'Adara' - 19

3.9K 277 16
                                    


Happy reading.

Matahari pada jam 1 panasnya sangat menyengat seperti jam 12. Terasa matahari tepat seperti berada di atas kepala kita. Dengan cuaca yang panas seperti ini, tidak bisa menghalangi kegiatan Adara dan Silmi yang akan mereka lakukan.

Kali ini, tepatnya hari Minggu, mereka berdua berniat untuk lunch disebuah kafe. Kafe yang katanya sedang naik daunnya dan rata-rata diisi oleh anak muda. Ya, meskipun tidak jarang diisi oleh orang-orang dewasa. Tapi itupun kalau saat weekday saja. Beda hal dengan weekend, kebanyakan anak muda yang mengisi kursi-kursi yang disediakan oleh pihak kafe.

"Nggak ada bangku kosong Ra," ujar Silmi saat mengedarkan pandangannya ke penjuru sudut kafe tersebut.

Sepertinya mereka kalah cepat. Karena cafe ini menyediakan wi-fi untuk pengunjung yang datang kemari. Hal Ini yang membuat anak muda jaman sekarang betah berlama-lama di cafe yang menyediakan wi-fi daripada dirumahnya masing-masing.

Apalagi penggunaan wi-fi di kafe tersebut tidak terbatas, mungkin itu juga yang menarik peminat.

"Yah, terus gimana dong?" tanya Adara.

"Mana gue tahu,"

Tidak mau menyerah, Adara memilih m lihat setiap sudut ruangan ini. Siapa tahu ia menemukan kursi kosong atau mungkin bertemu orang yang dia kenal dan bisa menumpang duduk bersama mereka.

Senyuman Adara mengembang saat melihat orang yang dia kenal sedang duduk di pojokan kafe dekat kaca bersama temannya. Perempuan itu langsung menghampiri mereka tanpa menghiraukan panggilan Silmi. Mau tidak mau, Silmi harus mengikuti langkah Adara.

Dengan cekatan Adara langsung duduk disebelah orang tadi.

"Aduh ada Adara, kayaknya kita jodoh deh. Selalu aja ketemu sama lo," sahut Daniel salah satu orang yang duduk di dekat kaca transparan yang bisa langsung berhadapan dengan jalan raya.

"Ish, ge-er lo. Orang gue kesini mau nyamperin calon imam gue," ucap Adara sambil memeluk lengan kiri Alden.

"Lo ngasih tau Adara kalo kita lagi disini?" tanya Nevan.

"Nggak. Cuma kebetulan aja kali," kata Alden mengangkat kedua bahunya.

"Ini mah udah pasti Adara sama Alden jodoh. Buktinya gini, padahal Alden gak ngabarin Adara kalau dia disini. Tapi ikatan cinta yang antara mereka berdua sangat kuat, makanya bisa saling bertemu," goda Silmi kepada couple A2 itu. Wajah Adara memerah tetapi tidak dengan Alden, cowok itu hanya menampakkan wajah biasa-biasa saja.

"Bisa aje lo kaleng kerupuk," sahut Daniel.

"Mi, pesen minuman sono," suruh Adara kepada Silmi. Adara menyuruh Silmi bukan karena apa. Tapi tidak ada waiters yang menghampiri meja Adara–eh, lebih tepatnya meja yang dipesan terlebih dahulu oleh Alden dan antek-anteknya.

Silmi bangkit dari duduknya, "Oke. Lo mau apa?"

"Hm, gue ice vanilla latte aja,"

"Sip,"

Sepeninggalan Silmi, cewek dengan rambut yang di cepol asal membenarkan posisi duduknya agar lebih dekat dengan pacarnya. Sedangkan Alden,  cowok itu membiarkan kelakuan perempuan yang berada disampingnya. Terserah mau melakukan apapun sesukanya, asalkan jangan mengganggu Alden yang sedang bermain game online di ponselnya.

ADARA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang