Yok di vote yok sebelum baca..
Happy reading.
Pelajaran olahraga sudah selesai sejak sepuluh menit yang lalu. Anak kelas XI IPA 3 sudah bubar dari lapangan dan hanya tersisa beberapa orang yang bermain bola basket. Alden dan kedua temannya memilih untuk bersantai-santai dikantin tanpa mengganti pakaiannya terlebih dulu. Bahkan Alden sampai membuka baju olahraganya dan disampirkan di bahunya, menyisakan kaus putih polos yang sebagai dalaman lalu Daniel dan Nevan mengikuti yang dilakukan Alden.
Untung kantin masih sepi, jadi tidak ada yang melihat mereka seperti ini. Bel istirahat masih lama berbunyi. Paling sekitar 20 menit lagi akan berbunyi dan mereka akan memasang lagi seragam olahraganya ke tubuh mereka masing-masing.
"Anjir gue capek banget," eluh Daniel sambil mengipaskan tubuhnya dengan tangan.
"Lemah kek cewek aja," sahut Nevan.
"Eh, eh, eh tuh congor enak bener yee ngomong. Gue sumpel juga nih mulut lo pake kaus olahraga gue yang harum semerbak seperti tai kucing." ujar Daniel.
"Kaus bau kaya tai kucing aja dibangga-banggain. Minus akhlak lu," ucap Nevan.
"Iri bilang bos,"
Nevan tidak lagi menyahuti ucapan Daniel. Tidak akan ada habisnya meladeni perkataan Daniel yang nggak ada benernya.
"Den, pesen makanan sono bakal gue," suruh Daniel dengan wajah songongnya.
"Ogah!" tolak Alden mentah-mentah.
"Masih punya kaki juga. Gunain selagi punya. Gue potong juga nih," celetuk Nevan.
"Lo ada dendam kusumat sama gue Van? Ayo gelud lah," tantang Daniel menggulung lengan bajunya hingga ketiak.
"Sono dah, lo berdua ribut. Udah gue siapin kuburan satu," sahut Alden memperhatikan mereka berdua.
"Gue bakal menang. Si Nevan mah, yaelah nggak ada apa-apanya sama kekuatan gue yang turun temurun dari engkong gue," kata Daniel sambil menaik-turunkan alisnya.
Nevan meringis menyaksikan kelakuan temannya yang tidak normal.
"Temen lo Den?" tanya Nevan kepada Alden.
Alden menggeleng sebagai jawabannya.
"Bukan. Temen gue normal semua kelakuannya,"
"Durhaka banget lo ya sama sultan,"
"Nggak usah belagak jadi sultan. Kalo tuh duit masih punya orang tua lo." kata Alden dengan telak.
"Wah! Ternyata lo suka merhatiin keluarga gue Den?" tanya Daniel kepada Alden dengan nada dibuat-buat seimut mungkin.
"Lo yang digituin Daniel, kok malah gue yang geli ya, Den?"
"Udah kebal gue sama kelakuan abstrak nih bocah."
"Noh denger apa kata sohib gue," ujar Daniel dengan bangga dan merangkul pundak Alden.
Alden berdecak dan melepaskan rangkulan Daniel.
Nevan melirik ke arah jam tangan miliknya. "Ganti baju yok. Bentar lagi bel istirahat nih,"
Daniel bangkit dari tempatnya. "Kuylah,"
Menyadari Alden yang belum berdiri dari tempatnya, Nevan mengernyit heran. "Nggak mau ganti baju lo?"
"Nanti aja. Lo berdua duluan." sahut Alden.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA [END]
Teen FictionMencintai dalam diam mungkin itu yang terjadi dalam diri Adara Fredella Shaquille. Adara cantik, dia juga manis apalagi kalau sedang tersenyum. Bahkan banyak teman laki-lakinya meminta Adara menjadi kekasihnya, tapi Adara menolaknya. Dengan alasan d...