'Adara' - 8

4.9K 347 46
                                    

Happy reading.

"Darrel gila anjir. Gue rasa dia urat malunya udah putus. Nembak Adara yang keempat kalinya di kantin. Nggak takut ditolak lagi apa? Mentang-mentang famous, dikata dia bisa ngelakuin seenak udelnya apa. Hilih kintil lah," ucap Daniel menggebu-gebu.

"Biarin aja si Niel. Dia ini yang ngelakuin ngapa lu yang ribet," balas Nevan.

"Elah Van, lo kayak kaga tau aja. Si Daniel kan netijen, bego," ucap Alden.

"Tapi gue heran dah, si Darrel kan cakep tuh, mayanlah kalau diajak jalan kaga malu-maluin, terus juga anak osis, terus juga famous. Ngapa Adara kaga mau ya? Terus juga tuh cewek cakep, bakal jadi couple gols di Tirtayasa." Komentar Daniel lagi.

Kedua teman Daniel tidak menggubris perkataan Daniel, mereka berdua masih sibuk berjalan ke kantin untuk membeli minuman dingin terlebih dulu sebelum menuju parkiran untuk pulang kerumahnya masing-masing.

Baru saja mereka bicarakan, mereka melihat orang itu sedang membantu pedagang membereskan dagangan para pedagang.

"Anjir tumben banget si mak lampir rajin," ujar Nevan.

"Iyalah harus. Orang ini perintah Bu Wati. Kalau kaga dikerjain, bisa-bisa dua kali lipat hukumannya asu," balas Daniel.

Alden mengedarkan pandangannya seisi kantin dan mendapatkan Silmi sedang memainkan ponselnya disalah satu bangku yang kosong yang disediakan oleh pihak sekolah.

Setelahnya, Alden menghampiri cewek itu hanya sekedar menyapa saja. Dan tentu saja dua temannya mengikuti langkah Alden.

Menyadari adanya Alden di kantin ini juga, Adara langsung menghampiri cowok itu yang sudah duduk disebelah Silmi. Disana juga sudah ada Nevan dan juga Daniel yang duduk didepan mereka berdua.

Adara menyela duduk antara Daniel dan Nevan. "Buset pada ngerumpi-in apaan nih? Pasti lo pada ngerumpi-in gue, lo ya, ngaku?"

"Heh kutil kebo, lo ge-er banget jadi manusia," sahut Daniel sambil menoyor pelan kening Adara.

"Iya bege Ra, tadi lo di ghibahin tuh anak sama Alden pas jalan kesini," kompor Nevan.

"Gue nggak bilang ya Van, nggak guna banget gue ghibahin orang, dapet duit aja kaga." Sahut Alden.

"Bah gue cuma ghibahin Adara dikit doang si, kebanyakan gue ghibahin noh si Darrel," bela Daniel.

"Mulut lo keknya nggak bisa ya Niel sehari aja nggak usah ngegibahin orang," sahut Silmi yang dari tadi menyimak percakapan mereka.

"WOE ADARA! SINI LO, MALAH KABUR LAGI!" kata Caca dari jauh.

"GUE PULANG YA CA, INI JUGA GARA-GARA LO BAMBANG! COBA AJA LO NGGAK NGAJAK GUE RIBUT, NGGAK BAKAL DIHUKUM BEGINI!" sahut Adara dengan keras sampai-sampai orang yang berada didepannya itu menutup telinganya.

"Ish gue bilangin Bu Wati lo ya," ancam Caca.

"Bodoamat gue nggak takut sama tuh guru." Sahut Adara. "Udah yu Mi, kita pulang. Males disini ada emak lampir," menarik Silmi agar berdiri. Sedangkan yang ditarik hanya pasrah saja.

"Woe Daniel, Nevan, Alden gue balik dulu jangan kangen sama gue. Eh iya kalau kangen tinggal calling-calling gue," ujar Adara sambil mengedipkan matanya dengan genit.

ADARA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang