'Adara' - 35

4.7K 245 44
                                    


Aku up nih gaes mwehehe

Di vote dulu yuuuu sebelum bacaa...

Oiya kalo ada typo komen ya biar aku benerin.

Happy reading guys!


"Bi, kalau ada Alden dateng suruh tunggu diruang tengah ya. Jangan ditaro di depan rumah takut ada yang gondol. Nanti kalo di gondol orang, Adara sama siapa?" Bi Nani terkekeh mendengar penuturan Adara.

"Tenang aja Neng. Kalau Bibi taro luar bakal Bibi kasih stempel kalau Alden udah sold out."

"Nah boleh tuh, Bi,"

"Yaudah atuh, Neng. Bibi kebawah dulu ya. Mau nyiapin makan siang," pamit Bi Nani.

Sepeninggalan Bi Nani, Adara baru saja ingin bergegas mandi. Padahal sekarang sudah pukul setengah 12. Setengah jam lagi sudah masuk tengah siang. Begitulah Adara. Kalau libur sekolah mandi pun juga libur. Kecuali kalau ada janji dengan orang atau bundanya sudah mengaum seperti singa baru cewek itu bergegas mandi.

Menurut Adara tuh begini, mau ngapain mandi. Orang gue dikamar doang nggak ada yang liat ini.

Dibawah sana sudah ada Alden yang sudah duduk anteng di sofa ruang tengah. Dengan boring Alden membuka ponselnya dan ternyata tidak ada yang penting. Hanya ada nomor yang tidak dikenal yang mengechat nya. Entahlah mereka dapet darimana Alden lagipula Alden tidak akan meladeninya.

Ponselnya ia letakkan kembali disaku celana jeans nya dan dia memilih berkeliling ruang tengah rumah Adara. Ada banyak figura-figura dengan foto Adara saat kecil yang diletakkan di lemari bufet.

Tapi ada salah satu foto mampu membuat Alden mengalihkan pandangannya dari figura Adara yang masih imut-imut. Alden mengernyit heran. Sungguh tak percaya dengan apa yang ia lihat didepan wajahnya ini. Melangkah mundur ia tak sanggup menerima kenyataan bahwa orang yang berada di fugura itu adalah orang yang selama ini Alden hindari keberadaan.

Melihat sosok itu hanya dengan sebuah foto mampu membuat hatinya berdenyut nyeri. Mengingat hal-hal yang menyakitkan yang orang itu lakukan kepada Alden.

Mood Alden sekarang langsung berubah drastis. Yang tadinya good day dan menjadi sekarang bad day.

Alden berusaha mengatur deru napasnya yang memburu agar emosi nya tidak meledak dirumah orang. Memejamkan matanya sejenak untuk menerima kenyataan pahit ini.

Disaat dia sudah mulai menyukai bahkan menyayangi Adara, ada saja penghambatnya.

Kalian tahu apa yang Alden lihat barusan?

Sebuah foto keluarga dimana yang berisi 3 orang layaknya keluarga kecil yang bahagia.

Tidak ada yang salah kan dengan foto itu? Tentu saja tidak. Alden tidak iri dengan Adara yang bisa memajang foto keluarga diruang tamu maupun ruang keluarga. Sama sekali tidak.

Tetapi yang membuat Alden merasakan sesak dihatinya adalah saat melihat sosok papahnya didalam foto keluarga itu bersama Adara dan bundanya.

Ternyata papah kandung Alden ternyata ayah Adara juga?

Alden mengusap wajahnya dengan frustasi. Sungguh ia tak tahu harus berbuat apa. Menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa seraya memejamkan matanya menikmati rasa sakit yang sedang ia rasakan.

Ternyata orang yang selama ini dekat dengannya adalah penghancur keluarga kecilnya.

Tetapi Alden tidak bisa berlaku egois. Bagaimanapun juga Alden tidak berhak membenci Adara. Cewek itu pasti tidak tahu menahu tentang hal ini. Tapi tetap saja rasa sakitnya sangat membekas di lubuk hatinya.

ADARA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang