✓THE PROBLEM

1.9K 163 24
                                    

Aku terdiam saat takdir menyuruhku untuk berhenti mengharapkan kehadiranmu.

***
🍂-Happy Reading-🍂

Jam dinding berputar lebih lama dari biasanya. Rafa yang tengah membaringkan tubuhnya di atas sofa menghela nafasnya panjang. Tiba-tiba ia menjadi teringat akan kejadian saat ia melihat Alvin dengan gadis lain.

Hampir saja Rafa melupakan tugasnya untuk menyelidiki motif Alvin. Sayangnya Alea tidak mudah mempercayai ucapannya selama tidak ada bukti yang kuat.

"Kamu kenapa sih Raf? Bingung banget kayanya," tanya Bunda—Rachel yang tiba-tiba muncul.

"Bunda ngagetin aja. Kalau Rafa jantungan gimana?"

Rachel tertawa, tangannya terulur mengusap rambut hitam legam putra pertamanya. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, ia jadi teringat masa-masa remajanya yang tidak mungkin bisa terulang kembali.

Bahkan sekarang ia sudah memiliki 2 anak yang sebentar lagi akan bertambah menjadi 3 anak.

"Bunda senyum-senyum sendiri, waras?" tanya Rafa merubah posisinya menjadi terduduk.

"Mulut kamu itu ya asal jeplak aja!" ketus Rachel.

75% sifat Rafa mengikuti suaminya. Rafa yang pecicilan, asal jeplak, bertingkah unik hanya untuk menarik perhatian gadis yang di sukainya. Ya, sangat berbeda dengan Rasta yang sifatnya entah menurun dari siapa.

"Canda kali,"

"Udah deh, Bunda mau masak aja. Kamu ngepel rumah kek udah kotor. Jangan tidur, makan, mandi doang kerjaannya!" titah Rachel yang langsung mendapat penolakan.

"Males tau. Rasta aja napa Bun, biar nggak main game mulu sampe matanya picek." tolak Rafa sambil memejamkan kedua matanya.

Rachel berdecak, ia selalu kalah jika beradu mulut dengan anaknya. Wanita paruhbaya itu beranjak melangkahkan kakinya menuju dapur.

"ASSALAMUALAIKUM RAFA, MAIN YUK!!"

Pejaman mata Rafa terbuka, ia mengerutkan dahinya. Mereka kira Rafa masih bocah, kalau main harus di samper sambil teriak-teriak memanggil namanya.

Rafa berdiri, berjalan mendekati pintu utama. Lalu memutar gagang pintu hingga pintu terbuka lebar. Di depan rumah ketiga sahabatnya tengah berdiri dengan cengiran lebar.

"Maaf, nggak terima pengemis," ucapnya, kemudian menutup kembali pintunya.

Namun pergerakan Rafa tertahan karena Galang sudah menahan pintu terlebih dulu. Setelah itu ketiganya memasuki rumah Rafa dengan wajah riang.

Sampai di ruang tamu Arlan dan Farhan mendudukan bokongnya diatas sofa, Galang yang membaringkan tubuhnya di karpet lantai. Sedangkan Rafa yang melihat kelakuan mereka hanya bisa bersabar.

"Ambilin minum Raf, haus." pinta Farhan sambil mengibaskan tangannya.

"Sekalian cemilan laper banget nih," tambah Arlan dengan wajah tanpa dosa.

Rafa menajamkan kedua matanya, "Anjing lo pada!" umpatnya.

"RAFA MULUTNYA MINTA DI KASIH CABE!" teriak Rachel dari dapur.

Ketiga temannya menahan tawa, Rafa hanya mendelik kesal. Ia melangkahkan kakinya dengan gontai ke dapur. Ini yang tidak Rafa suka, mereka selalu datang ke rumahnya dengan tiba-tiba dan bersikap seenaknya.

"Bun, tuh para kampret minta minum sama cemilan." adu Rafa mencebikkan bibirnya.

Rachel yang tengah mencuci sayuran menolehkan kepalanya, "Mau minum apa?" tanyanya.

[GS1] Opposite Characters Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang