🍂-Happy Reading-🍂
Mobil sedan berwarna putih melaju membelah jalanan ibu kota di pagi hari. Matahari terlihat masih malu-malu menampakkan sinarnya, semilir angin yang menerpa berlawanan arah, langit biru terlihat menggelap tertutupi kabut-kabut asap yang berasal dari kendaraan bermotor.
Pagi ini Rafa berangkat sekolah di antar Ayahnya karena Gerry yang masih dalam masa perbaikan. Suara radio menggema memenuhi keheningan yang berlangsung di dalam mobil. Rafa duduk di samping kemudi, sedangkan Rasta memilih untuk duduk di belakang sambil memainkan game online.
Beberapa menit berlalu, mobil sedan yang dikemudikan Rey terhenti di depan gerbang sekolah anak pertamanya. Sekolah kedua anaknya memang satu arah, namun Rey memilih untuk mengantar Rafa lebih dulu. Rafa melepaskan self belt yang melingkari badannya, lalu menyerongkan badan untuk mengambil ransel hitamnya yang sengaja di taruh di belakang.
"Ingat nanti langsung pulang. Kalau Ayah ada waktu pasti Ayah jemput, paling nggak kalau Ayah nggak bisa kamu minta anterin Arlan. Jangan coba-coba bawa motor!" Rey memperingati dengan tegas.
"Siap komandan Reyvan!"
Rafa bersiap untuk membuka pintu mobil, namun pergerakannya terhenti karena tarikan Ayah pada kerah seragam putih yang dikenakannya. Rafa mengangkat sebelah alisnya penuh tanda tanya.
"Cium pipi dulu sini, kan anak Ayah."
"Bocah TK," cibir Rasta menahan tawanya.
"Babeh, jangan ngadi-ngadi!" tolak Rafa kesal yang disambut suara tawa meledek Ayahnya.
Setelahnya Rafa membuka pintu mobil, menutupnya kembali. Sebelum mobil Ayahnya menjauh, Rafa tetap menunggu di depan gerbang. Saat mobil sedan yang dikemudikan Ayahnya sudah tidak terjangkau oleh penglihatan Rafa beranjak memasuki gerbang sekolahnya yang terbuka lebar.
Seperti biasa Rafa tidak pernah absen untuk menyapa Pak Sarif sebagai satpam dengan bertos-ria. Rafa berjalan melewati kolidor lantai dasar, sesekali bersiul untuk menghilangkan rasa bosannya.
"RAFA ADERLANG GREYNATA!"
Saat ini juga Rafa rasanya ingin menghilang dari hadapan Bu Erlin yang tengah memasang wajah sangarnya sambil berkacak pinggang. Rafa memutar tubuhnya, memasang cengiran lebar yang memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Selamat pagi, Selena Gemes!" sapa Rafa membungkukkan badannya.
"Berani ya kamu ngeledek saya?!" balas Bu Erlin tidak terima.
"Capek saya bu selalu salah di mata ibu,"
Bu Erlin terdiam meneliti seragam sekolah dan perlengkapan Siswadi hadapannya. Senyuman miring menghiasi bibir guru wanita itu, kedua tangannya terlipat di dada.
"Tumben kamu rapi gini, pencitraan kan?"
"Daebak!" Rafa bertepuk tangan riuh.
"Heran saya, bocah slegean modelan kamu demennya sama Alea murid berprestasi di sekolah ini." cibir Bu Erlin menaikkan kacamatanya yang merosot.
"Memangnya kenapa yapeo? Ibu cembokur yapeo?"
"Dasar bocah sontoloyo!" dumel Bu Erlin, akhirnya ia menyentil kening siswa yang terkenal akan kenakalannya ini karena terlalu gemas.
Rafa tertawa terbahak-bahak hingga kedua matanya mengeluarkan air mata karena terlalu bahagia bisa membuat Bu Erlin kesal di pagi hari. Biasanya jika Bu Erlin tidak dalam mood yang baik, guru berbadan gempal itu memilih tidak masuk ke dalam kelas namun tetap memberikan tugas yang menumpuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[GS1] Opposite Characters
Teen FictionSEQUEL REYRA. [Completed] Tentang dia, yang membuat aku mengenal arti kehidupan lebih jauh. Dia yang mengajariku untuk tersenyum, tertawa, dan menangis karena kebahagiaan. Hanya laki-laki bertingkah unik yang membuatku sedikit demi sedikit melupakan...