✓PENGAKUAN

2.1K 172 52
                                    

Semesta sudah mengakui kalau kamu tak akan mampu menyainginya dalam hal apapun, dan aku cukup sadar itu.

***
🍂-Happy Reading-🍂

Semilir angin menerpa wajah mengikuti arah motor melaju kencang. Siang ini Rafa harus mengantar Tiara pulang sesuai permintaan bunda, karena Mami Tiara membuat kue dan meminta Rafa untuk mengambilnya.

Awalnya Rafa merasa malas, apalagi selama perjalanan pulang telinganya terasa panas karena Tiara yang selalu mengomentari caranya membawa motor.

"BAWANYA BISA BIASA AJA NGGAK SIH?! LO NGAJAK GUE MATI SECARA NGGAK LANGSUNG!"

Tiara semakin mengeratkan kedua tangannya yang memeluk pinggang Rafa yang terbalut jaket jins. Bukan untuk modus atau lainnya, berada di boncengan Rafa harus mempunyai kesabaran dan mempertaruhkan nyawa.

"JANGAN! GUE NGGAK MAU MATI SEKARANG, GIMANA SAMA DOSA GUE HEH?!"

"BAWEL!" balas Rafa, suaranya terdengar samar-samar.

"GUE NGGAK MAU NAIK MOTOR BARENG LO LAGI!"

Kedua truk saling berdampingan, hanya tersisa sedikit ruas. Rafa menambahkan kecepatannya menyalip kedua truk tersebut. Jantung Tiara seakan pindah dari tempatnya, gadis itu memejamkan matanya dengan kepala yang di senderkan di punggung Rafa.

"Lo gila Raf, serius!" gumam Tiara dengan suaranya yang bergetar.

Baru kali ini ada orang yang menantang maut. Jika Rafa sudah bosan hidup, tidak perlu mengajaknya. Tidak perduli seromantis kisah Romeo dan Juliet yang mati bersama. Tiara masih ingin hidup, bernafas dengan tenang.

Ciiit.

Motor yang di kendarai Rafa mengerem mendadak, membuat kepala Tiara yang tidak terlapisi apapun menubruk helm yang dikenakan Rafa. Hari ini benar-benar double sial baginya.

"Sampe nih di istana lo," ucap Rafa yang sudah membuka helm full-face hitamnya.

"Istana pala kau! Lo tuh emang sengaja ajak gue mati ya?"

Rafa mengerutkan keningnya, ia terkekeh geli. Padahal menurutnya itu keren, bahkan ia bisa mengalahkan Marc Marquez pembalap MotoGP kesukaannya.

"Keren kan Ti? Udah cocok belum gue ikut MotoGP?" tanyanya dengan wajah berseri-seri.

Hampir saja Tiara memukul kepala Rafa kencang dengan sepatunya. Untungnya ia masih memiliki rasa simpati, kalau tetap nekat kasihan juga karena otak Rafa itu kosong.

Tiara menuruni jok motor Rafa yang tinggi dengan berpegangan dengan bahu Rafa.

"Iya cocok! Lebih cocok kalau lo jualan cilok disana," ketus Tiara.

"Apa gue mirip Dilan ya Ti. Jangan rindu berat, kamu nggak akan kuat biar aku saja." ujar Rafa menyunggingkan senyuman manisnya.

"Dilanda bencana. Duh, udah deh!"

Lama-lama berbicara dengan Rafa bisa membuat siapapun gila. Tiara bingung saat hamil Rafa, Tante Rachel ngidam apa? Sehingga anaknya lahir dalam keadaan sambungan otak yang terputus.

Tiara menghentakkan kakinya, mendorong pintu gerbang rumahnya yang tertutup rapat. Lalu, ia membiarkan Rafa dan motornya memasuki perkarangan rumahnya.

Garasinya terlihat kosong, tidak ada mobil Papinya-Leo. Padahal Papinya sudah berjanji akan pulang kerja lebih cepat dari biasanya.

"Rumah lo rame banget Ti," ucap Rafa yang baru saja memarkirkan motornya, laki-laki itu mendekat ke arah Tiara.

[GS1] Opposite Characters Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang