27 – Menjagamu di Sisiku
Mendapat kepercayaan Veryn memang adalah salah satu dari sekian hal yang diinginkan Zelo dari gadis itu. Tapi di sisi lain, ia juga khawatir kepercayaan Veryn itu akan membuat Veryn semakin terluka karena dirinya saat ia tahu segalanya nanti.
Zelo memperhatikan Veryn yang sedang membaca ulang bagiannya yang dituliskan Zelo tadi. Gadis itu tampak begitu fokus, beberapa kali menggumamkan dialognya. Tak lama kemudian, dia menatap Zelo, mengangguk.
"Kamu bisa ngelanjutin bagianmu sekarang," Veryn berkata. "Meski aku ngerasa nggak enak sama kamu karena bikin kamu kerja lebih banyak, tapi aku juga bersyukur karena ada kamu." Ia tersenyum lebar. "Kalau kamu capek, kamu istirahat dulu, deh. Bisa makin repot ntar kalau kamu juga harus nginap di kamar sebelah."
Zelo mendengus geli. "Aku bisa jaga diriku sendiri, kalau kamu belum tahu. Kamu juga lihat sendiri gimana aku bisa ngurus diriku sendiri dengan baik sejak tinggal di rumahmu. Yah, aku nggak punya pilihan sih, kalau aku nggak pengen mati kelaparan di rumahmu."
Veryn kembali mendesis kesal. "Terusin deh kayak gitu. Lihat aja ntar, kalau kamu sakit, aku nggak bakal mau repot-repot ngurusin."
"Aku bakal ngurus diriku sendiri kok," cuek Zelo.
Veryn sudah mengangkat tangannya, hendak memukul lengan Zelo, tapi Zelo menahannya.
"Tanganmu masih sakit, jangan terlalu banyak dipakai," Zelo mengingatkan. "Ntar kalau kamu udah sembuh, kamu bisa mukul aku sesukamu."
Veryn agaknya terkejut mendengar kata-kata Zelo itu. Zelo yang melihat bagaimana Veryn menatapnya dari pikiran gadis itu, tak berani menoleh dan membalas tatapannya, khawatir gadis itu akan melihat apa yang ia sembunyikan.
"Oke," gumam Veryn pelan. "Kamu bisa lepasin tanganku sekarang."
Mendengar itu, dengan cepat Zelo menarik tangannya. Ia berdehem pelan. "Laptopnya ..." gumamnya seraya mengambil alih laptop dari pangkuan Veryn. "Selama aku kerja, kamu mending istirahat aja, deh. Lebih baik lagi kalau kamu bisa tidur. Aku nggak bisa konsentrasi kalau kamu terlalu berisik. Apalagi pikiranmu tuh sekarang lagi lebih sibuk dari biasanya."
Veryn kembali mendesis kesal. "Kamu tuh emang nggak pernah gagal bikin aku kesal, tahu nggak?"
Zelo tersenyum kecil seraya membawa laptopnya ke sofa. Ia juga butuh ruang untuk bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya alih-alih mengamati atau memikirkan Veryn. Belakangan, Veryn terlalu sering berada di kepalanya. Apakah ini karena apa yang ia rasakan pada Veryn? Apakah ini karena ia terlalu khawatir? Apakah ini tidak apa-apa?
***
"Kamu buat sementara tinggal di rumah Zelo aja ya, kalau kamu udah boleh pulang ntar?" pinta Liana saat datang berkunjung sore itu, masih dengan pakaian kerjanya.
Veryn mengangkat alis. "Kenapa? Kamu khawatir pelaku penyerangan itu bakal nyari aku? Karena aku sempat ngelihat wajahnya?"
Liana mengangguk.
"Apa dia bahkan tahu aku ini siapa?" tantang Veryn.
Liana mendesah lelah. "Dia bakal nyari tahu pastinya."
"Menurutmu, dia bakal nemuin aku, padahal kamu sama yang lain aja nggak bisa nemuin aku selama ini?" Veryn mendengus meremehkan. "Tenang aja deh, Li. Aku bakal baik-baik aja, kok. Nggak ada yang tahu ..."
"Apa kamu udah lupa gimana dia nyaris ngebunuh kamu di tempat itu?!" bentak Liana kasar. "Kamu bahkan nggak bisa ngelawan dia. Kalau dia nemuin kamu, apa yang bakal kamu lakuin, Ve?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You (End)
Mystery / ThrillerBagi Veryn, hidup tanpa teman, sendirian, adalah cara hidup yang aman, dan nyaman. Sebagai seorang penulis novel fiksi, Veryn bisa dibilang lebih menikmati kehidupannya yang nyaris tanpa sosialisasi. Tapi kenyamanannya itu harus berakhir ketika Zelo...