'Adara' - 34

4.2K 230 21
                                    

Hallo ges aku up nih mwehehehe

Di vote dulu yuuuu sebelum bacaa

Kalau ada typo komen ya biar aku benerin

Happy reading!


"Huft!" Terdengar helaan nafas dari cowok yang sedang berdiri di balkon kamarnya. Ia merasa lega karena mamanya tidak memarahinya karena pulang terlambat. Gini-gini Alden sangat takut dengan ibunya.

Meskipun sudah yakin kalau mamanya itu tidak akan mengomelinya tetap saja ia merasa takut. Bagaimana tidak, saat ia sampai rumah waktu menunjukkan pukul setengah 10. Saat memasuki motornya kedalam rumah sengaja Alden matikan mesinnya takut mengganggu mamanya yang sedang tidur karena pukul 9 saja Heni sudah tidur.

Tetapi kali ini tidak. Saat membuka pintu rumah terdapat Heni yang sedang berkecak pinggang dan menatap Alden dengan datar. Meskipun Heni orang yang lemah lembut dan tidak gampang marah, tetapi ia paling tidak suka dengan orang yang ingkar janji dan tidak disiplin. Maka dari itu ia menatap Alden dengan tatapan mata datar.

Sedangkan Alden hanya bisa tersenyum kikuk.

"Duduk. Mama mau interogasi kamu," ucap Heni kepada Alden.

Tanpa menjawab Alden langsung menuruti perintah Heni.

"Kan Mama udah bilang jangan pulang malem-malem. Mana dihubungi nya nggak diangkat."

"Maaf, Ma. Hape Alden ketinggalan dikamar." Alden menatap Heni dengan raut bersalah.

"Emang kamu habis dari mana, Bang?" Sekarang intonasi suara Heni berganti lembut sembari mengusap surai Alden. Ah, Alden sangat beruntung mempunyai Mama seperti Heni.

"Rumah sakit." jawabnya.

"Ngapain kesana? Emangnya kamu sakit?"

"Nggak. Aku nemenin Adara disana."

"Ya ampun, Abang! Kenapa nggak bilang kalau Adara ada disana. Kan Mama juga mau jenguk calon mantu Mama. Adara kenapa memangnya?"

"Dia keserempet mobil." jawab Alden.

"Astaghfirullah. Kok bisa?"

Alden menceritakan kejadian kenapa Adara bisa sampai rumah sakit. Heni meringis mendengarnya tetapi ia bersyukur bahwa tidak ada hal yang membahayakan Adara. Dan gadis itu bisa pulang besok.

"Alden nggak ngerti lagi sama hal random nya Adara. Bisa-bisanya foto-foto di jalanan. Otaknya udah ketukar otak ayam kali."

"Hush! Jangan ngomong gitu. Pacar kamu itu." peringat Heni.

"Emang pacar Alden. Siapa bilang pacar tukang kebon?"

Heni berdecak. "Ck! Udah lah, Mama mau ke kamar. Sana bersih-bersih abis itu tidur."

Sebelum pergi bergegas ke kamarnya, Heni menyempatkan diri untuk mencium kening anaknya dengan cukup lama. Anak yang ia besarkan dengan jerih payahnya sendiri selama ini tumbuh menjadi remaja. Ah, sangat cepat sekali pertumbuhan anaknya. Padahal Heni baru kemarin Alden masuk sekolah SD dan sekarang anaknya ini sudah punya pacar. Berarti anaknya sudah besar.

Mengambil dan mengecek ponselnya yang sempat tertinggal di meja belajarnya. Ternyata banyak sekali panggilan masuk dan pesan masuk yang dikirimkan oleh Adara, Silmi, Nevan, Daniel dan mamanya.

Entah kerasukan apa, Alden membuka roomchat nya Adara. Padahal selama ini ia jarang mengechat bahkan tidak pernah memberi pesan terlebih dulu untuk Adara. Selalu perempuan itu yang selalu memulai. Melihat Last seen yang terdapat pada bar atas ternyata perempuan itu sedang online ia lalu mengetik sesuatu untuk Adara.

ADARA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang