'Adara' - 5

6.2K 391 7
                                    


Happy reading.


Malam yang indah banyak bintang bertaburan di atas langit. Besar dan kecil bintang, sama-sama memancarkan cahayanya yang sangat terang, membuat malam ini terasa cerah.

Bulan sabit pun ikut andil di atas sana. Bulan yang begitu indah, meskipun tidak seterang bulan purnama.

Adara dengan pakaian rumahannya itu berdiri di balkon yang tersambung oleh jendela kamarnya memandang langit yang cerah. Memandang bintang sambil tersenyum, Adara berharap dari salah satu bintang itu adalah orang yang paling ia sayang.

Mengalihkan pandangannya dari atas kebawah, masih banyak kendaraan yang berlalu-lalang melintasi depan rumahnya. Perumahan kompleks Adara cukup ramai dan tidak sepi, jadi penghuni setiap rumah tidak takut dengan adanya maling. Apalagi ada satpam yang berkeliling kompleks setiap saat.

Dia membalikkan tubuhnya dan masuk ke kamar lalu menutup jendela tanpa menutup tirai jendelanya.

Duduk di kursi belajar lalu membuka salah satu novel yang berjejer diatas meja. Membuka bagian yang mau dia baca lalu memfokuskan diri pada bacaan dibuku itu.

Tok tok tok..

Terdengar ketukan pintu, Adara sudah tau siapa yang ingin menemuinya.

"Buka aja, bun!" Teriak Adara dari dalam kamar.

"Kamu lagi ngapain? Kok nggak makan malem bareng bunda sama ayah?" Tanya Ira seraya berjalan menuju Adara.

"Baca novel bun. Aku lagi males makan malam bun, nggak selera." Ucap Adara fokus membaca novel miliknya.

"Kamu harus makan dong Ra, nanti kalo mag kamu kambuh gimana?" Ira mengelus surai Adara yang panjangnya sepunggung Ira khawatir dengan keadaan Adara. "Novel apa tuh?" Ira mulai kepo dengan novel yang Adara baca lalu mengambilnya dari genggaman tangan Adara.

Ira membaca judul dan sinopsisnya, lalu menatap Adara dengan selidik. "Kamu lagi suka sama seseorang?"

"Hah? Nggak kok bun!" Elak Adara.

"Hayoo ngaku.... Siapa orangnya? Bohong sama bunda dosa loh,"

"Iya deh iya, aku ngaku,"

"Sini aja ceritanya biar enak. Bunda bakal dengerin cerita keluh kesah anak bunda yang cantik ini," ujar Ira yang sudah stay di tempat tidur milik Adara.

Adara menuruti perintah bundanya dan langsung merebahkan tubuhnya di paha Ira.

Ira tersenyum kepada putrinya seraya mengusap rambut Adara. "Ayo cerita, nanti kalo ada saran bunda kasih dan kalo kamu salah bertindak bunda kasih arahan."

"Jadi gini bun, kan pas masih MOS aku satu gugus sama Silmi, dan ternyata aku satu gugus sama cowok yang namanya Alden. Dia itu datar, tapi dia kayaknya tipikal cowok penyayang deh," ucap Adara menatap langit-langit kamarnya.

"Kok masih kayaknya?" Tanya Ira.

"Waktu itu pas pengambilan raport, kan mama-nya temennya dateng terus langsung salim. Dan nggak lama mama-nya dia dateng dia juga salim terus cium kepala mama-nya. Dan disitu Ara ngambil kesimpulan kalo dia tipikal cowok penyayang,"

"Wah cowok idaman berarti? Banyak yang naksir nggak?"

"Menurut Ara, Alden itu nggak terlalu famous disekolah, tapi kalo yang suka sama dia banyak. Terus kalo ganteng, dibandingin sama temennya yang namanya Nevan masih cakepan temennya itu. Mungkin karena dia pinter, terus nggak banyak ngomong. Tipe-tipe cowok pendiem sama orang baru, tapi kalo udah kenal mungkin dia juga banyak omong, itu si menurut Ara,"

ADARA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang