Dunia seakan memaksa untuk berhenti berputar.
***
🍂-Happy Reading-🍂Minggu yang cerah ini Rafa manfaatkan untuk bermain play station bersama Rasta. Sudah hampir satu jam mereka bermain, namun belum ada tanda-tanda bosan. Rasta terlalu lincah menggerakkan jarinya di atas stick ps. Berkali-kali Rafa kalah, dan harus mengakui kehebatan adiknya.
Ayah sedang tidak ada di rumah, sejak tadi pagi pria paruhbaya itu sudah berangkat bekerja, dan mungkin akan lembur. Biasanya saat hari Minggu, Ayah akan berbaring di sofa sambil menonton televisi, dan tidak mengijinkan kegiatannya terganggu oleh anak-anaknya.
"Ah, cacat!" Rafa melempar stick ps, membaringkan tubuhnya di karpet berbulu.
"Abang aja yang nggak bisa main!" cibir Rasta mematikan saluran monitor. Rasta menyeruput susu coklatnya dalam cangkir kecil, seperti biasa Rasta tidak pernah absen untuk meminum susu coklat setiap paginya.
Rafa mendelik, menyentil kening adiknya kencang. "Gaplok nih?!" sinisnya.
Keduanya terdiam, Rafa melirik Rasta yang tengah tersenyum-senyum menatap handphonenya dengan alis terangkat. Rafa memejamkan matanya, tidak begitu memperdulikan adiknya yang semakin gila. Memang benar generasi Ayahnya tidak ada yang waras.
"RAFA! TEMENIN BUNDA!"
"Kemana?!"
"Bunda mau beli bunga buat hiasan di rumah. Ayo, kamu anterin Bunda!" Rachel muncul dari arah dapur dengan tas berwarna silver dibahunya. "Cepetan! Pake mobil aja ya."
Melihat tatapan tajam yang Bunda layangkan membuat Rafa tidak mampu menolak. Rafa beranjak merubah posisinya menjadi duduk, rasa malas menyerangnya. Ia berdiri, merapihkan kaos hitam yang dikenakannya, Rafa malas untuk sekedar berganti pakaian. Rachel melempar kunci mobil, yang langsung di tangkap anaknya.
"Bunda pergi dulu ya Rasta, jaga rumah kamu. Jangan kelayapan!" peringat Rachel sebelum mengikuti anak sulungnya yang sudah lebih dulu jalan keluar rumah.
Mobil sedan putih yang akan mereka pakai sudah terparkir di depan halaman rumah. Rachel membuka pintu penumpang, tidak lupa memakai self belt untuk menjaga keamanannya. Apalagi kehamilannya yang sudah mencapai 6 bulan, Rachel harus ekstra hati-hati menjaganya.
Rafa mulai melajukan mobilnya, menyetir dengan kecepatan normal. Jarak menuju toko bunga langganan Bunda tidak terlalu jauh, namun membutuhkan waktu yang lama jika kita memaksakan untuk berjalan kaki.
Kondisi jalan raya pada hari Minggu tidak terlalu ramai seperti hari biasanya. Rafa ingin sekali melakukan mobil dengan kecepatan tinggi, seketika teringat dengan Bunda yang selalu mengawasi dengan tatapan tajam yang sebelas dua belas dengan Bu Erlin.
"Bunda hancurin Gerry kalau kamu berani bawa kencang-kencang!" ancam Rachel yang sedaritadi mengamati gerak-gerik tidak mengenakkan Rafa.
"Yah Bun. Kenapa harus Gerry sih yang jadi pelampiasan?" Rafa bergumam sebal dengan mata yang tetap menatap lurus ke depan.
"Karena cuma Gerry dan Ompong yang paling kamu sayang!"
"Maaf Bun, sekarang udah terbagi lagi,"
Rachel memincingkan kedua matanya, dengan sorot meremehkan. "Sama siapa?"
"Ale-Ale dong, yang kemarin jenguk Rafa!" Rafa memasang cengiran lebarnya yang memamerkan deretan gigi putihnya.
Kehaluaan Rafa bertambah drastis. Rachel hanya mampu menahan tawanya, ia menyenderkan kepalanya pada kaca, mengamati jejeran ruko-ruko besar yang menjual bermacam-macam barang. Rachel merasakan ada beban yang tidak bisa dijelaskan, namun seakan menari-nari di pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[GS1] Opposite Characters
Teen FictionSEQUEL REYRA. [Completed] Tentang dia, yang membuat aku mengenal arti kehidupan lebih jauh. Dia yang mengajariku untuk tersenyum, tertawa, dan menangis karena kebahagiaan. Hanya laki-laki bertingkah unik yang membuatku sedikit demi sedikit melupakan...