Sebelum baca author kasih pict Rafa dulu ya,
🍂-Happy Reading-🍂
Rafa mengaitkan satu-persatu kancing seragamnya. Seperti biasa saat masih di rumah seragam harus rapih, nanti kalau sudah di sekolah baru boleh urak-urakan. Itu prinsip Rafa, jadi tidak boleh dicontoh karena sangat sesat.
Tangannya terulur mengambil pomade, mengusap sedikit ke rambutnya agar terlihat rapih dan tentunya tampan. Setelahnya Rafa beranjak dengan ransel di genggamannya yang sangat ringan, karena hanya di isi dua buku tulis dan 1 pulpen.
Saat membuka pintu kamarnya Rasta–—adiknya lewat dengan tak acuh, Rafa berdecak. Rasta selalu begitu tidak pernah semangat saat ingin berangkat sekolah.
"Woi!" sentak Rafa sambil menarik kerah seragam bagian belakang adiknya.
Rasta memutar tubuhnya dengan tatapan malas. "Apa?" tanyanya.
"Seragam lo tuh! Baru kelas 9 aja banyak tingkah," ucap Rafa, ia menunjuk seragam yang dikenakan adiknya tidak dimasukkan kedalam celana birunya.
"Biarin, lo ini yang ngajarin gue!" ketus Rasta, kemudian ia melangkahkan kakinya menuruni anak tangga menuju ruang makan.
Melihat tingkah menyebalkan adiknya Rafa hanya bisa mengelus dadanya untuk bersabar. Rafa sendiri heran, sebenarnya sifat Rasta itu turunan dari siapa? Ayahnya tidak tahu malu dan petakilan, sedangkan bundanya tidak peka dan judes.
Daripada memikirkan Rasta yang unik lebih baik ia menyusul ke ruang makan pasti ayah dan bundanya sudah menunggu sejak tadi.
"PAGI SEMUA!" pekik Rafa saat baru melangkahkan kakinya di anak tangga terakhir.
Rachel—Bundanya mengulas senyuman manisnya, "Pagi anak bunda."
"Anak ayah juga kali!" sahut Rey tidak terima.
Rafa menduduki kursi kosong di sebelah adiknya, ia memberikan tatapan menggoda pada Ayahnya yang dibalas tatapan garang khasnya.
"Bukannya Rafa anak dari Om Devan ya Bun?" tanyanya dengan sorot jahil pada Rachel yang tengah mengoleskan selai coklat diatas roti tawar.
Tidak ada respon dari bunda, wanita paruhbaya itu hanya meliriknya sekilas.
"Rasta nanti ayah tambahin uang sakunya ya, jadi 5 kali lipat. Kamu itu anak ayah yang paling-paling intinya." ucap Rey mengelus puncak kepala anak bungsunya yang sedaritadi hanya terdiam.
"Anjir!" gumam Rafa dengan wajah terkejut.
"Mulut kamu Rafa minta Bunda kasih cabe!"
Rafa menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Bayangkan saja selama menginjak bangku sekolah Rafa tidak pernah mendapat uang saku berkali lipat, tetapi adiknya dengan mudah mendapatkan itu padahal sedaritadi bocah tengil itu hanya diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[GS1] Opposite Characters
Teen FictionSEQUEL REYRA. [Completed] Tentang dia, yang membuat aku mengenal arti kehidupan lebih jauh. Dia yang mengajariku untuk tersenyum, tertawa, dan menangis karena kebahagiaan. Hanya laki-laki bertingkah unik yang membuatku sedikit demi sedikit melupakan...