✓PERKEMAHAN (B)

1.9K 179 94
                                    

Mereka tidak perduli darimana kamu memulainya. Mereka hanya melihat bagaimana cara kamu mengakhirinya.

***
🍂-Happy Reading-🍂

Suasana sunyi dan gelap menyergap. Alea mengerjapkan matanya, menyesuaikan dengan pencahayaan yang remang-remang. Kepalanya terasa pening, ia melirik sekitarnya yang sepi. Alea tersadar jika dia berada di gubuk kumuh yang terletak sangat terpencil di dalam hutan yang lebat.

Kedua tangannya terikat di belakang kursi tua, begitu juga dengan kakinya. Sedangkan mulutnya ditempelkan lakban hitam. Alea meronta-ronta, berusaha melepaskan diri. Mau berteriak sekencang apapun semua terasa sia-sia, suaranya juga tidak akan terdengar. Air mata Alea menitik, merasakan ketakutan yang mendalam. Aksi teror yang belakangan ini sudah terhenti mulai berputar di pikirannya.

"Emmm—emmm,"

Jantungnya berpacu sangat kencang mendengar suara derap kaki yang terasa mendekat. Alea memejamkan matanya dengan perasaan yang was-was. Perlahan pintu kayu itu terbuka, dua orang yang memakai pakaian serba hitam dan juga masker berjalan mendekati posisi Alea. Laki-laki itu berjongkok di hadapan Alea, membuka maskernya yang menutupi sebagian wajahnya.

Alea terbelalak, rasanya ingin berlari pergi sejauh-jauhnya dari tempat ini. Kenyataan yang menyakitkan, orang yang saat ini memegang rahangnya adalah Alvin, seringain tipis di bibir laki-laki itu membuat Alea merasa ketakutan yang luar biasa. Seseorang yang tadi masuk bersama Alvin juga melepas maskernya, Alea tidak pernah menduga jika orang itu adalah Carla.

"Hai, gimana Alea. Kaget?" Alvin menukas, menikmati wajah ketakutan Alea yang terlihat jelas. "Gue lupa belum buka lakbannya, tunggu ya sayang." Alvin menarik ujung lakban, membukanya dengan tidak berperasaan, hingga gadis itu meringis kesakitan.

"Mau lo sebenernya apa sih?!" Alea bertanya balik dengan suaranya yang serak.

Alvin terdiam, berpikir sebentar. Bibirnya menyeringai, lalu mengelus rambut panjang Alea yang terikat. "Bermain, mungkin." bisiknya.

Seringain itu membuat Alea tidak bisa berkutik, tetapi Alea tidak gentar, ia membalas dengan tatapan tidak kalah tajamnya seolah-olah tidak takut dengan bisikan Alvin. Padahal keringat dingin sudah membanjiri wajah, leher, dan lengannya. Tetapi Alea tidak ingin terlihat lemah di hadapan laki-laki iblis itu.

"Selain bajingan lo juga gila ya Vin, lepasin gue sialan!" teriak Alea berusaha menendang Alvin.

Plakk

Tamparan keras itu mendarat mulus mengenai pipi Alea sebelah kiri, meninggalkan warna kemerahan yang terlihat mencolok. Alvin beranjak, memutari kursi yang di duduki Alea. Suara tawa Alvin terdengar menggema, di sertai suara tepuk tangan.

"Alea-Alea, lo itu terlalu bodoh! Jangan harap lo bisa lepas dari Alvin dengan mudah," Carla menyahut, bersandar pada lemari pakaian yang sudah rusak dan tidak berbentuk. "Kalau gue nggak bisa dapetin Rafa, seharusnya lo juga nggak bisa. Jadi nikmatin aja permainan Alvin hari ini!" lanjutnya di sertai kekehan kecil.

"Gue nggak tau punya salah apa sama lo Car?! Lepasin gue!"

Carla hanya membalas dengan seringain tipis, melangkahkan kakinya mendekati pintu. Menekan gagang pintu hingga pintu terbuka, lalu keluar dari gubuk tua tanpa mengatakan apapun. Alea tertunduk, nyawanya benar-benar terancam jika bersama Alvin, ia merasakan parno sekaligus takut.

"Disini nggak akan ada siapapun yang bisa menolong lo, mau lo teriak sekencang apapun, nggak akan ada yang dengar Alea." peringat Alvin.

"APA LO NGGAK PUAS HANCURIN KELUARGA GUE?! DAN SEKARANG LO MAU LAKUIN APALAGI KE GUE?!" Alea memekik, menahan suara tangisnya.

[GS1] Opposite Characters Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang