Tidak semua hal mesti diperlihatkan pada dunia. Sisakanlah sebuah misteri.
***
🍂-Happy Reading-🍂Sang fajar menampakkan wujudnya, bumi yang gelap berubah menjadi terang-berderang. Orang-orang memulai aktivitas mereka di pagi hari, memenuhi hiruk-pikuk kota Jakarta yang terbentang luas.
Senin, hari dimana semua aktivitas akan di mulai, entah itu bersekolah ataupun bekerja seperti hari-hari biasanya. Alea memasuki Kopaja berwarna hijau, keadaan di dalam penuh dan sesak, ia harus rela berdiri selama beberapa menit.
Pagi ini jalanan macet total, suara kelakson kendaraan terdengar menggema, mereka saling medahului agar cepat sampai tujuannya. Alea menatap kosong ke arah sekitarnya, keadaanya sudah membaik, tidak seperti kemarin. Walaupun rasa takut itu selalu menghantuinya. Tentang lemparan batu, kertas lusuh berisi ancaman, dan kakinya yang menginjak pecahan kaca hingga sekarang ia harus berjalan tertatih.
Sesekali Alea melirik arloji putih tulang yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam masih menunjukkan pukul 05.43 WIB, ia sengaja berangkat sekolah lebih pagi pada hari Senin, karena harus mempersiapkan jalannya upacara bendera.
Pria berbadan besar berjalan berlawanan arah darinya, keadaan di dalam kopaja yang sempit membuat pria itu menyenggolnya. Tangannya yang berpegangan pada besi penyanggah mengendur, hingga Alea terhuyung membentur kursi plastik yang sudah rusak.
Tidak ada sekalipun raut bersalah, pria itu tetap melanjutkan langkahnya menuruni Kopaja dari pintu belakang. Alea berdecak, ia menyeret langkahnya mendekati kaca agar tidak lagi menghalangi jalan.
20 menit berlalu, Kopaja hijau berhenti di halte yang terletak di samping sekolahnya. Alea menuruni tangga kecil dengan terburu-buru, pernah beberapa kali saat baru saja ingin turun dari Kopaja, tetapi pengemudi Kopaja itu sudah menginjak pedalnya, membuatnya terjatuh dengan lutut yang bersentuhan langsung dengan kerasnya aspal jalanan.
Alea melangkahkan kakinya tertatih, ia tersenyum sopan pada Pak Sarif sebagai satpam yang bertugas di sekolahnya. Sesekali siswa-siswi yang baru memasuki gerbang menyapanya. Keadaan sekolah masih terlalu sepi. Alea berjalan di pinggir lapangan sekedar memantau persiapan upacara.
Langkahnya terhenti untuk membenarkan tata letak michrophone, selama beberapa menit ia berkutik.
"ALE-ALE AWAS!!"
Teriakan seseorang membuatnya merasa bingung dan terkejut, Alea menolehkan kepalanya ke belakang. Rafa berlari mendekatinya, lalu mendorongnya dan berdiri tepat di sampingnya dengan tubuh yang terbungkuk dan kedua tangan yang bertumpu di atas kepalanya.
Prakk
Jantung Alea seakan mencelos saat melihat pot tanaman yang berukuran besar hancur berkeping-keping di depannya. Wajahnya pucat pasi, jika Rafa tidak datang untuk menolongnya mungkin pot itu sudah jatuh mengenai kepalanya, membuat nyawanya langsung tidak tertolong.
"Raf," panggil Alea dengan suara yang bergetar.
Alea mendongak, mereka bertatapan. Ia terhanyut dalam manik hitam laki-laki yang masih berada di dekatnya. Detakan jantungnya berdegup kencang menimbulkan rasa lain yang sulit untuk di jelaskan. Alea tersadar, ia menjauhkan tubuhnya dari Rafa yang masih terdiam.
Suasana terasa canggung. Rafa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sesekali melirik Alea yang kini juga menatapnya.
"Thanks Raf, kalau nggak ada lo mungkin aja gue bakal mati saat itu juga," ucap Alea.
"Ah, santai aja Le. Lagian gue bingung kenapa pot sebesar ini bisa jatuh tiba-tiba dan posisinya pas banget di atas lo," Rafa berseru tenang, lalu mendongakkan kepalanya ke atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[GS1] Opposite Characters
Teen FictionSEQUEL REYRA. [Completed] Tentang dia, yang membuat aku mengenal arti kehidupan lebih jauh. Dia yang mengajariku untuk tersenyum, tertawa, dan menangis karena kebahagiaan. Hanya laki-laki bertingkah unik yang membuatku sedikit demi sedikit melupakan...