22 - Call Your Name

1.1K 156 11
                                    

22 – Call Your Name

'Kenapa?' akhirnya Veryn benar-benar bertanya pada Zelo meski hanya dalam pikirannya.

Zelo menghela napas berat. "Karena kamu nyaris aja jatuh ke perangkapnya cowok brengsek itu dan dia nggak bakal berhenti sampai aku ngejelasin ke dia dengan cara tadi," ungkapnya seraya menatap sekeliling restoran hotel, apa pun, selain Veryn.

Veryn akhirnya menoleh untuk menatap Zelo. 'Cuma karena itu?'

"Trus, kamu mau aku ngebiarin kamu jatuh ke pelukan cowok brengsek kayak dia gitu aja?" dengus Zelo kesal. "Kalau kamu bisa dengar pikirannya kayak aku, kamu juga pasti bakal ..."

'Tapi, itu tadi ciuman pertamaku.'

Zelo kontan menoleh mendengarnya. "Kamu ... itu ... ah ... kamu nggak pernah dekat sama cowok mana pun habis lulus SMA," gumam Zelo gugup. Bagaimana bisa Zelo lupa tentang itu? "Sori. Tapi, kalau ini bisa bikin kamu ngerasa lebih baik, itu juga yang pertama buat aku."

Mata Veryn melebar. 'Seriusan?'

Zelo mengangguk. "Kenapa? Aku kelihatan kayak playboy?" cibirnya.

Veryn tersenyum. 'Kalau kamu udah tahu, ngapain tanya?'

Zelo mendesis kesal. "Habisin aja deh minumannya, biar kita bisa balik ke atas lagi. Kelihatannya temanmu yang namanya Liana tadi nggak terlalu suka pas aku ... ehm, nolongin kamu tadi." Zelo kembali memalingkan wajahnya saat menyebutkan kejadian tadi.

"Ah, Liana ... iya, benar ..." Veryn bergumam. "Aku bakal ngejelasin ke dia nanti. Kamu nggak perlu khawatir. Dia nggak bakal marahin kamu, kok. Kamu kan cuma bantuin aku."

Yah, Liana punya alasan lain untuk marah.

"Gimanapun ... makasih," lanjut Veryn.

Ucapan terima kasih Veryn itu cukup mengejutkan Zelo hingga ia kembali menatap gadis itu.

"Kalau tadi kamu nggak datang dan nolongin aku, aku mungkin bakal nerima Rangga dan jadi bahan tertawaan orang-orang," Veryn mendesah lelah. "Liana ternyata juga tahu kejadian sebenarnya di prom. Jadi, yang lain juga pastinya tahu. Dan aku juga tahu, bukan cuma Rangga, Anin, Nimas, juga Andre yang nertawain aku selama ini. Tapi, mereka semua. Kalau tadi kamu nggak nolongin aku, orang-orang itu pasti bakal mikir betapa bodoh dan menyedihkannya aku."

Tampaknya, kenyataan bahwa dia telah menjadi bahan tertawaan banyak orang selama ini lebih mengganggu Veryn dibandingkan dengan ciuman tiba-tiba Zelo tadi. Yah, Zelo benar-benar beruntung karena Veryn memiliki cara berpikir yang tidak biasa. Jika tidak, saat ini ia pasti sudah mati di tangan gadis ini. Mengingat betapa mengerikannya ia saat benar-benar sedang marah.

"Tapi ... nggak tahu kenapa aku jadi ngerasa sedikit kasihan sama Rangga," singgung Veryn kemudian.

Zelo memutar mata mendengarnya.

"Maksudku ... kejadian tadi tuh, pasti malu-maluin banget kan, buat dia? Kalau aku jadi dia, aku pasti bakal malu banget dan langsung ninggalin pesta. Orang-orang itu pasti lagi pada ngomongin dia. Apa mereka juga ngetawain dia? Kayak mereka ngetawain aku bertahun-tahun lalu?" Veryn berpikir serius.

Zelo menghela napas berat. "Dia pantas dapatin itu, setelah apa yang dia lakukan ke kamu."

Veryn ikut menghela napas berat. "Tapi, tetap aja ..." dia bergumam. "Karena aku udah pernah ada di posisi itu, sekarang aku ngerasa kasihan sama dia. Itu malu-maluin banget, soalnya. Aku masih ingat banget gimana malunya aku waktu itu."

I See You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang