'Adara' - 36

4.3K 241 22
                                    


Halo ges aku up nih mwehehehe

Di vote dulu yuuuu sebelum bacaa yaaaa

Oiya kalau ada typo komen ya biar aku benerin

Happy reading guys!

"Sepupu modelan kaya gini lo anggurin, Den? Wah gila sih. Asli woiii ini gemoyy bengettttt," Adara masih histeris saat melihat ada anak kecil laki-laki yang sangat imut. Apalagi anak laki-laki itu berponi. Makin-makin deh gemasnya.

Mencubit pelan pipi anak laki-laki itu yang sudah Adara ketahui namanya dari mamanya Alden, yaitu Arcello atau kerap dipanggil Cello.

Anak itu mencuatkan bibirnya kedepan. Sontak hal itu membuat Adara semakin gemas hingga Alden menarik tangan Adara dari pipi sepupunya itu.  "Anak orang jangan lo siksa," katanya.

Adara mencebik tidak jelas kepada Alden. "Ini tuh namanya kasih sayang tau. Lo aja yang nggak pernah main sama anak kecil,"

"Memang. Anak kecil ngeribetin." cetusnya.

"Inget dulu lo pernah jadi anak kecil,"

"Tau. Kata siapa gue langsung gede?"

Adara menghela nafasnya gusar. Benar-benar tidak mau mengalah sekali laki-laki ini. "Serah, Den, serah lo." final Adara.

"Cello main sama kakak Ara, mau gak?"
tawar Adara kepada Cello.

Cello melirik Alden meminta jawaban dari cowok itu tapi Alden tidak menyadarinya. Akhirnya Cello hanya mengangguk dan ikut bersama Adara bermain di taman belakang sedangkan Alden hanya mengikuti mereka dari belakang. Daripada gabut sendiri mending ikut mereka.

Oh iya, mama Alden sedang ke butik. Padahal hari ini aturan jatahnya Heni libur. Tetapi karena ada suatu kendala mau tidak mau ia harus kesana dan kebetulan Alden datang dan Heni bisa menitipkan ponakannya kepada sang anak sekaligus calon mantu nya. Sebenarnya kalau Alden tidak pulang, si Cello akan di bawa oleh Heni. Tapi berhubung Alden pulang, Cello ia titipkan saja. Dan sekarang di dalam rumah ini hanya terdapat 3 manusia. Adara, Alden dan Cello.

"Den, sepupu lo, gue bawa pulang ya?" gurau Adara sambil menatap  Cello dengan tatapan bahagia serta senyum merekah.

"Bawa aja. Yang di demo sama keluarganya lo ini bukan gue," sahutnya dengan acuh sambil menatap layar ponselnya.

"Bilang aja disuruh sama lo,"

"Boong dosa," Alden mengingatkan.

"Emang siapa yang bilang boong itu dapet pahala?"

Alden mengangkat bahunya. "Gatau,"

"Lo minta kesini gara-gara ada tuh bocah kan? Yaudah lo yang jagain. Gue mau tidur," selepas mengucapkan kalimat seperti itu, Alden langsung melengos saja.

Adara menatap kepergian Alden dengan tatapan melongo bahkan hingga mulutnya mangap. Ia tak percaya apa yang Alden katakan dan perbuat. Cowok itu sepertinya tidak takut kalau sepupunya bisa saja Adara culik.

"Cell, Abang kamu cuek banget." curhat Adara kepada bocah yang berusia 4 tahun. Sedangkan sang bocah tidak menanggapi ucapan Adara. Ia masih sibuk dengan mainan lego nya.

Adara dapat menebak bahwa nanti saat besar si Cello akan seperti Alden. Kecilnya saja sudah cuek seperti ini. Apalagi besar. Bisa-bisa cueknya melebihi Alden. Tapi Adara yakin bahwa nanti jodohnya Cello pasti orangnya sabar, cantik, manis, dan pintar seperti dirinya.

ADARA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang