Selamat baca Readers, tinggalkan jejak.
🍂-Happy Reading-🍂
Rafa melangkahkan kakinya di kolidor lantai 4, mulutnya bergerak mengunyah permen karet yang sudah tidak ada rasa, lalu meniupnya menjadi balon.
Baru saja Rafa keluar dari ruang BK dan mendapatkan catatan tambahan point dari guru BK. Alasannya hanya karena ia menaruh bekas permen karet di kursi guru, dan Bu Erlin yang kena sialnya.
Jadilah Rafa mendapatkan panggilan ke ruang BK, belum lagi di hukum membersihkan toilet laki-laki yang baunya bikin pusing dan ingin muntah. Untungnya Bu Erlin memberikan keringanan dengan tidak memberitahukan kepada kedua orangtuanya.
Bertepatan bel istirahat berbunyi, siswa-siswi mulai keluar dari kelasnya masing-masing. Dari kejauhan Rafa melihat Alea dan kedua sahabatnya berjalan berlawanan arah, sesekali mereka tertawa.
Jarak di antara mereka semakin dekat, Rafa menghentikan langkahnya saat sudah berada di hadapan mereka. Ia melirik ke arah Tiara yang membuang muka dengan tatapan juteknya. Gadis itu tampak berbeda, di tambah kedua matanya yang sembab.
"Hai, Ale-Ale!" sapa Rafa dengan riang.
"Apa Raf?" balas Alea tanpa basa-basi.
Rafa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Mau nyapa aja sih,"
"Kalau mau nyapa tuh semuanya, bukan Alea doang." sahut Anggi.
"Maaf, anda siapa ya?"
Anggi mengelus dadanya dengan mata yang terpejam. Berhadapan dengan Rafa benar-benar menguras emosinya.
"Sabar. Anggap yang di depan lo titisan Jin Tomang," ucapnya.
Terdengar suara hentakan kaki. Rafa melihat Tiara sudah tidak ada di tempatnya. Gadis dengan rambut ombre itu melangkahkan kakinya meninggalkan kedua sahabatnya dan Rafa tanpa mengatakan apapun.
"Gue duluan ya Raf, sorry." Alea beranjak menarik pergelangan tangan Anggi, meninggalkan Rafa sendirian dengan keterdiamannya.
Semuanya terasa rumit, kemarin Rafa memilih untuk pulang meninggalkan Tiara yang tengah menangis karena ia tidak mampu untuk menjawabnya. Rafa mencintai dan menyukai Alea, namun ia juga takut Tiara menjauh darinya.
Rafa mengacak rambutnya dengan kasar. Otak kecil dan kopongnya ini benar-benar tidak berfungsi dengan baik. Rafa kembali berjalan menuju kelasnya, baru menginjakkan kakinya satu langkah ia sudah di sambut teriakan Fita—Gadis rempong yang sedang di jahili Galang.
"Gimana Raf? Dapet berapa point?" tanya Arlan penasaran.
"25 point. Lo si Ar, karena lo gue suruh bersihin toilet!"sungut Rafa, kemudian duduk di atas meja dengan kedua kaki yang bersila.
Arlan mendelik, ia memukul kening Rafa dengan penggaris plastik hasil berkeliling memutari meja-meja teman sekelasnya. Kalau sedang susah atau terkena masalah saudaranya ini selalu menyebutnya sebagai akar permasalahan.
Selesai menjahili Fita sampai gadis itu hampir menangis Galang berjalan menghampiri kedua sahabatnya, keringat bercucuran di wajah dan bagian lehernya.
"Tadi gue ngeledekin Siti, tapi tumben banget dia diem aja, biasanya teriak-teriak bikin telinga orang budek." ucap Galang tiba-tiba. Laki-laki bertubuh jangkung itu duduk di kursi samping Arlan dengan kedua kaki yang di naikkan ke atas meja.
"Sama Lang. Pagi-pagi gue ketemu dia di kolidor lantai satu matanya sembab banget, gue ajak ngomong dia malah ninggalin gue!" sahut Arlan wajahnya seketika menjadi bingung dengan perubahan Tiara yang drastis.
KAMU SEDANG MEMBACA
[GS1] Opposite Characters
Teen FictionSEQUEL REYRA. [Completed] Tentang dia, yang membuat aku mengenal arti kehidupan lebih jauh. Dia yang mengajariku untuk tersenyum, tertawa, dan menangis karena kebahagiaan. Hanya laki-laki bertingkah unik yang membuatku sedikit demi sedikit melupakan...