adara. Kalau ia tahu kalau dirinya akan berbaikan dengan anaknya, ia dan Ira tidak akan tinggal di Medan dalam waktu beberapa tahun.

Bisa saja dia dan keluarganya tidak jadi tinggal sementara di Medan. Tapi yang jadi masalahnya itu, Adhi sudah menyewa salah satu rumah di Medan untuk ia tinggal bersama keluarganya untuk beberapa waktu. Ah, namanya takdir tidak ada yang tahu kalau akhirnya akan seperti ini.

ADARA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang