✓PASAR MALAM

1.7K 194 42
                                    

Detik-detik yang berharga itu tidak akan pernah terlupakan, tentang dia sang penghibur senduku.

***
🍂-Happy Reading-🍂

Langit menggelap seiring waktu berjalan, matahari mulai tenggelam perlahan di gantikan dengan bulan purnama yang terpancar terang. Burung-burung kecil berkicau, memecah malam yang gelap dan penuh keheningan.

Rafa keluar dari kamarnya, dari lantai atas ia bisa melihat Ayahnya yang tengah berbaring di sofa dengan mata yang terarah pada televisi, hanya ada Ayahnya sendiri. Rafa menyunggingkan senyumnya, kesempatan yang tidak boleh di sia-siakan. Rafa memakai topi hitamnya, menuruni anak tangga dengan langkah cepat.

"Ayah," Rafa berdiri di belakang sofa panjang.

"Apa?" tanya Rey tanpa mengalihkan perhatiannya.

"Bagi money, buat malmingan."

Rey menoleh, mengerjapkan matanya. Tidak lama pria paruhbaya itu tertawa memegangi perutnya hingga kedua matanya berair. Rey merubah posisinya menjadi duduk bersandar, tawanya belum juga terhenti.

"Idih, mau malming sama siapa? Tiara atau Alea gebetan halu yang kemarin jenguk itu?"

"Kepo banget. Udah mana sini! Dua ratus ribu aja," Rafa mengadahkan kedua tangannya yang saling bertumpu ke arah Ayahnya.

"Dasar bocah durhaka!" Rey menukas, merogoh kantung celana bahannya. Mengeluarkan 3 lembar uang seratusan dan memberikannya dengan sukarela. "Cepet pergi sana! Ganggu aja," usirnya.

Saat itu juga Rafa tidak dapat menyembunyikan kegirangannya. Ia melompat-lompat sambil bertepuk tangan karena kebaikan Ayahnya, beruntung Rafa mempunyai Ayah seperti Rey, walaupun Ayahnya itu sering membuatnya kesal dan terlihat bodoh di depan keluarganya.

Rafa mencium 3 lembar uang seratusan di genggamannya, lalu memasukkannya ke dalam kantong jaket bahannya. Rafa berlari menuju keluar rumah, menghampiri Gerry yang berdiri manis di rumahnya—Garasi lebih tepatnya. Namun matanya teralihkan pada Kity—Sepeda Rasta yang terparkir tidak jauh dari posisi Gerry.

Perasaannya bimbang, Rafa ingin memakai Gerry tetapi ia juga berniat mengurangi polusi udara di malam hari, Rafa melangkah mendekati Gerry, mengusapnya penuh kasih sayang. Seakan-akan ia mengerti bahwa Gerry juga tidak bisa hidup tanpanya.

"Maaf ya Gerry, nggak ada niat selingkuh sama Kity. Tapi ini demi kebaikan kita bersama, sorry and good bye!" Rafa mengecup kaca spion Gerry sebelah kanan, memasang wajah sendunya merasa tidak tega meninggalkan Gerry bersama mobil-mobil Ayahnya.

Laki-laki yang memakai topi hitam terbalik itu menaiki sepeda adiknya, tidak lupa kembali menutup garasi sebelum terjadi proses pemindahan alih barang oleh orang-orang jahat, yang berujung Ayah terkena omelan Bunda 7 hari 7 malam.

Udara dingin menerpa wajah, Rafa menambah kecepatan menggowes sepedanya. Menyeberangi jalan raya yang terlampau ramai, memasuki komplek kawasan lain. Rafa melambatkan laju sepedanya saat sudah hampir dekat dengan salah satu rumah tujuannya.

Gerbang rumah yang tidak tertutup memudahkan Rafa untuk masuk keperkarangan rumah. Rafa menstandarkan Kity di bawah pohon jambu yang rindang, lalu melangkah menuju pintu cokelat yang tertutup rapat. Rafa tertunduk mengatur nafasnya sebelum mengetuk pintu.

Tok
Tok
Tok

Tidak lama pintu terbuka, seorang wanita paruhbaya berdiri di hadapannya. Rafa tersenyum canggung, walaupun pernah beberapakali bertemu saat di sekolah, namun ia tidak pernah mengobrol secara langsung.

[GS1] Opposite Characters Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang