Hidup ini memang fiksi, seringkali hanya sebuah imajinasi.
***
🍂-Happy Reading-🍂Rafa mendelik saat melihat keadaan kelas yang kosong, kedua alisnya tertaut memikirkan kemana pergi teman-teman sekelasnya. Rafa mengangkat bahunya tak acuh, berjalan santai sambil meniup permen karet di dalam mulutnya yang sudah tidak berasa. Rafa membaringkan tubuhnya di atas meja Arlan dan dirinya, dengan kedua tangan yang berposisi sebagai bantalan.
Mata tajamnya menerawang langit-langit kelasnya, rasa kantuknya datang. Rafa menutup mulut saat menguap, berkali-kali ia menguap, hingga akhirnya memutuskan untuk tidur selagi menunggu teman sekelasnya yang tidak jelas kemana perginya.
"WOII RAFA, GUE CARIIN LO DISINI!!"
"Ya?" Rafa membiarkan matanya tetap terpejam, tidak begitu menanggapi Farhan yang menghampirinya dengan gelisah, lebih tepatnya seperti cacing kepanasan.
Deru nafas Farhan turun naik, laki-laki itu memegang kedua pinggangnya sesekali membungkuk. Lumayan berlarian mencari Rafa yang tidak jelas dimana membuat energinya terkuras habis. Farhan meraih botol minum Tupperware yang entah itu milik siapa, ia meneguknya hingga habis.
"Tau nggak?! Arlan sama Galang baku hantam njir!"
Rafa terduduk, menyandarkan punggungnya pada tembok dengan satu kaki yang terangkat. Ia menaruh rasa curiga, Rafa memincingkan kedua matanya. "Bohong dosa lho Han," balasnya.
"Lo tuh, gue nggak bohong! Mereka baku hantam di lapangan basket Raf," ucap Farhan menggebu-gebu.
"Nggak elit banget di lapangan, sekalian aja sih di atap sekolah!" Rafa menimpali ucapan sahabatnya.
Mendengar itu Farhan tidak mampu untuk menahan tangannya yang bergerak bebas menyentil kening Rafa berkali-kali, agar pikiran kecil sahabatnya sedikit terbuka, lebih baik sedikit daripada tidak sama sekali.
"Lo mau mereka terjun bebas, terus berakhir di tanah merah?" Farhan menukas kesal, menarik paksa pergelangan tangan Rafa. "Denger gue, Arlan udah bonyok banget Raf. Cuma lo satu-satunya orang yang bisa misahin mereka." lanjutnya.
"Alay!"
Tarikan Farhan yang kencang hampir membuat Rafa jatuh tersungkur jika tubuhnya tidak seimbang. Farhan menambah kecepatannya dalam berlari, berkali-kali Rafa menabrak punggung Farhan yang keras walaupun terbalut seragam putih.
Lapangan basket di penuhi siswa-siswi yang membentuk lingkaran, suara gaduh terdengar. Beberapa dari mereka ada yang sempat menolehkan kepala, sebelum kembali menatap lurus dengan sorak-sorai menggema. Rafa mengerutkan dahinya, merasa bingung apa yang di perebutkan kedua sahabatnya. Lantas, Rafa tetap menerobos kerumunan siswa-siswi yang berdesakkan.
Bola matanya yang hitam kian melebar melihat kejadian di hadapannya. Arlan dan Galang memegang poster berukuran besar yang bergambar wajahnya, berserta tulisan berisi ucapan. Sedangkan di depannya Alea membawa kue tart yang tertancap lilin angka 1 dan 7. Tidak hanya itu Tiara, Anggi, dan Bu Erlin juga memegang balon-balon berwarna-warni.
Happy sweet seventeen Rafa.
Happy sweet seventeen Rafa.
Happy sweet seventeen.
Happy sweet seventeen.
Happy sweet seventeen Rafa.
Rafa menyunggingkan senyumnya, apalagi saat teman-teman sekelasnya mengangkat poster-poster kecil yang bertuliskan ucapan selamat ulangtahun dengan berbagai macam doa. Rafa tertunduk, merasakan terharu yang luar biasa. Ia kira teman-teman sekelasnya merasa terganggu karena sikapnya yang jahil, perusuh, dan menyebalkan. Tetapi nyatanya mereka perduli, mereka mempunyai solidaritas yang tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[GS1] Opposite Characters
Teen FictionSEQUEL REYRA. [Completed] Tentang dia, yang membuat aku mengenal arti kehidupan lebih jauh. Dia yang mengajariku untuk tersenyum, tertawa, dan menangis karena kebahagiaan. Hanya laki-laki bertingkah unik yang membuatku sedikit demi sedikit melupakan...