Masalah bisa membuat kita menjadi dewasa, maka sering-seringlah berbuat masalah.
***
🍂-Happy Reading-🍂Upacara bendera yang wajib dilaksanakan pada hari Senin baru saja berakhir, siswa-siswi bertaburan memenuhi setiap sudut tangga, sebagian dari mereka memilih untuk mampir dulu di kantin sebelum jam pelajaran pertama di mulai.
Rafa berlari menerobos kerumunan orang-orang yang berdesakkan menaiki anak tangga, ia tidak memperdulikan umpatan-umpatan dan cibiran kekesalan mereka, yang terpenting saat ini Rafa harus cepat sampai di kelasnya.
Saat sampai dikelasnya Rafa membungkukkan badannya, menghela nafas panjangnya yang berderu tidak teratur. Kelas masih terlalu sepi. Akhirnya Rafa bisa merasakan ketenangan, Bu Erlin tidak mengejar untuk memberikan hukuman padanya karena tidak memakai atribut lengkap.
Merasakan deru nafasnya yang kembali normal, Rafa melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya yang berada di pojok baris paling belakang, tempat paling ideal untuk tidur saat pelajaran berlangsung, pantas selama ini tidak ada ilmu yang masuk ke dalam otaknya.
Rafa meraih tas ransel hitamnya yang sengaja di taruh di dalam kolong meja. Membuka resleting yang melingkar hingga ketengah, Rafa mengambil plastik hitam yang berisikan perlengkapan untuk menjadi detektif dadakan.
"Duh, kalau gue keluar lagi bisa ketangkep Bu Erlin dong! Tapi gimana—" gumamnya dengan perasaan bimbang.
Pilihan Rafa tetap nekat keluar kelas, urusan Bu Erlin itu belakangan, guru wanita berbadan gempal itu mudah untuk Rafa bohongi. Namun, ia kian merasa bimbang jika mengingat nilai matematika di rapor-nya akan kosong dalam satu semester.
Rasanya Rafa seperti sedang di bisikkan dengan 2 makhluk berbeda haluan. Sebelah kanan malaikat, sedangkan sebelah kiri jin merah bertanduk yang menyeramkan. Rafa mengacak rambutnya dengan gerakan kasar, lebih baik ia menunggu kedua patner detektif dadakannya yang baru resmi terbentuk pada tanggal 08 Maret, tanpa kertas persetujuan ataupun tanda tangan di atas materai.
Rafa berjalan keluar kelas, sekedar untuk melihat siswa-siswi yang terkena hukuman karena tidak memakai atribut lengkap, termasuk Farhan dan Galang. Rafa tertawa seharusnya di dalam barisan itu ada dirinya, untungnya ia pintar menghilang dalam sekejap saat suasana genting.
"HEH, ANAK CURUT! SEHARUSNYA LO JUGA KENA HUKUMAN, KENAPA KETAWA-KETIWI DISINI LO?!" pekik Tiara yang baru saja tiba dengan risol sosis berada di genggamannya.
"Mulut maneh bacot banget yapeo!" Rafa berdecak mencibir kelakuan memalukan Tiara.
"Suka-suka gue! Ayo Nggi, kita masuk!" Tiara menarik pergelangan tangan Anggi, namun langkahnya kembali tertahan karena panggilan Rafa.
"Jangan masuk dulu, kita kan ada misi rahasia."
"Misi rahasia apalagi Raf?" tanya Anggi malas.
Rafa meletakkan jari telunjuknya di bibir, melirik sekitarnya. "Jangan kencang-kencang, nanti orang lain tau," peringatnya.
Setelahnya Rafa beranjak, meminta Tiara dan Anggi untuk mengikutinya. Mereka terhenti di ujung kolidor lantai 4. Plastik hitam yang sedaritadi berada di genggamannya ia berikan pada kedua gadis itu, membuat mereka spontan mengernyitkan dahi.
Saat keduanya ingin melakukan protes Rafa membekap mulut mereka, memberikan tatapan tajam.
Perasaan Tiara menjadi ragu dengan plastik hitam di genggamannya, perlahan ia membukanya bersama Anggi. Isi di dalam plastik hitam itu membuat keduanya terbelalak. Kacamata hitam dan slayer hitam bergambar tengkorak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[GS1] Opposite Characters
Teen FictionSEQUEL REYRA. [Completed] Tentang dia, yang membuat aku mengenal arti kehidupan lebih jauh. Dia yang mengajariku untuk tersenyum, tertawa, dan menangis karena kebahagiaan. Hanya laki-laki bertingkah unik yang membuatku sedikit demi sedikit melupakan...