Happy reading.Pandangan Adara ke arah televisi, tetapi tatapannya kosong. Seperti memikirkan sesuatu yang mengurus otaknya. Tentu saja dia memikirkan kejadian di sekolah saat ia ingin pulang sekolah. Bayangkan saja, cowok yang dia suka menembaknya. Ambyar hatinya. Tetapi ada yang menjanggal di hati Adara. Meskipun begitu, Adara tetap menerima Alden menjadi pacarnya.
Adara dan Silmi baru saja melangkahkan kakinya dari pintu kelas, Alden dan kedua temannya datang. Cowok itu sungguh tampan. Baju yang dikeluarkan dari celana sekolah nya, tidak memakai atribut, dan tas di selempang di lengan kanannya. Alden tidak memakai atribut hanya pulang sekolah saja. Jika berangkat dia akan memakai seragam sesuai aturan yang berlaku.
Tepat di depan Adara, Alden langsung berkata, "Jadi pacar gue, ya?"
Baru saja ingin menjawab, Alden menyela ucapan Adara.
"Oke, sekarang lo pacar gue. Gue balik dulu." Cowok itu langsung membalikkan tubuhnya dan kedua temannya memandang Alden dengan tatapan melongo. Tidak habis pikir, mereka kira cowok itu akan menembak Silmi, tapi ternyata malah sahabat.
Alden dan Nevan saling memandang. Seolah bertanya lewat tatapan mata. Tapi setelah itu mereka langsung bergegas menyusul Alden yang mungkin sudah di parkiran motor.
"Gue cabut duluan, ya," pamit dua cowok itu.
Berbeda dengan Alden yang sangat santai setelah menembak Adara. Adara diam mematung di tempatnya. Seolah-olah dia masih tidak percaya dengan kejadian barusan.
Sampai-sampai Silmi menepuk pundaknya, "Asik jadian nih sama doi, asekk,"
"Gue masih nggak percaya, Mi," ujar Adara.
"Sekarang harua percaya dong. Kan sekarang dia udah jadi pacar lo," sahut Silmi.
"Tapi kan belum gue jawab,"
"Gue yakin, pasti jawaban lo bakalan 'iya',"
Adara menyengir senang, "Tau aja lo, hehe,"
Tentu saja Adara senang menjadi pacar cowok itu. Tapi Adara yakin bahwa Alden tidak suka dengannya, melainkan suka dengan sahabatnya itu.
Bagaimana Adara bisa tahu? Tentu saja dia menguping pembicaraan Silmi dengan Alden di taman belakang sekolah. Bukan niat menguping, hanya saja jiwa-jiwa kepo-nya sudah meledak ingin tahu.
Saat Adara ingin pergi ke kelas, tapi ia urungkan niatnya. Dia ingin mencari Alden dan Silmi. Saat sedang mencari mereka berdua, Adara mengedarkan pandangannya dan mendapatkan sosok Alden dan Silmi, kebetulan dia juga berada di taman belakang. Kenapa bisa? Tentu saja, murid-murid sini kalau sedang membicarakan sesuatu pasti akan bicara disini. Katanya si enak saja pemandangan lagi juga disini udara nya adem soalnya banyak pohon-pohon yang rindang.
Saat ingin mengganggu mereka berdua, lagi-lagi niatnya dia urungkan. Mereka berdua terlihat sedang membicarakan hal penting. Apalagi sosok Alden yang biasanya wajah datar, ini wajahnya begitu tenang dan adem dilihat.
Adara memilih untuk bersembunyi di balik tanaman yang tak jauh dari mereka. Mendengar semua percakapan mereka, Adara membatin, miris.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA [END]
Teen FictionMencintai dalam diam mungkin itu yang terjadi dalam diri Adara Fredella Shaquille. Adara cantik, dia juga manis apalagi kalau sedang tersenyum. Bahkan banyak teman laki-lakinya meminta Adara menjadi kekasihnya, tapi Adara menolaknya. Dengan alasan d...