35 - Don't Hurt Me

1K 159 16
                                    

35 – Don't Hurt Me

"Zelo, sori, aku benar-benar nggak lihat cewek itu tadi," sesal Ardan.

"Nggak pa-pa. Aku emang udah mau ngejelasin ke dia tentang yang sebenarnya. Semuanya," ucap Zelo. "Soalnya dia ceroboh banget karena nggak tahu apa yang dia hadapi. Jadi, aku harus ngejelasin semuanya juga ke dia biar dia bisa lebih hati-hati lagi."

Ardan mengangguk. "Aku rasa bajingan itu ngelakuin ini buat ngalihin penyelidikan kita. Ini juga bukan hari Senin. Meskipun pembunuhannya masih serapi sebelumnya, tapi apa ini bukan berarti dia terlalu buru-buru sampai ngelewatin pola yang satu itu? Ini kayak kasus penyerangan waktu itu. Mungkin, dia juga ngawasin pergerakan kita," duganya.

"Aku rasa juga gitu," Zelo setuju. "Itu berarti, kita udah dekat sama dia. Kamu pergi dulu ke TKP, ntar aku nyusul. Aku punya rencana buat nangkap bajingan itu."

Ardan tersenyum. "Oke. Agen rahasia emang bisa diandalin."

Zelo membalas senyum Ardan seraya menepuk bahunya dan masuk ke rumahnya. Agen rahasia? Hanya sejauh itulah orang-orang ini tahu tentang dirinya. Mereka bahkan mungkin tidak pernah mendengar tentang organisasi yang merekrutnya hanya beberapa bulan setelah ia lulus SMA. Satu-satunya orang di sekitar Zelo yang tahu tentang itu adalah Zane. Itu pun karena Zane bisa mendengar pikirannya, dan juga adalah anggota organisasi.

Sekarang, ia masih harus menjelaskan tentang ini pada Veryn. Zelo menarik napas dalam. Bahkan meskipun Veryn membencinya, itu bukan apa-apa. Karena, seperti yang dikatakan Zane, perasaan Zelo pada gadis itu, melebihi kebencian terbesar gadis itu sekalipun.

***

"Ada beberapa hal yang belum aku omongin ke kamu," Zelo memulai begitu ia memasuki kamar Veryn.

Veryn yang sedari tadi masih memikirkan tentang kata-kata Ardan di halaman tadi, kini mulai memusatkan perhatiannya pada Zelo yang berdiri di depan pintu kamarnya.

"Pelaku penyerangan itu ... adalah pembunuh berantai yang korbannya teman-teman seangkatanmu dan kakak kelasmu, dan dia adalah kakak kembar Della," Zelo mengatakan.

Veryn terkesiap. "Oh ya? Itu berarti ..."

"Iya, Anin adalah salah satu targetnya. Tapi, dia gagal waktu itu karena kamu datang. Dan dia kehilangan kesempatan buat ngebunuh Anin karena sekarang ini Anin juga dalam penjagaan ketat oleh petugas. Selama beberapa waktu ini, Ardan mulai ngelakuin penyelidikan tentang keluarga Della dan asal-usulnya. Mereka bahkan nemuin panti asuhan tempat Della tinggal sebelum diadopsi. Dari sana mereka juga tahu kalau Della punya kakak kembar, yang kemungkinan besar adalah pembunuh itu.

"Tapi, mereka nggak bisa nemuin informasi apa pun tentang Della ataupun pembunuh itu. Kayaknya, pembunuh itu udah bergerak lebih dulu dan ngehancurin semua informasi tentang mereka di panti asuhan. Dia juga udah ngawasin pergerakan Ardan. Aku pikir, karena itu juga dia beraksi lagi kali ini, buat ngalihin penyelidikan.

"Karena itu, aku ... harus mulai bergerak dan ngebantu Ardan sebelum ada lebih banyak korban. Aku ..." Zelo menghentikan kalimatnya, memperhatikan ekspresi bingung Veryn.

"Kamu? Ngebantu Ardan? Tapi, kamu kan cuma anak sekolah yang nggak tahu apa-apa. Oke deh, kamu jago taekwondo. Kamu punya sedikit informasi tentang kasus itu. Tapi, trus apa? Info itu toh cuma berguna buat bikin proyek novel kita. Jadi, ngapain dia ngelibatin kamu juga? Kalau dia butuh saksi, aku malah yang udah ngelihat wajah orang itu langsung dan ..."

"Karena aku juga bagian dari mereka, Veryn," sela Zelo. "Aku ada di sekolah itu sebagai mata-mata. Aku lagi ngumpulin informasi sebanyak mungkin tentang Della pas kamu datang. Aku udah beberapa bulan di sekolah itu buat nyelidiki kasus ini lebih dalam di sekolah itu. Trus, kamu datang dan ... kamu ngomongin begitu banyak hal tentang pembunuhan itu tanpa kamu sadar kalau kamu mungkin adalah korban berikutnya."

I See You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang