Pict Rafa sebelum baca ges,
🍂-Happy Reading-🍂
Pelajaran bahasa Jerman baru saja berakhir, Rafa menyembulkan kepalanya, melirik sekitarnya dengan perasaan was-was. Merasa kondisi aman dan tentram, Rafa mengacungkan jempolnya ke belakang. Tidak lama Galang ikut muncul sedikit berjinjit melihat keadaan.
Keduanya melangkahkan kaki terburu-buru, menuruni anak tangga yang menghubungkan dengan lantai dasar. Kolidor terlalu sepi karena bel jam pelajaran ketiga baru saja berbunyi. Saat berada di anak tangga paling akhir keduanya menghentikan langkahnya. Sebelum berbelok ke arah kantin, mereka harus tetap memperhatikan keadaan sekitar. Untungnya Pak Edan—Guru killer yang mendapat bagian menjaga meja piket sedang tidak ada, mereka bisa bernafas dengan lega.
Kantin tidak begitu sepi, banyak adik kelas yang sedang mengisi perut atau sekedar meminum jus setelah berolahraga. Rafa dan Galang berjalan menuju stan Pak Didi yang menjual berbagai macam minuman dingin dengan gaya cool, sedikit tebar-tebar pesona di depan adik kelas yang menggemaskan.
"Assalamualaikum Pak Didi, kumaha damang?" Rafa menumpukkan tangannya pada meja besar yang di atasnya terdapat beberapa macam minuman dingin.
"Damang atuh, mau cappuccino seperti biasa?"
Rafa menjentikkan jarinya ke hadapan Pak Didi, "Tepat dan akurat!"
Selagi menunggu Pak Didi yang sedang membuatkan pesanannya. Mereka membalikkan badan, memperhatikan deretan adik kelas yang tengah mengobrol. Galang mendekatkan dirinya pada Rafa, membisikkan sesuatu.
"Itu liat yang rambutnya di kuncir kuda, cantik ya. Tapi kelihatannya judes deh, nggak ada senyum-senyumnya." Galang berbisik dengan tatapan yang tetap terarah pada siswi cantik yang tengah menyantap nasi gorengnya.
Refleks Rafa menunjuk siswi yang di maksud Galang. Tepat saat siswi itu juga mendongakkan kepalanya dengan alis tertaut. Galang tidak mampu menahan diri untuk tidak memukul punggung Rafa saat itu juga. Sahabatnya terlalu bodoh, tidak bisa menjaga rahasia dengan baik dan benar, belum lagi Galang yang menahan malu saat Rafa pura-pura menjerit kesakitan.
Untungnya pesanan mereka sudah selesai, setelah mengeluarkan 2 lembar uang dari kantongnya, Galang beranjak menarik lengan Rafa tidak berperasaan. Langkah Galang yang terburu-buru membuat Rafa tidak bisa menyeimbanginya. Rafa melepaskan dengan kasar tangan Galang yang berada di lengannya.
"Capek woi! Santai aja kek jalannya!" sewot Rafa. "Lagian kenapa harus buru-buru sih?"
Galang memejamkan matanya sambil menyeruput cappuccino dingin di genggamannya, ia kira Rafa mengetahui kesalahannya. Tetapi ternyata sahabatnya itu terlalu bodoh, benar yang sering Tiara katakan jika Rafa memiliki otak udang——Otak sekecil udang lebih tepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[GS1] Opposite Characters
Teen FictionSEQUEL REYRA. [Completed] Tentang dia, yang membuat aku mengenal arti kehidupan lebih jauh. Dia yang mengajariku untuk tersenyum, tertawa, dan menangis karena kebahagiaan. Hanya laki-laki bertingkah unik yang membuatku sedikit demi sedikit melupakan...