12 - Ketika Sedihnya Menyiksaku

1.1K 154 15
                                    

12 – Ketika Sedihnya Menyiksaku

Mata Zelo terbuka tiba-tiba ketika mendengar suara tangisan keras. Zelo sempat bingung, di mana ia berada atau apa yang terjadi saat ini. Tapi, begitu ia mendengar suara sedih Veryn dalam kepalanya, ia kembali berpikir jernih. Sejernih amarahnya karena menyadari tangisan itu adalah tangisan Veryn.

Ia beranjak duduk, melirik jam yang sudah menunjukkan tengah malam. Tadinya ia sudah tidur karena pikiran Veryn begitu tenang. Ia pikir gadis itu sudah tidur. Tapi, sepertinya tidak. Zelo bahkan tidak melihat gadis itu bermimpi. Bagaimana sebenarnya gadis itu bisa membuat pikirannya setenang itu di satu saat, tapi di saat lain dia bisa luar biasa berisik?

Selama hampir satu jam berikutnya, Zelo ikut terjaga, menunggu Veryn menyelesaikan tangisannya dan akhirnya benar-benar terlelap tidur. Zelo mendesah berat menyadari Veryn lagi-lagi membaca komentar sinis yang membuatnya seperti itu tadi. Setelah sekian lama berhasil bersikap cuek dan dingin pada semua orang, kenapa dia harus mendengarkan kata-kata orang-orang yang bahkan tidak dia kenal?

Zelo mendesah berat seraya beranjak dari tempat tidurnya. Ia tahu, seharusnya ia tak melakukan ini, tapi ia benar-benar merasa perlu melihat keadaan Veryn. Zelo mendengus pelan saat tiba di pintu kamar Veryn yang tidak terkunci. Gadis yang bodoh dan luar biasa ceroboh.

Zelo masuk ke kamar, dilihatnya Veryn tidur tertelungkup di depan laptopnya yang masih terbuka. Kali ini, Zelo bisa melihat langsung apa yang tadi dilihat Veryn dari laptopnya. Setelah membaca semuanya, Zelo pikir, ini tidak terlalu buruk. Masih ada komentar-komentar yang mendukung Veryn. Tidak semua komentar mengatakan hal buruk tentang novelnya.

Tapi sepertinya, yang dilihat Veryn hanyalah komentar-komentar negatif itu. Bahkan beberapa pembaca blog itu saling berdebat. Sebagian adalah pembaca yang menyukai novelnya, sementara beberapa lainnya adalah para haters. Veryn benar-benar memilih jalan tersulit untuk bertahan hidup.

Zelo menutup laptop Veryn dan mengamankannya di meja kerja Veryn. Ia memperhatikan Veryn yang sudah tertidur selama beberapa saat. Ia bisa saja pergi dan membiarkan gadis itu tidur seperti ini. Dan ia akan melakukannya, Zelo memutuskan. Ia berbalik dan berjalan cepat ke arah pintu.

Tapi entah kenapa, kaki Zelo terhenti di pintu. Ia memejamkan mata, merasa bodoh. Dengan helaan napas kasar, ia akhirnya berbalik dan kembali ke tempat tidur Veryn. Zelo menghela napas berat sebelum menunduk di atas tubuh gadis itu, perlahan membalikkan tubuhnya, lalu dengan hati-hati mengangkat tubuhnya, memindahkannya ke tengah tempat tidur.

Zelo melemparkan selimut menutupi tubuh Veryn sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan kamar itu. Begitu ia kembali ke kamarnya, ia berpikir, kenapa ia melakukan ini?

***

Ketika terbangun dengan posisi nyaman pagi itu, Veryn berpikir semalam ia bermimpi buruk. Mimpinya terasa sangat nyata. Kini, setelah bangun, ia merasa kesal karena menghabiskan air matanya semalaman di dalam mimpi. Meski begitu, setidaknya ia melewati masalah ini lebih baik dari yang ia pikir.

Ia pikir, semalam ia akan menangis semalaman karena komentar-komentar sinis itu. Tapi ternyata, ia hanya menangis dalam mimpinya. Yah, ia merasa sedikit lebih baik kini. Hanya sedikit. Mengingat ia belum menangis, ia masih harus waspada. Ia mungkin akan menangis saat sarapan nanti jika mengingat komentar-komentar sinis itu lagi. Tidak, tidak. Ia tidak boleh menangis di depan Zelo.

Veryn melompat turun dari tempat tidur, meraih cermin kecil di ujung meja kerjanya. Veryn mengerutkan kening melihat matanya yang bengkak.

"Pantas aja aku ngerasa ada yang aneh sama mataku pagi ini," gumamnya seraya mengusap matanya. "Jam berapa coba aku tidur semalam? Udah malam banget pasti, sampai mataku bengkak gini. Hm, tapi seenggaknya ini bukan karena nangis." Veryn menepuk pipinya pelan, lalu tersenyum.

I See You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang