✓PULANG BERSAMA

3.3K 195 28
                                    

Sekarang aku tersadar ternyata luka yang sudah tergores sulit diobati hanya dengan kata maaf.

Sekarang aku tersadar ternyata luka yang sudah tergores sulit diobati hanya dengan kata maaf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍂-Happy Reading-🍂

Mata pelajaran matematika telah usai, bel pertanda pulang juga sudah berbunyi 2 menit yang lalu. Alea memasukan beberapa buku tulis di atas meja ke dalam tas abu-abunya, namun ia sengaja meninggalkan buku-buku paket dikolong mejanya.

"Le, lo pulang naik apa?" tanya Tiara yang sudah selesai berkemas.

"Kopaja,"

Tiara mengangguk-anggukan kepalanya. Alea memang terlahir dengan keadaan keluarga yang sangat berada, dia punya segalanya. Tetapi gadis itu tidak pernah memakai fasilitasnya, jika ditanya alasannya Alea hanya menjawab dengan senyuman tipis.

"Lo ada rapat osis Le?" tanya Anggi, kelas sudah mulai sepi, hanya tersisa beberapa orang saja termasuk Dhea yang masih serius mencatat rumus-rumus matematika.

Alea menggeleng, lalu ia beranjak pergi keluar kelas meninggalkan kedua sahabatnya yang masih bertanya-tanya. Tiara dan Anggi tak tinggal diam, mereka menyusul Alea yang sudah berada dilantai satu.

"Le, kita tungguin sampe lo dapet kopaja ya?" Tiara menarik sebelah tangan Alea. Ketiga gadis itu melangkah menuju halte yang berada tepat samping gerbang sekolah.

Sudah lima menit menunggu tapi kopaja belum juga melintasi halte. Cuaca sudah mulai mendung, petir mulai bergemuruh.

"Maaf Le gue nggak bisa lama-lama nungguin lo dapet kopaja nih, supir gue udah nungguin," ringis Tiara.

"Iya, lo juga sana Nggi. Ojol lo udah nunggu." usir Alea. Gadis itu sama sekali tidak marah, malah merasa khawatir kalau orangtua mereka merasa panik anaknya belum juga pulang.

Tiara dan Anggi mengangguk. Mereka melambaikan tangan, sebelumnya juga bertos ria. Keduanya mulai melangkah memasuki sekolah kembali dimana jemputannya berada.

Hingga tinggal tersisa Alea sendiri, seharusnya ia tidak perlu repot-repot menunggu kopaja lewat. Alea bisa saja seperti Anggi memesan ojol, tetapi ia punya trauma tersendiri sehingga Alea lebih memilih menggunakan jasa kopaja.

Jam berputar dengan cepat, hujan mulai deras. Alea masih termenung, sudah satu jam menunggu kopaja tetapi tak kunjung datang. Ia ingin menerobos hujan, namun masih perduli dengan kesehatannya.

Tiba-tiba tubuhnya terasa menghangat. Alea menoleh siapa seseorang yang duduk disampingnya, matanya melebar ternyata orang itu Rafa.

Rafa menaik-turunkan kedua alisnya, cengiran lebar selalu menghiasi wajah tampannya.

"Udah pake aja dulu jaket gue, nggak tega gue liat Ale-Ale kedinginan." ucap Rafa sambil mengusap-usap rambutnya yang basah.

Seketika Alea terdiam, Rafa adalah laki-laki yang paling menyebalkan. Bukan hanya Alea saja yang berbicara seperti itu, hampir semua siswi disekolah akan mengatakan hal yang sama.

[GS1] Opposite Characters Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang