'Adara' - 14

3.9K 313 21
                                    

Happy reading.

Sesuai janji yang Adara katakan kepada Alden, bahwa mereka akan berkencan. Mengingat mereka akan berkencan, Adara tersenyum lebar. Ia bahagia, tapi senyuman itu perlahan pudar mengingat bahwa Alden memacarinya tidak tulus.

Pertamanya Adara merasa sakit hati, karena dijadikan yang kedua. Tapi Adara harus tetap berfikir positif, setelah melewati semua ini, semoga saja Alden bisa luluh dengan dirinya dan cepat move on dari Silmi.

Mengingat Silmi cinta pertamanya--eh entahlah, mungkin rasanya sulit hanya diberi waktu sebulan. Tapi Adara bertekat keras dan memegang teguh prinsipnya, Jangan menyerah sebelum gagal.

Tapi kembali ke takdir, bila takdir tidak mengizinkan mereka bersatu, Adara rela Alden pergi dari hidupnya. Kita sebagai manusia hanya menjalankan dan sedikit mengubah takdir menjadi lebih baik.

Dan kalau Alden bukan untuknya, Adara yakin, tuhan akan mengirimkan orang yang lebih baik daripada Alden. Karena hakikatnya tuhan akan memberi yang terbaik untuk umatnya, meskipun harus tersakit dahulu. Seperti pepatah mengatakan, Ada pelangi setelah hujan.

Gadis itu sudah siap dengan segala outfit- nya. Celana jeans pendek setengah paha dan kaos putih polos. Bagian depan dimasukkan sedangkan bagian belakang dibiarkan keluar begitu saja. Katanya si, biar kaya ala-ala Kowreyah.

Rambut sepunggungnya di kuncir kuda dan menyisakan anak-anak rambut dipinggiran. Gadis itu juga hanya memakai pelembab bibir dan bedak bayi saja. Adara suka yang natural, dan tidak suka yang berlebihan.

Setelah siap, Adara turun kebawah. Gadis itu terheran-heran saat melihat ada sebuah koper berukuran sedang di ruang keluarga.

Melihat bunda dan ayahnya yang baru keluar dari kamarnya, Adara langsung menghampiri.

"Kalian mau kemana?" tanya Adara.

"Bunda sama ayah mau liat perkembangan cabang restauran yang ada di Medan. Paling Bunda sama Ayah hanya satu bulan," jelas Ira.

Seperti yang dikatakan Silmi tempo hari, bahwa Bunda Adara ingin membuat restauran di Medan. Cukup jauh memang, tapi ini usaha untuk memajukan perkembangan restauran. Dan setelah ini, Ira akan ke Jakarta. Paling hanya sesekali ia akan menengok restauran nya yang ada disana.

Mata Adara melebar. "APA?!"

Jujur saja, Adara terkejut. Apalagi selama ini, dia tidak pernah ditinggal jauh oleh bundanya dan ayahnya selama ini. Paling-paling hanya 2 hari, dan dia akan dititipkan ke neneknya yang tinggal di Bandung. Dan waktu itu juga Adara masih berusia 11 tahun, dan tentu saja Ira dan Adhi khawatir dengan putrinya. Makanya mereka menitipkan Adara ke neneknya untuk beberapa hari.

Tapi berbeda dengan sekarang. Adara sudah besar dan remaja. Lagi juga mereka percaya kepada anaknya, bahwa dia tidak akan melakukan sesuatu yang membuat Ira dan Adhi kecewa. Dan juga, mereka akan menyewa pembantu untuk sementara waktu agar bisa memasak untuk Adara.

Ira juga sudah memberitahu kepada Bi Nani, beliau adik perempuan dari Mang Uun. Jadi, Ira tidak perlu khawatir tentang keadaan Adara. Sebab, keluarga Adara sudah sangat percaya kepada keluarga Mang Uun. Baayangkan saja, beliau bekerja sebagai supir dan satpam selama 10 tahun. Lagi pula Mang Uun orang yang amanah dan jujur.

"Kalau Bunda sama Ayah pergi, nanti Ara dirumah sama siapa?" sambungnya dengan raut wajah melas.

"Sayang," panggil Adhi. "Ayah sama Bunda sebentar kok. Nanti sesekali Ayah pulang buat jengukin kamu sama liat pekerjaan Ayah yang disini. Lagi juga nanti Ayah udah siapin pembantu, jadi kamu nggak bingung soal makan." Adhi memberi pengertian untuk putrinya.

ADARA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang