Hujan itu turun, bukan jatuh. Yang jatuh itu aku, jatuh terlalu dalam ke hatimu.
***
🍂-Happy Reading-🍂Waktu istirahat pertama berakhir, Rafa yang sedang berada di kantin dengan sepiring nasi gorengnya buru-buru menyelesaikan makannya. Siswa-siswi yang berada di area kantin mulai berjalan beriringan kelaut dari kantin.
"Bu Darmi nih uangnya, sekalian bayar utang bakwan kemarin." Rafa menaruh selembar uang berwarna ungu ke atas meja.
Laki-laki dengan seragam yang di keluarkan itu berlari, pasalnya sekarang masuk jam pelajaran matematika. Bisa kena omelan Bu Erlin kalau sampai telat. Saat ingin menaiki anak tangga kerah seragam bagian belakangnya di tarik seseorang yang membawanya menuju taman sekolah yang terlihat sepi.
Rafa memberontak dengan menendangkan kakinya ke arah belakang tepat mengenai tulang kering seseorang yang berada di belakangnya.
Saat membalikkan badannya, kedua bola matanya menajam, karena orang yang membawanya secara paksa adalah Alvin, orang yang ingin sekali Rafa musnahkan dari bumi ini.
"Mau apalagi lo?!" gertak Rafa.
Tidak ada lagi raut wajah tengil dan jenaka yang sering Rafa tunjukan. Wajahnya menjadi masam, dengan sorot matanya yang tajam menusuk rentina lawannya.
Alvin memajukan langkahnya, menarik kerah baju bagian depan Rafa. "Gue udah pernah bilang sama lo buat nggak ikut campur urusan gue sama Alea, tapi nyatanya lo masih berani dateng ke rumah Alea buat bongkar semua tentang gue!" sinisnya. Lalu memberikan pukulan telak di wajah Rafa.
Pergerakan Alvin yang tiba-tiba membuat Rafa tidak bisa menyeimbangi tubuhnya hingga ia jatuh tersungkur. Rafa tidak lemah, ia berdiri dengan tatapan nyalang.
Kedua tangannya terkepal kuat, ia memukul telak wajah Alvin tanpa ampun, kemudian menendang perut Alvin hingga musuhnya itu terjatuh. Rafa membalas menarik kerah seragam Alvin, karena sekarang ia yang berada di atas.
"Kalau lo anggap gue orang yang konyol dan bego, lo salah besar Alvin Fernando! Gue nggak akan biarin lo nyakitin Alea, walaupun cuma seujung kuku!" Rafa mendaratkan kepalan tangannya ke beberapa bagian wajah Alvin.
Awalnya ia mengira Alvin akan menyerah, namun dugaanya salah. Tidak jauh dari posisi Alvin terdapat potongan kayu yang lumayan besar. Laki-laki itu meraihnya dan bangkit, memukulkan kayu tersebut ke punggung Rafa.
Saat Rafa tengah lengah ia kembali menghajarnya, menendang perut Rafa kencang tanpa memperdulikan suara ringisan.
"Gue peringatin sekali lagi, kalau lo masih berani buat ikut campur urusan gue. Bukan tulang lo aja yang bakal patah, tapi gue nggak segan-segan buat lo mati di tangan gue!" ancam Alvin, ia membuang kayu di tangannya asal.
Setelahnya Alvin membalikkan badannya, melangkahkan kakinya tanpa rasa bersalah menjauhi Rafa yang tergeletak di rumput dalam keadaan naas.
Rafa berusaha untuk duduk walaupun punggungnya terasa nyeri, belum lagi darah segar yang mengalir karena luka-luka pukulan yang menghiasi wajahnya. Padahal baru seminggu yang lalu Bunda memarahinya karena pulang dalam keadaan kacau. Hari ini ia harus memberikan alasan apalagi agar Bundanya percaya.
Kembali ke kelas rasanya juga tidak mungkin, ia tidak ingin di interogasi terlalu berlebihan oleh Bu Erlin di depan teman-temannya. Rafa meringis, mungkin ia akan bersembunyi di rooftop sekolah sampai keadaan aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
[GS1] Opposite Characters
Teen FictionSEQUEL REYRA. [Completed] Tentang dia, yang membuat aku mengenal arti kehidupan lebih jauh. Dia yang mengajariku untuk tersenyum, tertawa, dan menangis karena kebahagiaan. Hanya laki-laki bertingkah unik yang membuatku sedikit demi sedikit melupakan...