Ada saatnya kita tidak mempunyai pilihan lain, selain terdiam dan mencoba untuk menerimanya.
***
🍂-Happy Reading-🍂Pagi-pagi buta Rafa sudah sampai di sekolahnya yang terlihat sepi. Bahkan parkiran hanya terisi oleh beberapa kendaraan yang masih bisa terhitung. Rafa juga tidak sarapan bersama dengan keluarganya, beralasan mendapat jadwal piket.
Rafa melangkahkan kakinya di kolidor lantai satu. Berbelok arah menaiki anak tangga satu-persatu dengan sedikit berlari agar cepat sampai kelasnya. Pintu kelas terbuka sedikit, Rafa mengintip hanya ada Dhea, Linda, dan gadis tujuannya Alea.
Lalu, Rafa masuk ke dalam kelasnya. Menuju tempat duduknya yang berada di bagian belakang paling pojok sekedar menaruh tas ranselnya ke atas meja. Rafa menghampiri Alea yang tengah asik dengan lantunan musik dari earphone yang menyangkut di kedua telinganya.
"Kita perlu bicara Le," ucap Rafa duduk di kursi depan Alea.
Alea sempat terpaku dengan bekas luka-luka yang menghiasi wajah Rafa. Namun, ia bersikap tak acuh. Melepaskan kedua earphone di telinganya, alisnya tertaut menunggu arah pembicaraan Rafa setelah ini.
"Jauhin Alvin mulai sekarang Le. Gue ngelakuin ini karena ada maksudnya, itu semua demi kebaikan lo sendiri."
"Kenapa sih lo selalu ikut campur urusan gue?" tanya Alea, kedua bola matanya menajam.
Rafa menghela nafasnya panjang, "Alvin itu bajingan Le, bukan hanya gue yang liat dia sama cewek lain. Tapi banyak saksinya, dengan adanya bukti dari Tiara, apa lo masih tetep nggak percaya?"
"Gue nggak akan pernah percaya sebelum gue liat sendiri Raf!" seru Alea penuh penekanan.
Perasaan bingung menguasai diri Rafa. Membuat Alea percaya dengannya terlalu sulit, gadis itu terlalu keras kepala dan terlalu percaya dengan rayuan maut serta wajah bajingan yang selama ini Alvin sembunyikan darinya.
"Sekali lagi Le gue kasih tau lo. Waktu itu gue ngikutin dia dari sekolah, nggak lama dia berhenti di depan gerbang sekolah sebelah, cewek yang ada di foto itu masuk ke dalam mobilnya Alvin. Mereka pulang bareng, dan gue sempet ribut sama dia Le di tengah jalan." jelas Rafa dengan nafas yang menggebu-gebu.
Tidak ada tanggapan dari gadis di hadapannya. Rafa tidak mampu memahami raut wajah Alea yang sulit di tebak.
"Raf, jangan bikin gue nuduh Alvin yang enggak-enggak!" ucapnya.
"Kenapa lo nggak pernah percaya sama gue? Oke, gue nggak masalah kalau lo nggak suka sama gue. Tapi gue ngomong apa adanya, demi lo gue bakal ngelakuin apapun." balas Rafa sambil menyandarkan punggungnya pada meja di belakangnya.
"Gue nggak pernah minta lo buat repot-repot urusin hidup gue Raf. Karena gue tau mana yang terbaik untuk gue!"
Siswa-siswi di kelasnya satu-persatu mulai berdatangan memenuhi ruangan. Rafa menatap manik hitam kedua mata tajam gadis dihadapannya dengan sorot kecewa.
"Le, lo tuh ya keras kepala. Sekarang semuanya terserah lo aja, jangan pernah nyesel karena nggak pernah percaya sama ucapan gue," ujar Rafa dengan pasrah. "Sekedar buat kasih tau semua kebenarannya gue nyerah Le." lanjutnya
Rafa beranjak dari duduknya, membenarkan kursi yang tadi ia duduki, karena Leta—pemilik kursi sudah datang. Ia sempat melirik Alea yang juga mengarahkan pandangannya kepadanya.
Tangannya merogoh kantong celana abunya, mengeluarkan sebungkus permen karet. Lalu memasukkan ke dalam mulutnya. Rafa beranjak melangkahkan kakinya keluar kelas, kebetulan bel masuk masih terhitung 15 menit lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[GS1] Opposite Characters
Teen FictionSEQUEL REYRA. [Completed] Tentang dia, yang membuat aku mengenal arti kehidupan lebih jauh. Dia yang mengajariku untuk tersenyum, tertawa, dan menangis karena kebahagiaan. Hanya laki-laki bertingkah unik yang membuatku sedikit demi sedikit melupakan...