'Adara' - 37

4.5K 236 45
                                    


Halo ges aku up nih mwehehehe

Maaf ya, kalau up nya rada lama. Aku lagi menyiapkan ending wkwk

Di vote dulu yuuuu sebelum bacaa yaaaa

Oiya kalau ada typo komen ya biar aku benerin

Happy reading guys!


Setelah beberapa hari tidak masuk sekolah, akhirnya pada hari selasa ia memusatkan untuk sekolah. Meski kakinya masih rada nyeri, mau tidak mau ia harus pergi ke sekolah. Adara tidak ingin ketinggalan pelajaran. Apalagi mengingat otaknya yang tidak pintar, pasti akan susah jika menerima pelajaran sekaligus.

Adara keluar dari mobil yang Mang Uun kendarai dan berjalan menuju dimana kelasnya berada. Tapi langkahnya terhenti kala ada yang memanggil namanya dengan sangat keras dari ujung lorong. Adara sudah menduga siapa pemilik suara itu.

Adara berdecak. Kala melihat sosok orang tersebut. "kenapa?" tanya Adara sinis.

Orang itu langsung menarik lengan Adara ke tempat yang sepi.

"Apaan sih?" Menghempaskan tangan orang itu yang masih memegang lengannya.

"Ih galak banget," cibir orang itu.

"Ca, gue udah nggak ada urusan sama lo. Terus juga si Darrel udah gak gangguin gue lagi. Jadi lo nggak usah nyari gara-gara sama gue deh. Cape gue ribut mulu sama lo. Emangnya lo gak cape?" tanya Adara dengan lancarnya.

Caca. Ya, orang itu Caca. Perempuan yang sempat menjadi musuhnya. Eh, kayaknya sekarang juga masih. Apalagi perempuan itu menariknya dengan seenak jidat lebarnya disaat kakinya masih sedikit nyeri.

"Ra, gue seneng deh." Caca tidak meladeni perkataan Adara. Ia malah memberitahu sesuatu yang menurut Adara tidak penting baginya.

"Lah masalahnya buat gue apa?" Nada yang diajukan oleh Adara terdengar songong. Tapi Caca tidak memprotes. Biasanya jika ada orang yang berkata songong dengannya, akan ia sembur dengan kata-kata yang tajam.

"Gue mau bilang makasih sama lo,"

Alis Adara terangkat. Ia masih bingung dengan apa yang Caca katakan. Bagaimana tidak bingung, dirinya saja tidak pernah membantu manusia sejenis Caca yang mulutnya berisik sekali. 

Eh, Adara tidak berkata.

"Ke gue?" Adara menunjuk kearah dirinya sendiri.

Caca mengangguk. "Iya,"

"Kapan gue jadi pahlawan lo sampai lo bilang makasih ke gue?" tanya Adara masih dengan nada penasaran dan tak lupa juga nada songong nya. Ia akan seperti ini jika dengan orang yang sering membuat keributan dengannya

"Berkat saran lo, gue sama Darrel resmi balikan! Darrel udah sayang sama gue. Ah Gimana gue nggak mau seneng coba." Senyum Caca tidak luntur saat menceritakan hal itu.

"Iya-iya. Selamat ya. Dahlah gue mau cabut. Lo gak usah sok deket deh sama gue. Nggak inget lo dulu suka mencak-mencak ke gue, hah?" tanyanya dengan mata sinisnya.

"Maap deh," ucap Caca.

"Iye," Adara menggeser tubuh Caca ke samping karena dia menghalang jalan. "Awas gue mau ke kelas. Temen kelasan gue udah pada rindu sama gue,"

Senyum Caca masih belum luntur dari bibirnya saat memandang punggung Adara yang sudah menjauh dari pandangannya. Bahkan ia sudah tidak kesal lagi dengan Adara. Toh, Darrel sudah hak paten miliknya. Dan memiliki Darrel menurut Caca adalah hal ini paling membahagiakan dalam hidupnya.

ADARA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang