5 - Awal Perjanjian

1.3K 163 16
                                    

5 – Awal Perjanjian

"Jadi, kamu pengen nulis cerita itu buat novelmu?" Pak Doni memastikan.

Veryn mengangguk. "Saya dapat proyek buat genre kayak gitu, Pak. Dan ... yah, saya payah di genre itu, sih. Pas saya bingung nyari ide, Liana nyeritain masalah itu. Tapi, pas saya tanya lebih jauh, dia malah marah ke saya. Dia emang nyebelin. Ngebantu teman sendiri aja nggak mau tuh anak. Makanya saya sampai harus ke sini sendiri, Pak."

Pak Doni mengangguk-angguk. "Jadi, kamu pengen tahu gimana cerita itu dimulainya, dan juga ... Della?"

Veryn mengangguk. "Begitu saya dengar tentang kutukan kematian Della di sekolah ini, kayaknya saya bisa makai itu buat jadi poin utama di cerita saya."

"Apa kamu mau ngebuat orang yang udah mati jadi hantu gentayangan yang suka ngebunuh?" sinis Zelo.

Veryn menatap anak itu kesal. "Aku nggak sejahat itu, ya. Aku cuma mau bikin itu jadi semacam ... umpan. Ya, umpan buat cerita utamanya. Yang pasti sih, ini semua pembunuhan dan bukannya perbuatan si hantu. Aku juga nggak percaya hantu bisa ngelakuin hal-hal kayak gitu. Di ceritaku, aku pengen buat pembunuhnya itu manfaatin cerita hantu itu," Veryn melempar balasan pada anak itu.

Zelo mengerutkan kening, sebelum kemudian memalingkan wajah. Veryn mendengus meledek. Ada kalanya dia kalah berdebat juga. Dia benar-benar meremehkan Veryn. Tapi, sekarang dia pasti sadar bahwa Veryn benar-benar penulis.

"Veryna," panggil Pak Doni pelan. "Ide ceritamu itu ... menarik, ya?"

Veryn tersenyum puas. "Saya mikirin itu di perpustakaan tadi, Pak," ucapnya seraya menunjuk ruangan di belakangnya.

Pak Doni tersenyum. "Bagus, sih. Tapi ... Bapak juga ada permintaan ke kamu," katanya.

Veryn mengerutkan kening. "Permintaan?"

Tiba-tiba, ribuan adegan romantis berkelebat dalam kepala Veryn. Jangan-jangan, Pak Doni ... tidak, tidak mungkin. Bukankah Pak Doni sudah menikah tujuh tahun lalu? Atau jangan-jangan, Pak Doni sudah bercerai dan sekarang dia ingin meminta Veryn untuk ....

Veryn menatap gurunya itu, tak bisa mencegah harapnya. Usia mereka hanya berbeda lima tahun. Seandainya dulu Pak Doni tidak menikah dan menunggu Veryn lulus kuliah, sekarang mereka pasti sudah bersama. Pak Doni selalu bersikap baik padanya, bahkan hingga sekarang. Mungkinkah dia juga merasakan apa yang Veryn rasakan? Apakah akhirnya dia menyadarinya?

Suara batuk aneh, seperti tersedak, datang dari Zelo yang duduk di sebelah Pak Doni. Veryn menatap anak itu tajam karena menghancurkan momen ini. Ah, anak itu benar-benar tidak peka. Seharusnya dia pergi dan ...

"Veryna, kamu ..." Pak Doni mulai berbicara. Veryn kembali memusatkan perhatiannya pada Pak Doni. "Kamu mau nggak ..."

Veryn menahan napas, menunggu.

"Kamu mau nggak ..." Pak Doni memulai.

'Ya!' Veryn menjawab dalam hati.

"Ngajarin Zelo nulis?" Pak Doni menyelesaikan pertanyaannya.

"Ya?" Veryn bahkan tidak berpikir ketika membalas seperti itu. Ia menatap Pak Doni, lalu menatap Zelo yang entah kenapa sudah menundukkan kepalanya begitu dalam.

"Kamu mau nggak, ngajarin Zelo nulis kayak kamu?" ulang Pak Doni.

Veryn menatap gurunya itu dan tersenyum kecut. Jika Pak Doni bisa mendengar pikirannya tadi, Veryn pasti tidak mau hidup lagi. Ini benar-benar memalukan. Bagaimana bisa ia berpikir seperti tadi, bahkan setelah sekian lama? Yah, hanya saja ... ia tidak pernah memikirkan tentang pria sebelum ini. Dan tiba-tiba situasinya seperti tadi dengan pria yang menjadi cinta pertamanya.

I See You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang