Aku adalah pemeran utama yang memenangkan sandiwara dalam kisah kita.
***
🍂-Happy Reading-🍂Jam berputar, menunjukkan pukul 08.00 WIB. Rafa yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk putih yang melilit pinggang sampai lututnya. Ia membuka lemari, mengamati susunan pakaian yang terlipat rapi, hasil kerja keras Bundanya melipat sambil mencibir dirinya yang tidak pernah merapihkan. Rafa mengambil kaos putih, kemeja hitam polos, dan jeans navy.
Rafa melempar pakaiannya keatas kasur, mengacak rambutnya yang basah hingga airnya menetes mengenai bahunya yang tidak tertutupi sehelai benangpun. Rafa mengambil handphonenya yang di charger sejak semalam, banyak notifikasi masuk dari Aplikasi chatting. Bibirnya menyunggingkan senyum, sengaja berniat untuk tidak membalas chat dari Alea.
Setelahnya Rafa beranjak memakai pakaiannya dengan lengkap. Berdiri di depan cermin, memakai pomed tidak lupa parfum agar terlihat lebih segar. Rafa melangkahkan kakinya keluar kamar, mengunci pintu kamarnya agar Rasta tidak sembarangan masuk dan merusuh. Rafa menuruni anak tangga dengan langkah cepat menghampiri Ayah dan Bundanya yang tengah berada di halaman rumah.
"Assalamualaikum, Nyak dan Babeh!"
Ayahnya-Rey yang sedang menguras kolam ikan menoleh, mengerjapkan matanya mendapati anaknya yang berpenampilan rapi dengan bau parfum yang menyengat.
"Mau kemana kamu?"
"Biasa ngejamet dulu di rumah Ale-Ale," jawab Rafa yang langsung mendapat tatapan tajam dari Ayahnya. Rafa mengangkat jari telunjuk dan tengahnya bersamaan, memasang cengiran lebarnya.
"Tunggu dulu. Bunda mau ambil sesuatu," Rachel menimpali. Wanita itu beranjak dari duduknya, memasuki rumah dengan terburu-buru.
Dalam waktu beberapa menit Rachel kembali dengan membawa plastik putih digenggamnya. Ia langsung memberikannya pada anaknya tanpa mengatakan apapun. Rafa mengerutkan dahinya, mengintip isi plastik.
"Isinya apa Bun?"
"Brownies coklat keju," Rachel menukas saat mendapati wajah ragu-ragu Rafa yang terlihat jelas. "Kenapa sih?!"
"Ini Bunda beli atau buat sendiri? Kalau buat Rafa nggak yakin sama rasanya,"
"Pergi sekarang atau Bunda lempar kamu pakai ember?" ancam Rachel berancang-ancang untuk mengambil ember yang terletak tidak jauh darinya.
"Cari aman aja Bun, punten." Rafa menundukkan kepalanya sopan, berlari menghampiri Ayahnya yang sekarang sibuk memberi makan ikan-ikan di kolam. "Kunci mobil oper sini," pintanya.
Rey mendongak, menggelengkan kepalanya cepat. "Mau Ayah pake nanti malem," balasnya.
"Ya elah, masih nanti malem. Rafa mau pakai sekarang soalnya, siniin!"
"Kenapa nggak pake Gerry aja sih?"
"Lagi istirahat, kasihan setiap hari menemani Rafa terus."
"Dramatis!" Rey merogoh kantong celana selututnya. Melempar kunci mobil pada Rafa dengan perasaan tidak ikhlas.
Senyuman Rafa melebar, ia meraih tangan Ayahnya menyalimi punggung tangannya. Ia melambaikan tangan sebagai salam perpisahan sebelum melangkah menuju garasi. Rafa memasuki mobil sedan berwarna putih. Membunyikan klakson berkali-kali untuk memancing emosi Ayahnya, setelahnya ia mengemudikan mobil dengan kecepatan normal keluar dari daerah komplek perumahannya.
Merasa suasana sunyi Rafa menyetel musik kencang-kencang, sesekali bernyanyi ataupun bersiul. Rafa mendengus, pertigaan lampu merah macet padahal waktu masih terlalu pagi. Rafa menurunkan kaca jendela mobilnya yang berwarna gelap. Disamping mobilnya terdapat pengendara motor yang membonceng istri dan anak perempuan yang masih kecil, mungkin sekitar 2 tahun umurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[GS1] Opposite Characters
Teen FictionSEQUEL REYRA. [Completed] Tentang dia, yang membuat aku mengenal arti kehidupan lebih jauh. Dia yang mengajariku untuk tersenyum, tertawa, dan menangis karena kebahagiaan. Hanya laki-laki bertingkah unik yang membuatku sedikit demi sedikit melupakan...